BAB 5 [PERGI] LUCAS POV

130 6 0
                                    


"Some call me a prince and some call me a Beast"

Otherwise i dont care as long as she's with me

-Lucas Saint Malachi-

_______________


Wajahnya, senyuman dan aromanya masih terasa sangat jelas. Manik mata Hazel yang bersinar cerah, bibirnya yang tebal ranum berwarna merah muda, aku selalu ingin mencicipinya, mengigitnya hingga meninggalkan bekas kepemilikkanku. lehernya yang putih mulus dan jenjang. sialnya, aku harus menahan diriku untuk tidak menyentuhnya.

Akhirnya kami bertemu kembali setelah 7 tahun, dia benar-benar tumbuh menjadi wanita yang sangat mempesona seperti dugaanku selama ini, dan kali ini aku tidak akan pernah melepaskannya lagi. Serena ku. my bride.

"Big bro, hari ini kamu akan mengenalkan ku pada sister in law, kan?" Gage menepuk pundakku, sejak kepulangan anak itu dari Australia dia selalu memintaku untuk mempertemukan dia dengan Serena.

Jujur saja aku tidak menyukai ide itu. Serena itu milikku. Jika bisa, aku ingin mengurungnya hingga tidak ada orang lain yang bisa melihatnya selain diriku. Serena terlalu cantik, bagaimana jika orang yang melihatnya langsung jatuh cinta padanya?

"Ayolah.. kamu tahu, jika kamu tidak membawanya, maka aku sendiri yang akan menemuinya." sambungnya.

"Aku akan menghabisimu jika kamu menemuinya sendiri."

"Apa?! wah, kau benar-benar." Gage bersikap seakan dia terluka dengan ucapanku. tapi aku tahu dengan benar jika saudara kembarku itu tidak akan mundur begitu mudah.

Aku hendak memasukkan bahan-bahan sarapan dari atas meja makan untuk Serena ke dalam papper bag saat ponselku berdering.

Sementara aku menerima telepon, Gage hanya duduk di kursi meja makan sambil menunggu koki keluarga kami menyiapkan sarapan untuknya.

"tuan muda, kami ingin melapor jika nona Serena terlihat keluar dari rumah dan sepertinya hendak memesan kendaraan umum secara online menuju sekolah."

Aku menerima laporan itu dengan keningku yang mengerut. Kenapa dia pergi sendiri?

"Ikuti dia. jangan sampai ketahuan. aku akan pergi sekarang." kataku, langsung menutup telepon dan memasukkan ponselku ke saku.

Ada apa dengannya? kenapa dia tiba-tiba bersikap seperti ini? aku yakin aku sudah berusaha bersikap sebaik mungkin agar dia tidak takut padaku.

"Kamu sudah mau pergi, bro?" Gage bertanya bersamaan dengan aku yang mengambil kunci mobil dan berjalan cepat kearah pintu. aku meninggalkan papper bag berisi bahan-bahan, karena hari ini sepertinya aku tidak akan memasak makanan untuk princess ku.

Aku mengendarai mobilku dengan kecepatan penuh, rumahku lebih dekat dari sekolah, jadi aku yakin aku bisa datang lebih dulu daripada Serena. begitu sampai sekolah, aku meminta satpam untuk membuka gerbang serta menutupnya kembali. aku bahkan repot-repot meminta anak buahku yang selalu berjaga di sekolah untuk membawa mobil ku dan memarkirkannya setelah Serena datang ke sekolah.

Begitu masuk kelas, aku menatap seluruh penjuru kelas yang masih kosong. Serena belum sampai. Sambil menunggunya, aku terus bertanya di kepalaku. Bagian mana yang salah?

Serena, perempuan itu juga bersikap aneh, dia terus mencoba untuk berpisah denganku. Apa dia mau meninggalkanku? Berulang kali aku mencoba mengabaikannya dan bersikap seolah baik-baik saja. tapi bagaimana jika dia benar-benar membuangku?

Aku tidak akan membiarkannya. aku sudah membuatnya sulit untuk menolakku dengan memberikan proyek besar pada ayahnya. aku bahkan sudah memperingati semua orang di sekolah ini untuk tidak mendekati Serena. apalagi yang harus kulakukan agar dia hanya melihat kearah ku?

