Mikasa menggeliat tak nyaman sehabis duduk tegak membaca komik online yang ia sukai semenjak tiga jam yang lalu. Mikasa tengah menghibur diri karena mendengar berita bahwa Eren dan Historia akan menikah. Bahkan parahnya Historia juga tengah hamil anaknya Eren.
Sungguh sialan! Ia bahkan tak tahu kalau selama ini keduanya menjalin hubungan diam-diam pasca misi yang telah berakhir. Tak dapat dipungkiri karena kesibukan Mikasa mengurus pekerjaannya, ia sampai tak tahu kalau Eren yang awalnya sempat mengatakan tertarik padanya justru malah akan menikah dengan Historia. Jean pernah mengatakan hal ini sebelumnya, tapi Mikasa acuh dan tak percaya akan perkataan Jean yang ia anggap bualan semata.
"Kau sudah selesai?" Tanya Hanji yang melihat Mikasa baru keluar dari kamar. Hanji tentu tau apa yang bawahannya itu lakukan. Apalagi kalau bukan mengibur diri.
"Berhenti menanyakan aku Kapten Hanji. Seharusnya kau fokus pada pekerjaan barumu yang ekstrim itu," dengus Mikasa tak suka. Ia dan Hanji berasal dari organisasi yang sama. Organisasi pengintai terbaik di negara mereka.
Hanji terkekeh. "Baiklah. Kau bisa istirahat semau mu, tak ada yang memaksa kau kembali menjalankan misi. Aku akan memberikan ijin cuti patah hati," ejeknya dengan wajah puas. Mikasa melempar pisau buah yang ada di tangannya yang tentu langsung bisa ditangkap Hanji dengan mudah.
Sore itu ia berniat melabrak Historia dan Eren. Tapi sayang, komik kesayangannya belum selesai ia baca hingga episode terbaru. Komik yang menarik, kisah gadis 19 tahun yang menjadi obsesi dari pria kaya raya yang tampan. Naasnya nama gadis itu persis seperti namanya, namun karakternya yang lemah penurut membuat Mikasa sebal. Namun sejauh ini alur yang dibuat penulisnya sangat epik. Tidak fokus pada seputar obsesi sang tokoh utama saja, juga membahas tentang Levi--Male lead dalam komik yang digambarkan sebagai sosok tampan, kaya raya dan dingin. Levi juga terkenal dengan kemampuannya yang hebat dalam bertarung.
"Menurutmu kapan pimpinan akan memberikan misi lagi?" Tanya Mikasa menyuap potongan steak ayam yang dibuatkan Hanji untuknya. Mereka makan malam dengan menu yang cukup menarik. Hanji selalu ekstrim dan aneh.
"Setelah Eren dan Historia menikah?" Tebak Hanji terdengar bertanya. Mikasa mendengus, itu lagi. Dia benci mengetahui fakta kalau sebelum kejadian itu, Historia adalah sahabat baiknya. Tapi setelah mengetahui pengkhianatan keduanya, Mikasa memutuskan ia takkan lagi menyapa dua orang menyebalkan itu.
"Kurasa aku akan cuti panjang, semoga tua bangka itu mengijinkan." Mikasa membayangkan wajah pimpinannya yang berkerut marah kala ia mengajukan cuti perjalanan setahun yang lalu. Apalagi sekarang, membayangkan ia akan cuti selama sebulan, itu akan membuat pimpinan mereka marah besar. Tentunya karena Mikasa adalah salah satu ujung tombak organisasi mereka.
Hanji tersenyum sinis. "Seratus persen tak diijinkan." Hanji tertawa.
***
Keberuntungan Mikasa yang ingin melabrak Historia memang datang dengan sendirinya. Saat ia tengah berjalan di pusat kota untuk mencari beberapa keperluan. Historia justru datang sendiri menemui Mikasa.
"Kau memang tidak tahu malu ya?" Sinis Mikasa memerhatikan perut buncit Historia. Keduanya berdiri di pinggir jembatan yang ada di ujung taman.
Historia tersenyum tipis. Mengelus perut buncitnya, mengabaikan tatapan Mikasa yang penuh kebencian.
"Aku hanya berusaha menerima kenyataan Mikasa-chan. Meski awalnya Eren hanya melampiaskan semua rasa sakitnya padaku, akhirnya aku bisa memasuki hatinya dan secara perlahan dia mulai melupakanmu." Historia mengucapkan kalimat itu dengan penuh senyuman. Seolah itu bukan sesuatu yang akan membuat Mikasa sakit hati.
"Kau memang tak tahu malu Historia. Sungguh akan bagus jika aku melenyapkan mu." Mikasa memicingkan matanya mengamati ekspresi wajah Historia yang berubah ketakutan. Historia tidak ahli dalam pertarungan seperti Mikasa. Ia biasa dalam baris belakang, menyiapkan logistik, keperluan dan lebih banyak bekerja di laboratorium.
Mikasa tersenyum sinis. Niat awalnya berbicara hanya akan mengancam. Sekarang malah timbul pemikiran untuk melenyapkan perempuan tak tahu diuntung itu. Mikasa menyeret lengan Historia hingga mendekati pinggiran jembatan, dalam sekali dorong, Historia dapat dipastikan jatuh ke bawah. Terjun ke sungai dengan aliran deras dan batu-batu besar yang tajam.
"Mikasa, jangan! Kau akan dibenci Eren jika melakukannya."
Mikasa tertawa."Aku tidak peduli. "
Terjadi begitu saja, Mikasa mendorong Historia dan perempuan itu tersangkut di bibir jembatan dengan wajah ketakutan dan banjir air mata. Historia berusaha meraih kaki Mikasa dan sialnya, karena telponnya berdering dan Mikasa terkejut. Ia malah kehilangan keseimbangannya dan terjatuh bersama Historia ke bawah.
Sialan! Apa ia akan mati?
***
Mikasa membuka matanya yang terasa berat. Sepertinya ia selamat, sekujur tubuhnya terasa sakit dan terutama di bagian kepala.
"Nona Ackerman? Anda sudah sadar?" Mikasa menoleh mendengar suara asing menyapanya. Seorang perempuan berusia pertengahan tiga puluh kalau ia tak salah menebak--tengah panik memanggil dokter. Mikasa melirik sekeliling, seperti kebiasannya sebagai pengintai.
Ada yang aneh, apakah ruangan rumah sakit sangat mewah seperti ini? Ruangan itu dilengkapi dengan kasur yang sangat besar, sofa, lemari dan jendela yang lebar. Eh? Ini lebih mirip kamar.
Saat Mikasa masih dalam kebingungannya menganalisis situasi. Seorang pria ber-jas putih datang diiringi pria tampan berambut gelap dengan tatapan setajam laser.
Setengah jam berlalu setelah pemeriksaannya. Pria berwajah rupawan itu masih di sana. Menatapnya dengan pandangan penuh amarah. Tanpa diduga, pria itu malah mencengkram rahangnya.
"Beraninya kau kabur dariku Mikasa Ackerman!" Desis pria itu kian erat mencengkram rahangnya. Mikasa mendengus, ia menghempaskan tangan pria itu dengan paksa.
"Kau kira kau siapa? Beraninya kau menyentuh wajahku! Akan ku patahkan tulangmu!" Sentak Mikasa langsung menyerang pria itu dengan sebuah pukulan telak, pria itu sempat menghindar, tapi kemampuan Mikasa yang diatas rata-rata dan menyerang dadakan membuat pria itu tetap terkena serangan itu.
"Kau!" Pria itu mengelus sudut bibirnya yang terkena pukulan.
"Terima hukuman dariku nanti Mikasa, kau akan tahu dengan siapa kau bermain-main!"
Pria itu meninggalkan ruangan itu. Detik itu Mikasa menyadari, sepertinya ia familiar dengan wajah itu. Seperti wajah seseorang yang pernah ia temui.Dan dialog itu? Bukankah ia pernah mendengarnya dari suatu tempat?
Tunggu!
"Nona Ackerman. Tuan meminta Anda menghadap beliau segera di ruang hukuman." Wanita tadi, yang ada di saat pertama kalinya ia sadar berkata dengan nada ketakutan.
Apa? Ruang hukuman?
Sialan! Sebenarnya apa yang terjadi?
***
a/n
Haii.. Souka back.. bawa cerita baru. Semoga suka dengan pembukanya.. walaupun mainstream ya awalannya. Tapi kelanjutannya enggak kok.
Terima kasih buat teman2 yang masih nunggu Souka...
KAMU SEDANG MEMBACA
STARLIGHT
FanfictionMikasa Ackerman baru saja menerima kenyataan jika Eren dan Historia sahabatnya berselingkuh. Mendendam dan ingin membalas nya, namun bukannya berhasil ia justru celaka dan mati. Namun takdir justru membawanya ke dalam komik terakhir yang ia baca. Di...