Satu

268 23 2
                                    

Cerita ini didedikasikan untuk nadasupergirlies.

                             ******

"Totalnya $20 ma'am"

Nada menerima uang yang diberikan wanita paruh baya itu, lalu memberikan beberapa kotak roti pesanannya dari dua hari lalu.

"Terima kasih." Katanya lagi. Wanita itu tersenyum lalu berjalan keluar toko.

Nada menghela nafas panjang, melirik jam di pergelangan tangan. Lalu dilepasnya celemek yang sedari tadi melekat ditubuhnya.
Ia berjalan ke arah pintu toko, mengganti tulisan 'Open' menjadi 'Close'.

Seharusnya ia tidak usah repot-repot melakukan ini andai saja ia tinggal di Indonesia bersama keluarganya. Tapi ia sudah terlanjur memilih. Dan menjadi mahasiswi di inggris adalah impiannya dari kecil.

"Aku berani bertaruh ini pertama kalinya aku mendahuluimu saat jam pulang."

Nada menoleh. Melihat teman satu shiftnya yang terlihat sudah rapih dengan tas dan jaket yang ia kenakan.

Terkekeh, nada menguncir rambut sepunggungnya. "Wanita tadi agak manja, tadi ia memintaku menyicip rotinya sebelum ia bawa pulang."

Temannya menggeleng-geleng, "Percayalah aku pernah dapat yang lebih menjengkelkan dari itu."

Mereka berdua tertawa kecil lalu temannya itu pamit pulang.

"Oh Hannah!"

Yang dipanggil menoleh diambang pintu.

"Hati-hati, kudengar kemarin pemilik toko pakaian di ujung sana sering bergentayangan malam-malam begini" ujar Nada sarkastik dengan ekspresi menakuti.

"Oh ayolah kau tau aku tidak bisa dengan hal seperti itu kenapa kau tega teganya Nadaaa....?" Hannah kembali menutup pintu, mendekati nada. Semua pekerja disini sudah pulang dua jam yang lalu.

"Sekarang aku terpaksa menunggumu,... chong "

"Aku bukan orang Cina sudah berapa kali kukatakan padamu" Nada menepuk lengan perempuan itu. "Ayo pulang."

Nada telah mengenal Hannah sejak pertama kali ia melamar bekerja di Bakery ini. Setahun yang lalu. Dan selama setahun itu pula Hannah tidak bisa membedakan wajah asia.

~~

Jam 7 malam aku baru bisa meletakan punggungku di kasur kecilku ini. Maklum, anak kuliah yang ingin 'hidup mandiri tanpa uang orang tua'. Apa yang kau harapkan dari perantau? Sebuah apartmen sederhana sangatlah cukup untuk saat ini.

Ponselku berdering, panggilan masuk.
Mama.

"Assalamualaikum nad?"

"Waalaikumsalam. Mama ada apa telfon?" Aku bangkit dari kasurku.

"Mama cuma pengen tanya kabar..udah lama nggak denger suara kamu. Mama kangen nak."

"Aku disini baik ma..kuliah baik. Mama gimana? Adek adek sehat kan?"

"Iya nak semua sehat alhamdulillah.. kamu gak kurang duit?"

"Nggak kok ma, nggak sama sekali." Aku menjawab cepat. Aku tidak ingin mama mengkhawatirkanku disana.

"Alhamdulillah..eh udah dulu ya? Mama mau lanjut beres-beres dulu. Jaga diri ya nak"

Aku tersenyum, aku sangat ingin membantunya membersihkan rumah..
"iya mama juga ya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalaam"

~~~

jam bekerku dengan menyebalkannya berteriak, lalu mendadak berhenti saat ia menyentuh lantai dengan paksa.

"Fuck it" umpatku, lalu kembali membalut tubuhku dengan selimut.

Rasanya baru 5 menit aku memejamkan mataku lagi, tiba-tiba ponselku berdering. Dan detik itu juga aku mengutuki diriku karena telah membeli ponsel.

Aku meraihnya, sebuah nama tertera di layar.

Vanessa.

"hah?"

"KAU DIMANA BITCH? 10 MENIT LAGI MR. SMITH MENUTUP PINTU KELAS DAN KAU AKAN DIBERI PUNISHMENT !!" Teriak perempuan itu dari ujung sana.

Aku mendadak seperti dihantam truck, bangkit lalu melempar ponselku ke kasur. Aku lupa hari ini aku ada ujian semester awal. Aaaahhh !!

Aku langsung memakai jaket dan jeansku, menguncir kuda rambutku, mencuci muka dan memoles sedikit bedak.

Lalu bak dikejar setan, aku berlari ke jalan raya untuk mencegat taksi.

~~~

"Tadi itu kau hampir saja mendapat tugas tambahan dari mr. Smith kalau aku tidak memperlamanya, kau tau?" Vanessa memasukan buku-bukunya ke tas.

"Ya ya yaa aku berhutang padamu, Nona cerewet."

Ini baru hari pertama ujian dan aku hampir kena hukuman. Great, thanks Vanessa.

Kami mampir ke kafetaria, mengingat ini masih terlalu pagi untuk pulang, dan aku tidak memiliki shift di bakery.

Saat pesanan kami tiba, venessa tiba-tiba memekik. Berdiri dari duduknya, "Ya Tuhan ya Tuhan ya Tuhan aku baru ingat"

Aku mengangkat alis, "apa? Jangan bilang kau lupa membawa dompet?"

Ia menggelenh keras lalu merogoh tas ranselnya.
"Aku ingat membawanya." Tangannya mengaduk aduk tas, tak lama kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam.

Ia terdiam sambil menggigit bibirnya, menunjukkan dua lembar kertas di depan wajahku.
Aku memundurkan wajah untuk membaca tulisan ini.

Mulutku menganga, menatap nenuntut penjelasan dari Vanessa. "NO WAY!"

Vanessa mengangguk dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Kau mau menemaniku kan?" Ujarnya sambil menggerak-gerakkan alisnya.

Dua tiket menonton talkshow paling terkenal seinggris raya! Siapa yang tidak mau?

"Kau bercanda? Tentu sajaa! U're my favorite bitch" aku lalu memeluknya. Ia sahabatku. Sejak awal alu menginjakkan kaki di inggris.

"By the way, siapa bintang tamunya?"

"One Direction"

~~~

Hellooooo !!
Aku kembali dengan cerita baruu mwehehehe *tampar aku mas tampar*

Sebenernya ini cuma mau bikin one shot tapi berhubung cerita tidak memungkinkan buat 1 chapter doang...yaudah beranak deh -___-

Seperti biasaaaa VOTE AND COMMENT jangan jadi silent reader ya guys :')

See ya in next chapter!
All the love. X

MALIK - Zayn malik fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang