BAB 3 [RUMOR] SERENA POV

222 13 0
                                    

hell to heaven, you were my escape

- rush (lewis capaldi) -

*****

Aku tidak terkejut lagi saat mobil sport keluaran baru brand mewah sudah terparkir di halaman rumahku. Papah dan mama bahkan menanggapi keberadaan laki-laki bernama Lucas Saint Malachi itu dengan sangat baik. Aku tidak tahu, apa dia benar-benar teman ku dan aku yang lupa atau dia mempermainkan kami.

Dia bahkan sudah berada di meja makan sambil berbincang dengan kedua orangtuaku seakan mereka sudah lama saling mengenal. "papah, mamah, kalian tidak terlambat kerja?" sindir ku saat melihat mereka bertiga asik tertawa.

"Ini kami juga mau berangkat, untung ada nak Lucas, kamu jadi punya temen buat sarapan."

Aku memutar kedua bola mata ku dengan malas, memangnya aku pernah merasa keberatan sarapan sendiri? kenapa jadi mereka sangat mempercayakan anak laki-laki yang baru saja mereka kenal?

"Biasanya juga sendiri nggak apa-apa, tuh!" kataku kesal.

Mamah dan Papah malah tertawa. "kalau gitu kami pergi dulu ya.." katanya, mereka mengecup keningku sebelum akhirnya mengambil barang mereka dan keluar pintu rumah.

beberapa saat kemudian aku mendengar suara mobil mereka yang menyala dan meninggalkan perkarangan rumah. Kini tersisa kami berdua, aku dan pria bernama Lucas ini.

"Aku bawain kamu oleh-oleh dari mommy, dia bilang ini terkenal banget di Kanada." Pria itu Mengambil sesuatu di dalam tas nya, lalu menyarahkan sirup maple padaku, "tadinya aku mau kasih kamu wiski. tapi aku jadinya kasih ke mamah kamu. gapapa kan?"

Aku menatap sirup di tanganku. aku tau merek ini. merek mahal yang aku bahkan harus berpikir beberapa kali untuk membeli sirup maple di harga itu. "Terimakasih." kataku.

Dia tersenyum, kembali duduk di kursi makan, "Ayok sarapan, aku udah bikin pasta buat kamu." katanya sambil menepuk-nepuk kursi di sampingnya.

Aku menghela nafasku dengan pasrah, sambil berjalan untuk duduk disana, "kamu yang buat lagi?"

Lucas mengangguk dengan semangat, "soalnya aku tau kamu suka banget sama pizza dan pasta."

Aneh, karena itu benar. tapi darimana dia tau? apa mamah yang memberitahunya kemarin saat dia tidak sengaja membuat pizza untukku?

"Iya, terimakasih."


***

Aku dan mungkin juga Lucas tidak mengikuti masa orientasi, aku tidak mengikuti orientasi karena mamah menyuruhku istirahat karena baru saja pindahan, tidak tahu dengan Lucas. tapi aku tidak menyangka kalau kami ternyata sekelas.

Begitu masuk kelas, aku tidak mengenal siapapun. Aku mencari seseorang yang masih duduk sendiri. tapi begitu aku menemukan tempat yang aku inginkan, Lucas malah menarikku agar mengikutinya, yaitu bangku kosong paling depan dimana adalah bangku yang paling di hindari oleh murid-murid.

"Lucas, aku ingin duduk di belakang sama anak itu." kataku sambil menunjukkan perempuan yang ku maksud dengan mata ku.

"Tapi kalau Serena pergi, aku jadi nggak punya teman." katanya.

aku mengernyit, dia terlihat seperti bukan tipe yang akan kesulitan beradaptasi apalagi mencari teman. "Kamu pasti bakal dapat teman baru."

"Tapi aku maunya duduk sama Serena, waktu itu aku nggak bisa satu sekolah bareng, aku juga nggak bisa satu kelas bareng sama kamu. dari dulu aku mau banget ngerasain sebangku sama kamu."

Kenapa dia selalu berbicara seperti itu sih?

"Yasudah, hari ini aku duduk disini." kataku, mengalah pada akhirnya.

Jika bukan karena orangtuanya yang sangat kaya, dan papahku memiliki bisnis dengan keluarganya, aku pasti tidak akan menahan diriku seperti ini. Aku akan bertanya pada papah nanti, sampai kapan mereka akan menjalankan kerjasama, jika itu suatu proyek pasti tidak akan begitu lama.

Begitu aku duduk, guru langsung masuk kedalam ruangan, selama pelajaran hanya ada perkenalan diri karena mungkin baru hari pertama masuk sekolah. tapi saat itu aku belum sadar satu hal, yaitu jika aku dan Lucas ternyata sudah menjadi perbincangan dan bahan gosip satu sekolah.

Saat aku menyadari itu, itu sudah hari ketiga kami bersekolah. Saat aku berusaha bicara dengan teman sekelas, tapi mereka semua tampak menghindari ku? aku bingung, kenapa mereka bersikap seperti itu padaku. memangnya rumor seperti apa yang beredar?

Setelah hari pertama sekolah, aku tidak punya pilihan lain selain duduk di samping Lucas lagi karena teman-teman sekelas yang seperti menghindariku.

Apa ini? aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya, aku tidak pernah berada di situasi seperti ini. aku merasa seperti di kucilkan? tapi kenapa?

Dan saat ini, kami sedang berjalan di tempat loker sekolah, mataku langsung tertuju pada seorang perempuan yang aku tahu dia adalah salah satu teman sekelas ku. tanpa tunggu lama, aku segera menghampiri perempuan itu, "Halo, aku Serena, kamu sisi, kan? aku denger kamu belum ada pasangan buat tugas kesenian. mau sama aku nggak? kebetulan aku juga belum punya pasangan." kataku

Tapi tanpa kuduga dia malah terlonjak kaget bahkan hampir saja jatuh, aku bingung. Dia menatapku seakan aku adalah hantu. "Ma.. maaf! a-aku udah punya pasangan!" katanya dengan panik sambil menggeleng-gelengkan kepala dan tangannya.

"Oh, gitu ya.. kalau gitu kamu--" kalimatku bahkan belum selesai saat perempuan yang kutahu bernama sisi itu pergi dengan berlari kecil.

Aku diam. bukankah ini agak berlebihan?

Sebuah sentuhan di pundakku kembali menyadarkan ku, "Kenapa kamu bilang belum punya pasangan? kamu kan sudah pasti akan berpasangan sama aku."

Aku menoleh kearah Lucas di sebelahku yang menatapku dengan tatapannya yang sedih dan kecewa. Dia benar-benar pandai bersikap seperti anak anjing yang di tinggalkan. lagipula dia pikir berapa umurnya? menempel terus pada anak perempuan tanpa tahu malu!

Aku menggeram kesal. benar-benar menyebalkan. ini adalah masa sekolah paling menyebalkan yang pernah aku jalani.

Tapi lagi-lagi aku tidak bisa mengatakan apa-apa pada laki-laki ini. Aku sangat kesal. "Apa kamu tahu tentang rumor yang beredar tentang kamu dan aku?" tanyaku.

Dia mengangkat kedua alisnya, "Rumor apa maksud kamu? memangnya ada rumor seperti apa?"

Apa dia benar-benat tidak tahu? aku menghela nafasku. "Tidak, bukan apa-apa. lupakan saja." kataku.

Aku bisa gila lama-lama jika terus memusingkan hal ini. aku akan mencari tahu tentang rumor itu. jika benar-benar tidak bisa diselamatkan, maka biarkan saja, lagipula aku tidak membutuhkan teman juga.

Aku berjalan menuju loker ku, mengambil barang-barang ku disana, "ayok pulang." kataku, kebetulan memang kelas kami sudah bubar.

"Apa kamu mau mampir kerumah ku dulu sebelum pulang? kamu belum pernah datang kerumah ku, kan?"

Aku menggelengkan kepalaku, aku bahkan tidak ingin berpikir alasan laki-laki itu tiba-tiba mengajakku mampir kerumahnya.

"aku cape."

#REVISI 24 Juli 2024

Sweetest Obsession [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang