Irene tergopoh memasuki halaman sekolah nya ketika sadar belum mengerjakan tugas. Cekatan dia mampu berbelit di puluhan manusia yang juga sedang masuk halaman sekolah.
Tidak sadar kalau sahabat baiknya sedang memperhatikan dari belakang dengan senyum penuh arti.
Punggung nya aja cantik.
Braakk!
"Sialan!" Irene memaki ketika tubuhnya menyentuh bumi.
Sementara seseorang yang menabraknya sudah kabur, tahu kalau yang ditabrak adalah manusia galak.
"Awas lo ya, gue incer muka lo." Kembali dirinya berbicara sendiri dengan intonasi menekan. Padahal tidak serius, Irene juga tidak tahu siapa yang menabraknya, memperhatikan saja tidak.
"Haha masih pagi Rene," suara sahabat nya yang sedari tadi memperhatikan di belakang.
Irene mendengus dan menyambut uluran tangan Wendy, sahabatnya sedari masih Sekolah Menengah Pertama.
"Kamu liat ngga?"
Wendy mengangkat kedua alisnya. "Apaan?"
"Yang nabrak tadi." Irene menjawab sembari membersihkan tanah yang menempel pada rok seragamnya.
"Engga."
Irene memutar bola matanya kesal. "Tau ngga sih, aku tuh belom ngerjain tugas biologi, udah gitu dia main tab-"
Hug
Belum sempat Irene selesaikan kalimat nya, tubuh Wendy yang lebih pendek 5 cm sudah memeluknya dengan erat.
Dapat Irene rasakan tarikan nafas Wendy yang panjang dan juga hembusan yang terasa hangat di dada nya.
"Wyanhi amay siy." Ujar Wendy tidak jelas. Wajahnya masih tenggelam dalam dada Irene.
Irene terkekeh kemudian tangan kirinya terangkat mengeratkan punggung Wendy sementara tangan kanan nya mengusap kepala Wendy yang menurutnya lucu.
"Wangi lah, parfum kesukaan siapa coba?"
"Akuuu!!" Wendy menjawab dengan kuat, membuat Irene merasa geli karena suara Wendy terasa begitu dekat.
"Udah ah, diliatin tau."
Wendy menggeleng dengan lucu di dada nya. Merasa nyaman dengan tempat itu.
"Hem, mau sampai kapan?"
"Bentar."
Tiga puluh detik Irene menunggu dengan sabar sampai Wendy mulai mengendurkan dekapan nya. Wendy memang suka melakukan itu. Irene merasa maklum karena mereka berteman sejak lama.
Meski awalnya Irene merasa aneh, tapi lama-lama Irene menjadi terbiasa dan justru akan kurang pas jika Wendy ada di dekatnya namun tidak memeluknya.
"Tadi sarapan apa?" Usai Wendy melepas pelukannya, Irene menuntun Wendy dengan tangan di leher dan bahu gadis lucu itu.
Wendy menggeleng sebagai balasan.
"Duh, udah tau asam lambung. Kenapa ngga sarapan?"
Wendy balas dengan menunjukkan rentetan gigi rapih nya, kemudian membenarkan rambutnya yang menutupi wajah.
Tanpa banyak bicara lagi Irene membawa tubuh Wendy ke arah kantin.
Wendy memperhatikan bagaimana Irene memilihkan isian untuk nasi sayur yang akan dimakan Wendy sebagai sarapan.
Irene memang tahu segala hal yang Wendy mau dan suka. Tanpa terkecuali.
Wendy tersenyum dan wajahnya memanas dengan perlakuan Irene. Irene yang melihat itu tersenyum, "salting nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
tukang peluk [wenrene]
Romancecerita si manusia tukang peluk. ! awas nyesel baca ! ⌦ 「G x G」 ⌦ ꜰᴀɴ ꜰɪᴄᴛɪᴏɴ | ᴅᴏɴ'ᴛ ᴀꜱꜱᴏᴄɪᴀᴛᴇ ɪᴛ ᴡɪᴛʜ ᴛʜᴇɪʀ ʀᴇᴀʟ ʟɪꜰᴇ