Bertaut

1 1 0
                                    

"Gail" teriak Ayahku aku tau maksud panggilan ini Ayah pasti menyuruhku bergegas agar tidak terlambat.
Dari sekian banyak nama panggilan hanya panggilan Ayah yang melekat di kepalaku.
Namaku Nala Abigail semua orang memanggilku nala kecuali Ayahku. Kemana Ibuku? Ibuku pergi meninggalkan kami karena suatu peristiwa yang janggal.
Hidup ku sempurna. Kataku sebelum Ibu pergi miningalkan kami.
Hidup ku berubah di luar dari perkiraanku.

Ayah yang dulunya hangat menjadi lebih dingin kepada ku yang membuatku sangat kesepian. Aku tak punya Kakak aku tak punya Adik yang membuat kehidupan ku sangat kesepian di tambah kepergian Ibu ke pangkuan ilahi.
Ibu ku pergi meninggalkan kami saat aku menginjak usia remaja di mana saat itu aku sangat membutuhkan Ibu untukku.

"Ayah" panggilku kepadanya
Namun ia masi tetap fokus pada lamunanya. Sejak Ibu di makamkan. Ayah jadi sering murung dan melamun. Melihat keadaan itu membuatku sangat sedih ingin rasanya aku berdoa kepada tuhan agar aku yang pergi jangan Ibu.

Sejak saat itu aku mulai bertanggung jawab atas semua pekerjaan rumah yang dulu almarhum Ibu sering kerjakan dan sekarang aku banyak mengkitu les dan organisasi
Karena Ayahku menginginkan aku untuk masuk di akademi kepolisian walau sebenarnya di dalam hati kecilku aku sangat tertarik menjadi jaksa.
Ayahku menjadi lebih tegas dalam mengatur semua hal tentangku bahkan porsi makan ku pun di atur oleh Ayah, yang terkadang membuatku lemas karena porsi makan ku tak sebanding dengan latihan fisik yang kujalani.

Aku di paksa mengikuti ambisi Ayahku tanpa tau apa maksud dari ambisi tersebut.
"Gaill!" teriak Ayah menggema di telingaku, aku melihat Ayah berjalan kearahku dengan tatapan tajam dan gurat kemarahan diwajahnya. "Gail kenapa kamu bolos binsik hari ini!!!" tanya Ayah tepatnya teriak ayah.
"Maaf ayah tadi kepalaku pusing" ucapku meyakinkan Ayah
"Bohong,sekarang kamu berani melawan Ayah."
"Sekarang masuk kamar dan jangan keluar sebelum kamu menguasai semua materi ulangan semester ini".

Kata orang masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan tapi tidak bagiku. Mungkin aku tidak mengalami masa seperti kebanyakan teman sebayaku karena sudah dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya,terkadang aku iri melihat teman-teman bisa menikmati hari-hari ini dengan canda tawa bersama orang yang dicintai.
Masa ujian akhir disekolah menengah pertama pun tiba seperti semester sebelumnya namaku menggema di auditorium sekolah.
"Dan peringkat 1 semester ini kembali diraih oleh Nala Abigail" ucap sang pembawa acara yang diikuti oleh riuhnya tepuk tangan dari semua yang hadir pada acara pengunguman kelulusan hari ini. Dengan antusias Ayah mengakuiku sebagai Putrinya di depan semua orang aku senang melihat gurat kebahagiaan diwajah Ayah berarti usahaku selama ini terbayarkan.

Tree High School sekolah elit dikotaku yang menjadi pilihan Ayah untuk melanjutkan pendidikanku.
Disinilah ceritaku dimulai.
Sekolah ini dikenal dengan kelas unggulannya yang berisi orang terpilih berotak jenius dan Ayah berharap aku ada diantaranya.
Setiap hari aku dipaksa Ayah untuk belajar dan belajar tapi tidak melupakan latihan fisik yang selalu aku lakukan.
Sampai dimana hari yang menakutkan bagi semua siswa baru telah tiba yaitu hari pengumuman seleksi masuk kelas unggulan, kami semua dipanggil menuju auditorium sekolah.
Aku mempersiapkan diri dengan segala kemungkinan yang akan terjadi entah itu mengecewakan atau sebaliknya.
Aku dikejutkan dengan tepukan dibahu kiriku oleh sahabat baruku Betari Ayunda.
"Hey gimana Nal degdegan gak? Kalau iya sama dong"
"Gak" jawabku singkat
jantungku berdetak, mulai berdetak lebih cepat mata dan telingaku terfokuskan kepada kepala sekolah dan setiap kata yang keluar dari mulutnya seraya memohon kepada Tuhan agar namaku terucap menjadi salah satu murid kelas unggulan.
Seutas senyum dibibirku ketika mendengar bukan hanya namaku melainkan juga nama sahabatku Tari "Akhirnya usaha kita gak sia-sia ya Nal. Pasti Ayah kamu bangga deh" ucap Tari dengan antusias saat kami melewati koridor sekolah.
Aku tak menjawab berharap sama seperti yang diucapkan Tari dan berdoa semoga Ayah berubah karena aku berhasil masuk kelas unggulan.

Lamunanku terbuyar saat dering teleponku berbunyi melihat kontak Ayah yang sedang meneleponku aku yakin Ayah akan menanyakan hasil pengunguman
"Gimana Gail kamu masuk kan dikelas unggulan itu"
Benar saja dugaanku ayah memang menanyakan hal itu
"Iya Ayah" jawabku
"Bener kan kalau kamu ikuti apa yang Ayah bilang dan gak membantah pasti kamu berhasil.Ya sudah Ayah mau lanjut kerja jangan lupa terus belajar sama latihan fisiknya"
Telfonnya sudah mati tapi kata-kata Ayah terus terngiang dikepalaku apa benar aku seperti sekarang karena Ayah?
"Nal udah kan nelfonnya kita ke kantin yuk"
Ucapan Tari menyadarkanku dan
melangkahkan kakiku menuju kantin serta meyakinkan diriku bahwa usahaku semua untuk dan karena Ayah.

Matahari tampaknya mulai lelah karena cahayanya mulai memudar menuju ke arah barat
seperti hari-hari sebelumnya aku akan melakukan latihan fisik rutin dimulai dengan lari mengelilingi komplek kemudian melakukan gerakan seperti push up, sit up dan juga pull up.

Matahari sudah terbenam sempurna cahayanya digantikan terang bulan juga bintang aku melihat jam dipergelangan tanganku menunjukan angka 6.34 pm, Ayah pasti sudah pulang dari tempat kerjanya.
"Dari mana kamu?" cegat Ayah saat aku membuka pintu rumah
"Latihan yah"
"Bagus jangan lupakan latihan mu biar kamu bisa masuk akademi kepolisian."

Aku bergegas menuju kamar tidurku tanpa menanggapi ucapan Ayah. Sekarang saatnya dengan aktivitas yang membosankan yaitu belajar sejujurnya aku malas belajar karena tubuhku lelah sepulang latihan namun aku sadar besok adalah hari pertama aku menjadi murid dikelas unggulan itu,aku harus menyiapkan diriku agar tidak mengecewakan Ayah.

Ayah memang memiliki ambisius yang sangat tinggi namun aku yakin Ayah menyayangiku. Ya,semoga saja.

Hari pertama aku akan belajar sebagai salah satu murid di kelas unggulan.
7.15 am bel sekolah berdering menandakan pelajaran akan segera dimulai titik langkah kaki terdengar di koridor kelas itu pasti sepatu guru pikirku.
"Selamat pagi anak-anak selamat datang di kelas unggulan pagi ini kita akan belajar mengenai gas mulia" ucap guru bertubuh tegak dengan nada tegas. Konsentrasiku pecah saat mendengar decitan pintu dapat kulihat seorang lelaki bertubuh semampai dengan mata coklat yang menatap tajam.
"Kamu tahu peraturan utama Tree High School yaitu pentingnya kedisiplinan tapi kamu tidak menerapkan hal itu"
"Kamu boleh masuk tapi kamu harus jawab soal yang saya berikan!" Dengan tegas sang guru memberi hukuman kepadanya.
"gas yang dapat menjadi polutan udara dengan ciri tidak berwarna dan berbau kuat disebut" tanya guru kepada lelaki tersebut.
Dengan wajah santai tanpa ada kepanikan sedikitpun lelaki itu menjawab dengan santai"Sulfur dioksida adalah salah satu spesies dari gas-gas oksida sulfur (SOx)."
Seraya mengangguk guru pun mempersilahkan lelaki tersebut untuk duduk.aku penasaran siapa lelaki tersebut


Lanjut kalau rame
Jadi jangan lupa vote ayang ayang ku❣️heheheh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SINOPSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang