Saat istirahat tiba, Ying mengajak Fang ke sebuah kafe sepulang kuliah nanti, memberi tahu akan membicarakan sesuatu yang penting dengan pemuda itu dan akhirnya disetujui tanpa ada obrolan lebih panjang.
Kini sesuai rencana, Fang dan Ying sudah berada di sebuah kafe outdoor bernama Kokotiam Tok Aba. Tempatnya berada di alun-alun kota yang cukup strategis, memungkinkan banyak orang berdatangan.
Meja pelanggan lain sudah terisi makanan dan minuman, berbeda dengan milik Fang dan Ying yang masih kosong karena pesanan masih dibuat. Sementara menunggu, si pemuda memainkan ponsel dan membiarkan wanita di depannya hanya bungkam sambil memainkan jari.
"Jadi, Fang ...."
Ying berusaha membuka percakapan, tetapi terlalu gugup untuk memulai. Menggigit bibir bawahnya, ia merasa tidak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu merasa biasa saja saat berhadapan dengan si Rambut l
Landak.Ying masih sibuk dengan pikirannya sampai tak sadar Fang sudah berhenti memainkan ponsel, dan kini memandang ke arahnya.
Menyadari diam terlalu lama, Ying segara menyadarkan diri dan kembali melanjutkan, "Seperti yang kubilang sebelumnya, aku mengajakmu ke sini karena aku akan membicarakan sesuatu ... dan itu ... penting." Ia menatap ragu adam di depannya.
"Tidak biasanya kau bertele-tele," ucap Fang terdapat singgungan di dalam.
Ying sedikit terhenyak. Matanya agak lebar menatap sang pemuda, yang kemudian dialihkan ke bawah karena rasa canggung mendadak menghampirinya. Ia menggaruk tengkuk. "Ah, ya .... Kau benar."
Fang mengerutkan kening melihat tingkah sahabatnya yang terbilang tak biasa. "Kau kenapa?" Walau bertanya dengan aura datar, sebenarnya di dalam hati ia mengkhawatirkan Ying.
"Uhh, tidak apa-apa!" jawab Ying terburu-buru.
Fang tak percaya begitu saja. Dia hanya diam sambil menatap penasaran, yang sebenarnya lebih terkesan mengintimidasi agar Ying segera menjawab.
"Aku ... hanya sedikit gugup untuk mengatakannya."
"Katakan saja." Fang beralih meneduhkan pandangannya. "Kau tak perlu gugup. Biasanya juga kau asal ceplos sampai membuat kita berdebat panjang."
Sambil bersedekap, Ying memutar mata malas. "Oh, ayolah."
"Kau berbicara seolah aku yang selalu memulai perdebatan."
"Memang begitu, 'kan?"
"Itu karena kau membuatku kesal."
"Kau saja yang gampang marah."
Ying mendengkus pelan. "Orang mana yang tidak akan marah ketika dia mendapat janji dari seseorang akan dijemput, tapi nyatanya tidak, hingga membuatnya terlambat masuk kelas?"
"Baiklah, baiklah. Itu memang salahku .... Tapi, hanya sekali!"
"Oh, benarkah ...? Lalu siapa yang menumpahkan jus lobak merah di atas buku catatanku saat kerja kelompok satu bulan yang lalu?!"
"Aku tidak sengaja—lagi pula, kenapa kau malah membahas itu?"
"Hanya mengingatkan, kau tidak sekali berbuat kesalahan dan kau selalu membuatku kesal!"
Belum sempat ada yang buka mulut lagi, tiba-tiba pelayan datang membawa pesanan keduanya. Mereka pun mengucapkan terima kasih.
Mendadak muda-mudi itu melupakan perdebatan mereka, kemudian dengan tenang menikmati pesanan masing-masing; Fang menyesap cokelat panas di cangkir dan Ying menyeruput es cokelat di gelas panjang.
"Eyyo!"
"Apa kalian sedang kencan?"Dari belakang Ying, seorang laki-laki bertanya pada mereka dengan ceria. Dia berjalan ke sebelah si wanita, lalu berhenti sambil merangkul akrab punggungnya. Dua pelanggan di meja itu mengenali siapa dia; salah satu cucu dari pemilik Kafe Kokotiam sekaligus teman sekelas dan sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Bohongan? [BoBoiBoy Short Fanfic]
FanfictionKedatangan sang nenek ke rumah, membawa petaka bagi Ying. Momen yang seharusnya dihabiskan penuh bahagia, justru Ying terus dipaksa oleh neneknya untuk punya pacar karena dia sudah berumur 21. Sebuah tekanan yang amat dibencinya. • Fiksi penggemar B...