02: Rahasia Milik Alvin

619 118 1.1K
                                    

seperti jogja, kamu istimewa untuk
aku selamanya.”

***

"CK! Sumpah kemana, sih, tu anomali satu udah jam segini gue belum juga dijemput." omel seorang gadis dengan wajah cemberut.

"Kebiasaan deh ngaret!"

"Diem, suara lo cempreng,"

Suara tersebut berhasil membuat Alya yang semula mencak-mencak tidak jelas terdiam membisu setengah mampus. Ia dengan badan tegangnya membalikkan badan ke arah belakang dan seorang laki-laki dengan motor gede berwarna hitam menatap ketus kepadanya.

Mampus! Itu gebetannya sendiri.

"Eh? Mau lewat atau ngapain di sini?" tanyanya pada sang gebetan.

"Lewat doang, lo sendiri ngapain masih disekolah? Belum dijemput?"

Ingin menggeleng, tapi kenyataannya begitu ia saat ini tengah menunggu sang abang yang batang hidungnya belum juga muncul untuk menjemputnya. "Mungkin abang gue masih ada kelas kuliah, jadi jemput aga sedikit telat."

"Bego! Itu, sih, dia emang gak amanah aja jadi orang, yauda sini gue anterin." ucap Alvin dengan enteng sembari memberikan helm kepada Alya.

"Serius nih? Tapi, gapapa deh gausah, makasih banget ya." tolak Alya sambil mendorong pelan helm yang diberikan Alvin.

"Lo sungkan sama gue? Santai aja kali."

Bruk!

"Nggak usah maksa! Adek gue udah bilang dia gamau, itu artinya dia gamau!" sinis Leo yang baru saja datang dan mengahalau helm milik laki-laki muda dihadapannya.

Wajah Alvin mendadak berubah menjadi sinis juga kepada Leo. "Ngga usah kepedean, gue gak maksa adek lo, lagian lo jadi orang gak amanah banget, disuruh jemput jam berapa datangnya malah jam berapa!"

"Stttt udah dulu. Bang, ayo udah kita pulang aja soalnya udah sore banget." ujar Alya menarik tangan abangnya guna menjauh dari arah sekolah.

Kedua saudara tersebut berjalan hingga sampai ke area depan sekolah dan tatapan Leo kepada sang adik sudah tajam, tatapannya seolah-olah bertanya siapa laki-laki tadi. Mampus dia bakal diinterogasi atau bahkan diomeli habis-habisan oleh Leo.

"Siapa tu orang? Gebetan kamu?" tanya Leo the to point tak ingin berbasa-basi.

"I-Iya itu Alvin yang sering aku ceritain ke abang, dia gebetan aku."

"Mulai sekarang mending kamu jangan deket-deket sama dia deh, abang gamau kamu kenal sama orang modelan kaya gitu."

Mendengar itu betapa kagetnya ia dan dengan tegas segera Alya tolak. "Nggak, nggak! Gamau aku, masa harus jauhin dia, sih?!"

"Bodo amat kaga peduli abang, nurut sama abang atau kamu mau jadi adek durhaka?"

"I-iya aku nurut kok."

"Nggak usah ngatur pilihan adik lo, mending cari pacar juga sana." cibir Alvin dengan pedas saat melewati mereka berdua.

"KURANG AJAR LO! KAGA GUE RESTUIIN LO SAMA ADEK GUE!"

***

Cafeshop - 06.10

Pengunjung tengah ramai berada di cafe membuat para karyawan dan yang lainnya juga sibuk melayani, apalagi sekarang sudah ingin memasuki weekend, cafe akan selalu ramai.

"Makasih, Li. Gue selalu suka sama nasi goreng buatan lo." ucap Langit sembari melahap nasi goreng yang dibuat oleh teman kerjanya tersebut.

"Sama-sama, gue seneng kalo lo suka sama apa yang gue buat." jawab Alya sambil tersenyum menunjukkan deretan giginya.

 DUNIA ALVIN: Two Different People Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang