Mikasa menatap lorong-lorong panjang dimana kini ia tengah berjalan menuju ruang hukuman seperti yang diminta pria itu. Wanita tadi yang mengantarnya, ia tak begitu ambil pusing. Jika pria tadi berniat macam-macam ia akan membunuhnya dengan mudah. Tapi sebelum itu semua, bukankah ini agak aneh? Kenapa ia bisa ada di sana? Seharusnya ia berada di rumah sakit, atau mungkin pria tadi adalah penyelamatnya? Lantas kenapa ia harus dihukum?Tidak ada jawaban yang bisa ia pikirkan. Hingga tiba di dalam ruangan yang dimaksud. Mikasa bisa melihat pria itu menyiapkan sebuah cambuk. Ia jadi siaga, apalagi ketika pria itu memintanya untuk berdiri tegak di atas kursi kayu kecil.
"Beraninya kau menantang mataku!" Pria itu mendorong tubuhnya. Namun Mikasa cukup awas kali ini. Ia langsung melayangkan serangan pada pria itu. Tinjunya melayang beberapa kali, menyusul tendangan mautnya yang selalu dipuji Hanji. Namun sialnya, pria rupawan yang ia akui cukup pendek itu rupanya memiliki kemampuan yang cukup hebat. Mikasa merasa menemukan lawan setara.
Tanpa terduga, Mikasa mendapat tendangan cukup kuat di perutnya. Tubuhnya terbanting ke arah sofa, punggungnya langsung mengenai sandaran. Ringisan Mikasa membuat pria itu berhenti. Ia melangkah dengan angkuh, menarik rambut Mikasa. "Jangan coba-coba kabur lagi Mikasa. Apalagi sampai mencuri kesempatan pada kekasihku!"
Sialan! Mikasa meludah ke arah kaki pria itu dan berdecih sinis. "Kau tidak berhak memerintahku. Pergilah sebelum kau menyesal, siapapun kau! Kau telah salah memilih lawan!" Desis Mikasa menghempaskan tangan pria itu dan berdiri. Tingginya hampir sama dengan pria itu, hanya saja Mikasa lebih pendek beberapa centi.
Melihat perilaku Mikasa, pria itu semakin marah. "Kurung gadis ini di menara pengasingan. Dan jangan biarkan dia kabur lagi! Tidak becus!" Bentaknya meninggalkan ruangan itu dengan wajah merah padam. Mikasa masih mencerna situasi tadi sambil memeriksa perutnya yang terkena tendangan. Ada memar merah di sana, dalam beberapa jam pasti akan membiru.
Beberapa pria bertubuh besar menyeretnya ke luar. Tangannya diborgol dan ia diseret seperti binatang. Benar-benar brengsek! Sebenarnya dia ada dimana dan kenapa bisa seperti ini?
Mikasa mendesah kesal. Apakah ia berada di suatu tempat yang tak ia ketahui?
****
Saat memeriksa ponselnya, Mikasa baru sadar kalau benda itu tidak ada di saku celananya. Anehnya pakaian dan juga potongan rambutnya terasa aneh dan feminim. Ketika itulah Mikasa menyadari mungkin semuanya telah berubah semenjak ia jatuh tersebut.
"Apakah ini di dalam komik?" Dengusnya konyol. Bukankah itu aneh, mana mungkin ia bisa masuk ke sana! Mikasa menggelengkan kepalanya. Tapi ia ingat persis kalau menara pengasingan ini ada dalam adegan di komik yang dibacanya. Pun tentang Mikasa Ackerman di dalam komik yang terkena hukuman karena kabur dari Levi Ackerman.
Tunggu! Apakah pria tadi Levi Ackerman?
"Annie, apakah pria tadi Levi Ackerman?" Tanya Mikasa pada pelayan yang ia yakini adalah pelayan pribadi Mikasa.
"Benar Nona. Apakah Anda mengalani lupa ingatan?" Tanya pelayan tersebut dengan bingung. Mikasa menggeleng.
"Mungkin aku sedikit pusing karena terjatuh," balas Mikasa asal. Ia mendengar dengan detail cerita Annie tentang dirinya yang berusaha kabur dan malah terjatuh ke sungai ketika menyeberang. Ia mengalami hal yang sama dengan Mikasa dalam komik.
Menyedihkan.
Annie mengangguk. Kembali keluar begitu Mikasa mulai sibuk sendiri. Mikasa tampak memikirkan alur yang ia ingat seputar komik tersebut. Seingatnya Levi Ackerman memang memiliki kekasih bernama Petra Ral. Keduanya menjalin hubungan sejak lama dan akan menikah. Namun obsesi Levi pada dirinya tetap berlanjut. Bahkan semakin parah dengan sikapnya yang kasar dan beberapa kali melakukan pelecehan pada Mikasa. Mikasa yang lemah dalam cerita ini hanya bisa menerima dan berusaha kabur namun beberapa kali tertangkap. Mikasa baru ingat kalau dalam komik, Levi juga digambarkan sebagai sosok yang hebat dalam bertarung. Pria itu sosok yang kaya raya dan memiliki banyak bisnis.
Sembari memikirkan banyak hal. Mikasa mencoba menikmati waktunya dengan menggambar coretan-coretan di kertas. Tidak ada yang bisa ia lakukan, menara pengasingan terletak di bagian belakang mansion utama. Dari menara ia bisa menyaksikan matahari terbenam yang sangat indah. Namun sayangnya tempat itu hanya dihuni dirinya sendiri dan Annie tentunya sebagai pelayan.
"Mikasa, bagaimana keadaanmu?"
Mikasa sedang menggambar pemandangan ketika sosok perempuan berambut pirang masuk. Itu pasti Petra Ral, kekasih yang sangat dicintai Levi. Kasihan sekali dia harus mendapatkan orang seperti Levi yang malah terobsesi padanya."Baik," balasnya pendek. Ia malas berurusan dengan perempuan lemah itu. Lagian Petra bukanlah tandingannya, ia bisa saja mengancam Levi dengan memanfaatkan Petra, tapi Levi pasti akan memburunya ke ujung dunia.
Menyedihkan.
Petra tak menyangka mendapat respon sedingin itu. Ia mengira keponakan dari kekasihnya itu mungkin masih syok atas kejadian yang menimpanya. Jadi Petra mengelus lembut kepala Mikasa. Hampir membuat gadis itu menghempaskan tangannya, namun urung karena sadar Levi bisa menambah hukumannya kalau itu terjadi.
"Lekas sembuh ya. Kita bisa berjalan-jalan di kota besok, aku akan meminta ijin pada Levi." Petra Ral memang digambarkan sebagai sosok yang baik. Berbeda dengan Mikasa yang lemah dan malah berusaha melawan dengan kabur.
Petra sangat dimanja oleh Levi dan semua kemauannya akan dituruti. Sungguh kontradiktif.
"Petra bisakah kau mencarikan peta wilayan untukku. Kurasa aku ingin mencari tempat wisata yang bagus," ujar Mikasa penuh siasat.
Senyum miring terbit di bibirnya.
***
A/N
Maaf baru up ges. Dua hari ini Souka harus bolak-balik mengurus sesuatu. Belum selesai sih, tapi udah ada yang kelar beberapa. Kirain ga bakalan sibuk banget. Rupanya lumayan repot.
Semoga suka. Jangan lupa koment dan vote.

KAMU SEDANG MEMBACA
STARLIGHT
FanfictionMikasa Ackerman baru saja menerima kenyataan jika Eren dan Historia sahabatnya berselingkuh. Mendendam dan ingin membalas nya, namun bukannya berhasil ia justru celaka dan mati. Namun takdir justru membawanya ke dalam komik terakhir yang ia baca. Di...