Aku menoleh kearah pintu begitu mendengar suara langkah ringan yang mendekat, "Kenapa kamu berangkat sendiri?"

Serena terlihat bingung, nafasnya yang masih terengah, aku bisa melihat uap tipis dari mulut dan nafasnya. Aku jadi iri pada udara itu yang bisa masuk kedalam rongga milik Serena.

"Kenapa kamu bisa duluan sampe sini?"

"Aku nanya duluan. kamu belum jawab." Dia sedikit tersentak mundur kebelakang, setiap pergerakkan kecil itu, Aku tidak tahu kenapa tapi mataku tidak bisa tidak memperhatikannya.

"Karena aku mau berangkat sekolah sendiri mulai sekarang. aku juga mau berteman sama teman sekelas lain. aku gabisa terus berduaan doang sama kamu."

Sudah kuduga seperti ini. dia ingin meninggalkan ku, dia ingin membuangku.

"Kamu benci sama aku?"

"Aku nggak benci sama kamu. aku juga nggak punya perasaan apa-apa sama kamu! Kamu juga udah bohong sama papah ku. kamu bilang aku suka sama kamu. emangnya kapan aku pernah ngomong kaya gitu?"

Dia menundukkan kepalanya, apa dia sekarang juga tidak ingin menatapku? Aku menggenggam kedua tangannya dengan erat, aku tidak akan melepaskannya, aku sudah bersabar selama 7 tahun.

"Aku nggak bohong soal apapun. kamu mungkin belum suka sama aku. tapi kamu udah pasti suka sama aku, kan? lagipula cepat atau lambat kita juga bakal nikah. buat apa kamu berteman sama oranglain, kamu kan udah punya aku."

Iya, dia sudah berjanji tidak akan meninggalkan ku, dia sudah berjanji akan menjadi temanku selamanya. bukankah itu sama saja dengan dia berjanji menikah denganku? jika kami menikah, kami akan selalu bersama. Aku tidak berbohong tentang apapun.

Aku kaget saat dia tiba-tiba menarik tangannya darikku dengan kasar. dia menatapku seakan aku sudah mengatakan sesuatu yang aneh dan dia tidak tahu apapun tentang apa yang aku katakan.

"Kenapa aku bakal nikah sama kamu? aku aja nggak suka sama kamu."

"Apa?"

"Aku nggak bakal nikah sama kamu!"

"Maksud kamu apa? kamu kan udah janji sama aku."

"Hah?!"

Sebenarnya aku memiliki firasat jika dia lupa denganku dan pertemuan kami 7 tahun yang lalu. tapi kupikir hal itu tidak masalah, aku yakin dia akan perlahan-lahan ingat. lagipula dia ingat ataupun tidak aku akan tetap tidak akan melepaskannya. Tapi mendengarnya sendiri jika dia lupa dengan janji kami dulu, aku merasa sedikit kesal.

"Kita omongin ini nanti lagi, sekarang udah banyak orang."

Apa yang harus aku lakukan sekarang untuk membuatnya terus bersamaku? apa aku harus mengurungnya? tapi jika begitu, dia akan membenciku, kan? dia sudah berjanji akan terus bersama ku. jadi bukankah tidak masalah?

"Lucas, ada yang mau masuk. kamu jangan menghalangi pintu!"

"Nggak, aku gamau. kita harus bahas ini sekarang. kamu harus jelasin maksud omongan kamu tadi apa."

"Lucas."

"Nggak, Serena."

"Lucas! lepasin!"

Sementara ini, mungkin aku akan membawanya ke tempat dimana kami berdua tanpa ada orang lain yang bisa menganggu kami.

"kamu mau bawa aku kemana?"

"Lucas! kalau kamu begini terus. aku gamau kenal sama kamu lagi!"

Aku tidak peduli. Jika berpura-pura baikpun tidak membuatnya bersamaku, maka aku akan melakukan hal sesukaku.

Aku baru saja akan menancapkan pedal gas ku saat tiba-tiba suara ketukan di kaca pintu mobilku menganggu, "hey, big bro! aku dengar kamu menyeret seorang gadis cantik ke dalam mobilmu. apa aku boleh ikut?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweetest Obsession [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang