Prisma akui Vanya Sexy, Prisma akui Vanya cantik, Prisma akui Vanya karismatik. Tapi kenapa Vanya menghardik Prisma seenaknya, entah itu mencela, atau bahkan bermain fisik. Prisma tidak tahu letak salahnya dimana, ini hari ketiga Ia mendapatkan bullyng dari Vanya. Dua hari pertama Ia diam saja. Menganggap kalau itu hanya main-main saja.
Tapi untuk kali ini Prisma memutuskan melawan Vanya.
"Mau lo apa anjing?!" sentak Prisma dihadapan Vanya, mata Vanya berkaca-kaca. Gadis ini memang cengeng, dia takut akan bentakan. Tapi Ia tak mau raouh begitu saja hanya karena dibentak Prisma.
"Kenapa lo ngerebut semuanya, Prisma?!" bentak balik Vanya, suaranya sedikit bergetar. Prisma bingung, apa maksud ucapan Vanya barusan? Demi apapun Prisma nggak konek.
"Ngerebut apaan anjir?" tanya Prisma.
"SEMUANYA."
"Maksud lo?" Prisma kembali bertanya, Ia tak tahu, Sungguh!
"NGGA USAH PURA-PURA BEGO BANGSAT!" sentak Vanya, speertinya gadis itu tak bisa memelankan sedikit suaranya. Vanya terus saja membentak dari awal.
Prisma emosinya susah terpancing, Ia akan emosi kalau mendapatkan kekerasan fisik. Kalau di bentak-bentak begini dia akan tetap diam.
"Gue nggak pura-pura bego, Vanya cantik, gue cuma bingung aja, pertama lo narik gue ke belakang sekolah secara paksa, kedua lo tiba-tiba nyemprot gue pake suara cempreng lo, ketiga gue nggak faham sama sekali sama topik yang lo bicarain." jelas Prisma panjang lebar, Vanya menghela.nafas gusar. Air matanya bahkan sudah jatuh.
"Lah, malah nangis. Jelasin lebih detail, Vanya." ujar Prisma setelah mengupil. Ni anak nggak tau kondisi dah.
"Lo tanya aja sama Sita. Gue udah capek banget, mau pulang terus bobok!" setelahnya Vanya pergi dari sana meninggalkan Prisma sendirian.
Prisma masih sibuk menjelajah hidungnya, walaupun sedari tadi tak ada hasil. Upilnya nggak ada yang keluar. Dia berlalu dari sana. Tujuan utamanya adalah kantin kedua, penjualnya Pak Amar.
Kantin itu sepi karena jualannya itu-itu saja, namun Prisma lebih suka disana, kenapa? Dia bisa ngevape sepuasnya, pak Amar udah bestie parah sama Prisma. Makanya Pak Amar nggak ngaduin Prisma ke Guru.
"Assalamualaikum, Pak!" salamnya terdengar, Pak Amar menengok lalu membalas salam gadis dengan rambut sebahu itu.
"Wa'alaikumusalam,"
Sedetik kemudian Prisma duduk di bangku kantin yang tersedia, sebelum memesan makanan Ia pastikan tidak ada siswa lain selain... Vito disitu.
Vito ini cowok ambis, terus introvert parah, kadang juga ada yang Bully dia, tapi dia nggak terlalu gubris walau kadang nyerahin uang ke tukang palak.
Sekolah yang ditempati Prisma ini bukan sekolah unggulan, muridnya tak terlalu banyak, namun cukup banyak.
"Es teh pak, gulanya banyakin." ia lantas memesan minuman pada pak Amar.
Dengan cekatan pria berumur itu membuatkan es teh untuk Prisma, dan menaruhnya gelasnya di meja Prisma.
"Makasih, pak," ujarnya, Ia menyeruput estehnya, mengabaikan sedotan yang bertengger apik di gelasnya, Ia melirik ke arah Vito yang tengah menulis dengan headphone hitam melekat di kepalanya.
Prisma mendudukkan dirinya di dekat Vito, Vito sedikit tersentak, Ia melepas headphonenya, dan mengambil uang dari saku seragamnya.
Dan menyodorkannya di depan Prisma, Prisma bingung.
"Buat apa?" tanya Prisma, kini justru Vito yang heran.
"Kamu mau palak aku kan?" tanya Vito, Prisma tertawa setelah mendengar jawaban Vito barusan.
"Kagak, yakali." balasnya diakhiri kekehan ringan, Vito menatap Prisma dari kepala ke kaki.
'Padahal tampangnya jahat,' selorohnya dalam hati.
"Terus mau apa? Mau ganggu aku ya?" tanya Vito kembali, Ia meletakkan uang bernilai lima puluh ribu diatas bukunya.
"Enggak kok, cuma mau duduk aja disini, sepi banget disana, boleh kan?" tanya Prisma, Vito mengangguk ragu.
"Kamu kenapa mau duduk sama aku? Aku kan nolep." katanya, Ia benarkan posisi kacamata bulatnya, Prisma menatap Vito dengan senyuman hangatnya.
"Loh? Nggak boleh ya?" tanya Prisma.
"Enggak gitu, tapi emang kamu nggak jijik sama aku?" tanya Vito, Ia menatap Prisma dengan mata bulatnya. Yang ditatap terkekeh.
"Kenapa? Gue rasa lo anak yang baik, jadi buat apa jijik?" ucapnya yang kenudian diangguki oleh Vito.
"Masih ada yang bisa ngertiin aku ternyata, Bunda, Kamu, sama pak Amar aja," celetuknya tiba-tiba, Prisma heran, kenapa cara bicara Vito seperti anak kecil? Bukannya ilfeel Ia justru gemas dengan cara bicara Vito
"Yang lain?" tanya Prisma.
"Jahat, aku di gangguin terus," ucapnya lantang.
"Vit, gue tau kenapa mereka jahat sama lo," kata Prisma.
"Kenapa?" tanya Vito, dirinya sangat penasaran akan ucapan Prisma barusan ingin tahu betul apa yang membuat teman-temannya berbuat jahat kepadanya.
"Lo penyendiri." Vito sedikit tersakiti akan ucapan Prisma barusan, sedetik kemudian dia bertanya.
"Aku tau, tapi kenapa harus diganggu? Nggak selamanya manusia harus bisa bersosialisasi." katanya.
"Bergaul juga penting, Vit," kata Prisma, Vito manggut.
"Tapi, aku nggak suka." bantahnya.
"Lo punya temen nggak?" tanya Prisma, Vito menggeleng.
"Satupun?" tanya Prisma memastikan, balasan yang di dapat hanyalah anggukan kecil.
"Yaudah, lo sekarang temen gue." kata Prisma tk mau dibantah, Vito mendongak menatap Prisma yang baru saja melontarkan kata-kata yang membuat hatinya sedikit terhentak.
Book ini female dominant ya, tapi bisa berubah juga seuai imajinasi saya hohoo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rude Girl X Softboy | 𝗙𝗲𝗺𝗱𝗼𝗺!
Любовные романыGimana jadinya kalau cewek keras kepala, suka berantem, anak motor ditemukan dengan lelaki lembut, manis, dan penyabar? Prisma awalnya nggak kenal sama Abima, tapi ada suatu kejadian yang membuat Abima mendapatkan nomornya. Abima itu lucu bagi Prism...