4. kesadaran

505 45 6
                                    

Setelah kejadian kemarin Noren mengubah rasa suka nya kepada Prisma menjadi sebuah kebencian. Tititnya masih perih karena tendangan maut Prisma kemarin!

"Anjing banget tu cewek, nyesel gue pernah suka." gumamnya, Ia menatap kaca yang terletak di kamarnya.

"Kalo dipikir-pikir mending sama Vanya daripada sama Prisma, dapet bogeman terus kalo salah omong, gue bakal ajak Vanya balikan. Pokoknya gue harus dapetin kebahagiaan yang sama kayak sebelumnya. Gue mau Vanya!" lihat, Noren seperti orang Gila, tapi memang nyatanya begitu, dia tergila-gila akan kekayaan Vanya.

Sementara disisi lain, Prisma tengah membersihkan darah-darah yang terlukis di wajahnya, dia terlibat perkelahian dengan dua remaja yang diperkirakan bersekolah di Elang High School, sekolah yang memang selalu cari gara-gara dengan SMA Prisma.

Ia kira tadinya akan dibegal, tapi ternyata cuma diajak berkelahi, katanya mau tes mental Prisma yang katanya cewek paling jago berantem di Rajawali High School.

Prisma masih belum mengalahkan mereka berdua, dikarenakan segerombolan laki-laki menegur dua lelaki yang mengeroyok Prisma.

"Asem, perih bat cok! Andai gue punya cowo yang perhatian, lucu, gemesin, terus peka yang rela bersihin dan obatin muka gue pas gue habis berantem, beuh enak banget pasti!" ujarnya sembari membayangkan ciri-ciri lelaki yang Ia sebutkan, beberapa detik kemudian Ia menepis pikirannya kala dibenaknya terdapat wajah Abima, lelaki yang mencalonkan diri sebagai ketua Osis di sekolahnya.

"Anjir, kenapa tiba-tina Abima nongol," ujarnya, lalu melanjutkan aktifitas mengobati lukanya.

"Tapi, kalau di pikir-pikir tu cowok lumayan juga, tapi apa mungkin cewek kayak gue bersanding sama dia? Ngga seimbang dong!" terkanya, Prisma ini merasa bahwa dirinya adalah perempuan dengan kepribadian buruk.

Ia sendiri tidak tahu dari mana asalnya, tapi bisa di prediksi kalau kenakalannya turun temurun dari Ayahnya.

"Au dah!" setelah selesai talkshow mandiri, Ia pun berdiri dan berjalan menuju kasur berwarna abu-abu miliknya, dan merebahkan dirinya disana.

***
"Udah lah Van, cowok kayak gitu nggak usah ditangisin, yang ada lo capek sendiri." ujar Sita menenangkan Vanya yang tengah menangis sesegukan.

Tadi Vanya chat minta ditemani, dan ketika Sita sampai di kamar Vanya, Ia terkejut melihat Vanya yang tengah menangis dengan tissue-tissue berserakan di kasurnya.

"Gue iri sama Prisma, Ta! Dia dapetin semuanya, perhatian Jared, perhatian Noren, perhatian bang Laut! Dia dapet semuanya, sedangkan gue? Ditinggalin gitu aja! Gue capek Sita.." keluhnya, Sita faham.

Sahabatnya itu memeluk Vanya dari samping, memberikan kehangatan untuknya yang sedang terbakar api emosi.

"Prisma itu sebenernya baik, Van. Lo tau sendiri kan gimana dia pas masih SMP? Dia baik pake banget, tapi semenjak SMA lo jadi benci sama dia karena dia dapetin attention dari orang-orang yang lo sayang, dan lo tau nggak?" tanya Sita sembari melepas pelukannya.

"A-apa?" tanya Vanya masih menyisakkan sedikit isakkan sebelum bertanya.

"Kemarin Prisma ngehajar Noren,"

"Hah?! Kenapa gitu??" kejut Vanya, Sita terkekeh.

"Ini lucu sih, kan lo amuk dia waktu dj belakang sekolah, nah dia nanya tuh ke gue, gue cceritain lah. Baru setengah cerita dia udah marah, terus ajak gue nyari Noren. Diajaklah Noren ke belakang sekolah, eh dihajar! Gue juga sempet kata-katain Noren." jelasnya, Vanya menanggapi cerita Sita barusan dengan tawa.

"Nah, gitu dong! Ketawa," ujar Sita, Vanya terkekeh setelahnya.

"Prisma nggak seburuk itu kok, nanti gue bilangin ya pelan-pelan? Atau perlu gue kasih tau Jared sama Laut biar mereka bagi waktu antara lo sama Prisma?" usul Sita, Vanya menggeleng pelan.

"Nggak perlu,"

"Yaudah, gue bilangin Prisma aja ya? Supaya dia ngerti, dan mulai ngomong sama Jared, maupun Laut." balas Sita.

"Thanks, gue jadi merasa bersalah sama Prisma karena gangguin dia mulu." sesal Vanya.

"Makanya, gue awalnya juga nahan lo kan buat nggak apa-apain Prisma dulu," kata Sita.

"Yaudah lah Ta," setelahnya Vanya menyender pada kepala ranjang, disusul Sita yang pamit pulang.

Rude Girl X Softboy | 𝗙𝗲𝗺𝗱𝗼𝗺!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang