1

1K 67 9
                                    

Pagi itu Zafran melakukan kegiatannya yang sudah ia lakukan sedari dulu. Ia menyirami tanaman milik ibu kost yang tertanam di halaman kost-an.

Tatapan matanya kosong, entah apa yang dipikirkan pemuda itu.

"Pagi-pagi udah rajin aja kamu." suara lembut wanita tua membuyarkan lamunan Zafran.

"Iyalah bu, daripada tanamannya mati, mending saya aja yang siram." ucap Zafran dengan senyum manisnya kepada wanita tua yang telah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri.

"Oh iya, Zaf. Lusa ada penghuni baru yang mau nempatin kost. Kebetulan satu kamar sama kamu. Minta tolong pisan atuh, kamarnya kalo bisa dirapihin ya? Ga nyaman kan kalo orangnya dateng terus teh kamarnya masih berantakan" pinta sang ibu.

"Iya Bu, nanti Zafran beresin kamarnya habis ini. Ibu teh mau ketemu siapa? Tumben pagi-pagi sekali udah dateng."

"Gaada, ibu cuma mau mampir doang. Udah dulu ya, ibu mau pulang, kamu lanjutin aja itu nyiram tanemannya. Mari" kata ibu kost yang lalu berjalan menjauhi Zafran.

"Mangga, Bu."

Zafran melanjutkan kegiatannya yang terpotong tadi, hingga ia menyadari perutnya sangat kosong karena semalam tidak sempat makan.

"Laper aing teh, Tara ada makanan gak ya?" gumam Zafran.

Zafran berlari secepat kilat, mencari Tara ke semua penjuru kamar. Sampai ia menemukan Restu sedang duduk-duduk santai di kasur kamar Jalu.

"Oi ngapaks."

"Kenapa, Zaf? Oh iya aku baru inget, di meja dapur ada nasi bungkus dua biji. Satunya buat kamu, satu lagi buat Matteo." kata Tara.

Zafran tersenyum, memang cuma Tara yang selalu ngertiin dia.

"Beh, tau aja aing lagi laper. Nuhun, Res."

"Yoii."

Zafran berjalan ke dapur dan seketika matanya tertuju pada 2 bungkusan nasi yang terletak di atas meja. Tanpa basa-basi, laki-laki itu langsung melahap salah satu bungkusan nasi, menyisakan satu buah bungkusan yang ingin dia beri kepada Matteo.

"OI MAMAT, SINI LU." Zafran berteriak memanggil Matteo yang tak sengaja lewat di depannya. Namun karena di mulutnya masih penuh makanan, omongan Zafran terdengar tidak jelas.

"Kalo makan tuh ditelen dulu, baru ngomong." ujar Matteo dengan halusnya. Ngomong-ngomong, Matteo ini tergolong dalam orang terhalus dan tersabar se-kost. Ia tak gampang marah, sehingga menjadi sasaran empuk untuk dijahili anak-anak kost.

"Iye, tau. Itu ada naskus, sok atuh dimakan." tunjuknya.

"Apaan tuh naskus?"

"Nasi bungkus."

"Etdah, gitu doang pake disingkat. Yaudah, ini gue makan ya." Matteo segera duduk di sebelah Zafran dan mengambil nasi bungkus sisa yang diberikan Zafran khusus untuknya.

"Sok."

∘ ───♡༉─── ∘

"Kenapa ya, Juan sekarang cuek?" tanya Restu dengan kepalanya yang bersandar di bahu Jalu.

"Emang kamu apain itu orang?"

"Ga aku apa apain kok, sumpah."

"Pacaran teross." seorang anak kecil berusia 9 tahun menyela obralan Jalu dan Restu.

"Iri aja bocil."

"Yucil kenapa di sini, dek?" Galang menghampiri Yusuf dan terlihat kebingungan.

"Mau main sama mas Galang!" seru Yusuf gembira.

My Roomate | Binhao (Revisi, kayaknya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang