Penagihan Janji

0 0 0
                                    

" Mii,, Amiii bangun nak. Udah subuh nih." Seru seorang perempuan berusia 40 tahunan yang meramaikan suasana pagi itu.



" hmm, dua menit lagii. " Jawab gadis mungil yang tertidur diselimuti sebuah spreii bermotif bunga raflesia arnoldia yang begitu indah.



Gadis itu kerap disapa "Ami". Namun, nama panjangnya adalah Ami Adwitya Yashasvini. Dia merupakan siswi dari sebuah sekolah bernama SMP MajuMundur.

Sedangkan, perempuan yang membangunkannya adalah ibu dari Ami, bernama Inaya Damayanti. Ia memiliki 2 putra dan 1 putri yang tak lain dan tak bukan adalah Ami.



" Bener ya dua menit!" Lanjut Inaya.



" Iyaaaa.." terdengar lirih sahutan Ami seraya kembali menggulingkan badan membelakangi ibunya.



" satuuu... dua.... Dah dua menit. Ayo bangun nak. " Ucap Inaya sambal meraih kedua tangan anak bungsu nya itu.

" Ha? Satu menit aja gak ada bu.. katanya iya, dua menit." Jawab Ami kesal.



" Ini dah siang, kamu belum sholat subuh loo.. Hari ini kan katanya ada acara kelulusan." Jawab Inaya.



Inilah alasan mengapa Inaya ingin Ami segera bangun. Pasalnya, hari ini adalah hari kelulusan anak bungsunya itu.



" Kakakmu dah sholat daritadi." Lanjutnya.



" Iyaa... tapi bentar bu. Hari ini ada acara apa? " Tanya Ami seraya mengingat-ingat apa yang ibunya katakan tadi.



" Kelulusan ." Jawab Inaya.



" Hmm...Ke-lu-lu-san? Eh kelulusan? Kenapa gak bangunin dari tadi sih, bu?" Ucap Ami yang kemudian berdiri dan bergegas lari menuju kamar mandi.



" Yeee,, padahal ibu dah bangunin dari tdi. Kamu nya aja yang alesan mulu. Dua menit lagi, dua menit lagi bu." Jawab Inaya yang keheranan dengan putri bungsunya itu.



" Emang iya bu? " Jawab Ami.

" Terserah kamu aja, jangan lama ya mandinya. Jangan lupa sholat!" Ujar Inaya.

" Ya ya ya ya. " Sahut Ami.

Setelah ia selesai sholat, Ami baru teringat planning nya dari semalam. Hari ini adalah rangkaian dari beberapa hari penantiannya selama ini, karena selain juga adalah acara kelulusan. Ini adalah hari penagihan ujarnya.

" Oh iya hampir aja lupa. Surat yang aku bikin semalam dimna ya." Ucap Amii sambil membuka laci yang berada di samping kasur nya.



" em,, ini gak ada, ini juga gak ada, emm ini juga gak ada. Dimana sih?" Lanjut Ami.

" Ami,, ni sarapannya dah siap. Kemari nak!"

" Iya bu, bentar. Lagi nyusun buku. "

" Mana sih, perasaan aku taruh di laci deh. "

Setelah puluhan kali mengitari kamar, ia baru tersadar kalau suratnya ia taruh di tasnya. Karena ia takut lupa membawa suratnya itu.

" Hadehhh,, ternyata disini."

" Amiii.. Lama banget sih!" Ucap kakak pertama Ami, Davanka namanya.

" Iya.. sabar dulu kenapa." Sahut nya seraya menggendong tas kemudian bergegas ikut sarapan.

" Lelet bnget sih lo sumpah."

" Bawel banget jadi laki. Itu mulut atau apa sih nyerocos mulu." Sahutnya sambil memakan salad yang telah dibuatkan ibunya.

" Ishh... jadi perempuan tuh cepet sedikit kenapa. Bangun paling telat. Nyusun buku juga pagi. Harusnya dari semalem. Hadehhh. " Ujar Davanka.

" Dih.. aku aja berangkatnya gak sma kakak. Aku berangkatnya ama mas Diratama. Dia aja gak ada complain. Ya kan mas?" Ucap Amii sekaligus menunjuk mas nya yang lagi asyikk menikmati makanan yang dibuatkan ibundanya.

" Ya.."

" Kalian berdua tuh sma aja. Cepet dikit napa sih. Kan lo juga ada acara Mii, hari ini." Sahut Davanka.

" Emang, terus kenapa?"

" Kok kenapa sih, nanya mulu. susah banget ngomong ama bocil."

Sambil menjulurkan lidahnya Ami menjawab, " Biarin aja, hidup ku ya urusanku bawel banget. Wleeeee......"


