Vino serta keempat sahabatnya hari ini sedang di tempat kost baru Gibran. " Vin, bokap sama abang lo gak akan marahin lo".
" Belum sempet, ke buru lowbat hp gue tadi di sekolah ". Ucapnya sembari mengeringkan rambut.
" Gue saranin kabarin bokap lo Vin cepet, apalagi ka Altar kakak sulung lo ".
Vino pun termenung sebentar, lalu menyalakan ponselnya kembali yang sempat lowbat tadi. Dan benar saja notifikasi tersebut terdengar beberapa kali dengan panggilan sebanyak hampir 35 kali serta pesan masuk 40 kali dari semua abang serta sang papa. Vino menghela nafas sebentar sebelum melakukan panggilan kepada papanya.
" Pulang ". Ujar Rifston singkat, padat dan jelas.
" Iya pa ".
Vino pun mematikan ponselnya. " Gue balik dulu ".
" Hati-hati lo vin ".
Vino mengangguk, ia memakaikan helm full facenya lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedikit tinggi karena jalan disana mulai tidak terlalu ramai karena waktu pun hampir menunjukkan pukul 11 malam. Sampai di rumah Vino berjalan santai sembari melepaskan helm full facenya itu. Di ruang keluarga semua anggotanya sudah menunggu Vino dengan tatapan tajam menatap lekat melihat Vino yang baru saja berdiri di hadapan mereka.
" Maaf ponsel Vino lowbat tadi di sekolah, tadi Vino ke kost Gibran yang baru bantu pindahan ".
" Kenapa tidak minta izin sebelumnya, kau bukan anak PAUD lagi bukan yang harus belajar abjad dan angka. Pinjam ponsel teman mu bisa kan ?". Bentak Altar dengan suara lantang.
" Seragam mu ? ". Tanya Ander.
" Waktu pindahan Vino ke hujanan, jadi pinjem baju Gibran ".
" Kali ini papa terima alasan mu, masuk kamar. Langsung istirahat ".
Vino mengiyakan berjalan cepat lalu menutup pintu mengganti pakaian miliknya, membaringkan tubuh di ranjang langsung memejamkan kedua matanya tanpa memeriksa ponsel terlebih dahulu membaca pesan dari sahabatnya. Esok harinya Vino terbangun merasakan kepala ada yang mengusapnya. " Vin bangun ".
Vino membuka kelopak matanya perlahan lalu menatap sang pelaku yang telah membangunkannya. " Kak Valdo ".
" Bangun, cepat mandi ".
Adiknya mengangguk. Valdo tersenyum tipis melihat Vino masuk ke kamar mandi. Valdo pun bergegas pergi keluar kamar sembari bermain ponsel membalas pesan dari seseorang yang telah lama dirindukan nya.
" Vino sudah dibangunkan ".
" Hm, Namun sedikit pucat mungkin karena hujan-hujanan tadi malam ". Jawab Valdo lalu melihat ponselnya berdering panggilan dari opanya. Dari kejauhan Vino berjalan dengan tampang badmood langsung duduk di sebelah Altar. Melihat semuanya sudah berkumpul di meja makan. Rifston, sang kepala keluarga memerintahkan segera untuk memakan sarapan yang telah dihidangkan.
Vino, dia makan dengan malas dengan satu lauk nasi yaitu ayam goreng saja. Biasanya dia yang paling semangat makan dengan berbagai lauk pauk di piringnya. Mereka yang sudah selesai. Rifston mulai membuka pembicaraan. " Kamu demam Vin ? Lalu tangan mu terluka karena apa ? ".
" Sedikit sepertinya masuk angin pa terus ini luka ke jedug lemari waktu pindahan ".
" Sudah kasih salep ? ".
Vino mengangguk, Rifston pun melenggang pergi ke ruang kerja dengan menghampiri Vino terlebih dahulu. " Minum obatnya lalu istirahat, Jangan main ponsel karena papa akan mengawasi mu di cctv, paham ? ". Ucapnya sembari menyentuh kening Vino sekedar mengeceknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA vs FBI
RandomHidup adalah pilihan dan ini adalah pilihan jalan cerita miliknya, terlihat rumit tapi dia tetap menjalani nya memahami setiap alur mengalir apa adanya dan dia adalah Vino. Anak SMA yang memiliki kisah istimewa dalam kehidupan yang tidak orang lain...