Kembali beraktivitas normal, pasca pemulihan. Sakura memutuskan untuk kembali melanjutkan studi yang tertunda.
Dia terbilang cukup berprestasi, mungkin karna hal tersebut Sakura pernah menerima pekerjaan sebagai asisten mahasiswa lain. Bahasa gaulnya joki pribadi.
"Sakura, kau sudah kembali. Sungguh sudah baik baik saja?" Karin, gadis yang memiliki mata kuliah sama sepertinya itu berjalan menghampiri.
Memberi senyum ceria, Sakura mengangguk. "Kau bertanya seperti kebanyakan orang, aku baik-baik saja sekarang Karin."
Bukan tanpa alasan, sepanjang melangkah area universitas. Dia telah di todong dengan pertanyaan mengenai kabar, membuatnya merasa menjadi artis untuk sementara.
"Itu artinya semua orang menyayangimu, Sakura," timpal Karin, membuat kekehan mengalun keluar dari bibir putri keluarga Haruno.
"Kau membuatku besar kepala," jeda Sakura, dia melirik pada arloji di pergelangan tangan. "Aa, kelasku berlangsung 5 menit lagi... Karin, maafkan aku, aku harus pergi," pamitnya merasa tidak enak.
Mengibaskan tangannya, Karin mengangguk mengerti. "Jangan khawatir Sakura, pergilah."
Mengeratkan buku-buku tebal dalam pelukan tangannya, Sakura kembali tersenyum pada Karin. "Baiklah sampai jumpa."
"Oh astaga! Sakura, tunggu!"
Sakura yang hendak melenggang pergi, mengurungkan niatnya saat Karin meraih pergelangan tangannya. "Ya?" tanyanya, mengerutkan kening dan menatap penuh tanya.
Melepaskan tangannya yang memegang pergelangan tangan Sakura, Karin membuka tas ranselnya, mengeluarkan sebuah kartu nama. Dan menyodorkan pada Sakura, "Ini, perempuan pemilik butik itu mencarimu di kampus saat kau cuti."
Meski dia bingung, Sakura menerima kartu nama perempuan bernama Karui. "Bukankah dia pemilik butik terkenal La'rose? Kenapa dia mencari ku?"
Mengedikkan bahu acuh, Karin yang memang dasarnya tidak tahu menggeleng. "Hubungi saja dia, atau datangi butiknya. Ku rasa itu penting."
Terdiam, Sakura menimang-nimang ucapan Karin. Desainer busana tersohor mencarinya, itu hal yang tidak dapat di abaikan begitu saja. "Kau benar, terima kasih sarannya."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ruangan itu diisi oleh orang-orang berpakaian formal. "Semua harta mending Uchiha Sasuke telah di ganti nama atas Haruno Sakura."
Uzumaki Naruto, pria itu memijit pangkal keningnya dan menghela nafas gusar. "Bisa kau merahasiakan ini dulu?"
Kakashi-pengacara pribadi Sasuke, menggeleng. "Nona berhak mengetahuinya, tuan."
"Tidak, tidak, Ku mohon. Dia baru saja pulih." Naruto dengan cepat, membuka suaranya. Dia memohon, "Dengan kondisinya yang sekarang, ini terlalu cepat. Sakura tidak akan bertahan jika dia mengingat semuanya sekarang."
Terdiam, Kakashi mengembuskan nafas. "Hanya untuk beberapa saat, saya akan bekerja sama," putusnya.
Reflek, Naruto menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa dan menghela nafas lega. "Tuhan..."
Tersenyum lebar, Naruto menatap kelangit langit kantor dengan manik birunya untuk beberapa saat. Sebelum, kembali menegakkan tubuhnya dan berjabat tangan dengan Kakashi. "Terimakasih, terimakasih tuan Kakashi," ujarnya, penuh rasa bersyukur.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Berjalan di trotoar, Sakura menatap pada daun yang berguguran menghiasi sekitar jalan secara alami. "Kau pasti bosan terus berada di apartemen."
KAMU SEDANG MEMBACA
The melody [End]
FanfictionKata orang, saat terbaik dicintai adalah ketika kau dicintai oleh seorang seniman. Karena kau akan dianggap abadi melalui karyanya.