Di situasi yang semakin memanas itu. Inaya kemudian menasehati kedua anaknya yang terus saja bertikai.

" Udah, apa yang dibilang kakak juga ada benarnya. Ami juga harusnya dengerin lah perkataan kakak. "

" Tapi-"

" Tapi ya buat kakak kalau bisa lebih lembut kalau bilangin adeknya." Potong Inaya.

" Iya bu." Sahut Davanka pelan.

" Udah, lanjutin makannya."


Kemudian, setelah selesai sarapan mereka pun berangkat. Tak lupa berpamitan dengn ibunya. " Dah... Bu. Assalamualaikum." Ucap mereka serentak, seraya melambaikan tangan.

" Waalaikumussalam." Jawab Ibu nya.

Sesampainya di sekolah ia tak lupa untuk salim dengan mas nya, Tama. Kebetulan mas nya bersekolah tidak jauh dari sekolahnya Ami.

" Maksih ya mas, doain semoga lancar acara hari ini." Ucapnya.

" Kayak sma siapa aja dek, iya sama-sama. Amiin, jangan nakal!"

Begitu dewasa mas nya ini, padahal hanya terpaut satu tahun dengan Ami. Berbanding terbalik dengan Davanka yang terpaut tiga tahun darinya, namun seringkali masih bersikap seperti anak kecil.

Bergegas Ami menuju ke ruang kelas nya. Terlihat wajah sumringah teman-teman nya. Perjuangan mereka belajar demi bisa mengerjakan ujian terbayarkan.

Acara kelulusan di SMP MajuMundur, dilaksanakan dua kali. Hari pertama acara disekolah dan hari kedua acara tamasya ke luar kota, kebetulan tahun ini ke Gili Trawangan .

" Eh itu Ami, " Seru Balya sambil menunjuk ke arahnya. Semua mata tertuju padanya. Bagaimana tidak, perempuan pintar dengan paras yang tidak kalah cantiknya. Dengan bola mata hitam, pipi yang tirus serta kulit natural yang begitu indah.

" Eh, haiii." Sahut Ami seraya menaruh tas ditempat duduknya."

" Ayo Mi. Mepet banget kamu datengnya.

" Ujar Balya.

" Hehe, biasalah. "


" Btw, kamu jadi ngasih ke Dia hari ini?" Lanjut Balya dengan berbisik.

" Oh yang itu, jadi lah. Tu dah ku taruh di tas."

" Oh baguslah. Bahagia bnget nih kayaknya. " Sindir Balya.

" Ya iyalah, dah ku nantikan selama tiga tahun ini. Ya kali gak seneng. " Ucap Ami dengan lantang.

" Eh Lya, kamu bisa bantu aku kan?" Lanjutnya.

" Bisa dong, bantu yang itu kan? Apa sih yang gak bisa buat sahabat acuu?" Sahut Ami.

" Makasih yaa.."

" Eh, sekarang aja gimana? Aku aja yang ngasih suratnyaa."

" Ha ? Kok sekarang?" Tanya Amii

" Iya, sekarang aja. Jadi nanti kita bisa fokus sama acaranya. Entah itu dia mau jawab langsung, nanti atau bagaimanapun jawabannya. Ya terserah dia. Oke?"

" Mii? Amiii? Oiiii Ami! " Ucap Balya seraya menggerakkan tangannya ke wajah Amii yang terlamun.

" Eh, iya. Kenapa?"

" Kok kenapa sih, jadi gimana? Aku kasih sekarang saja ya. "

" Tapi Aku Ta-"

" Tapi apa? Takut? Jangan takut Miii, kalau dia berani macem-macem biar aku yang tampol mukanya."

" Ya janganlah, kasian dia nya. "

" Biarin, kalau berani macem-macem ama sahabatku ini terima aja resikonya. "

" Yaudah."

" Mau nih?"

"Iya.."

" Mana suratnya? "

Ami pun mengambil surat di tas paling depan. Dengan menghela nafas panjang ia berikan suratnya pada Balya. " Nih,, makasih ya >_<."

" Sama-sama, kamu tunggu disini aja. "


Berangkat Balya dari tempat duduknya kemudian menghampiri Arian yang berada di depan kelas bersama teman-temannya. Karena tempat duduk Ami berada di dekat jendela, ia mencuri kesempatan dengan mengintip dari jendela.

Dan memang terlihat Balya memberikan surat itu pada Arian.

Tak henti-henti nya Ami tersenyum melihatnya. Walaupun takut, di sisi lain ia juga bahagia. Setelah mengucapkan beberapa kalimat entah kalimat apa itu, Balya kemudian kembali ke kelas dengan menyimpulkan tangannya ke arahku seraya mengedipkan mata nya.

" Okeyyyyy." Ujarnya.








Nyesel Kan LoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang