Akan ada kalimat-kalimat kasar dan kejadian mungkin akan memicu pembaca. Ingat, ini semua hanya bacaan saja, tidak ada hubungannya dengan idol dan apabila ada hal-hal yang menyinggung, tolong diharapkan kebijakan dari setiap yang membacanya. Sekali lagi ini semua hanya karangan, fiksi semata. Terima kasih. Semangat Mley.
___________________🦋🐺__________________
Disinilah mereka berdua, duduk selonjoran diatas kap mobil Hanenda. Memandangi lampu-lampu kota dimalam hari, memandangi langit berbintang walaupun tanpa rembulan.
Angin sepoi-sepoi, lumayan membuat suasana semakin khidmat. Awal musim panas, malamnya panjang dan hangat. Gemerlap lampu-lampu kota, bagai kunang-kunang memanjakan alam.
Belum ada yang mau memulai percakapan. Masih sama-sama bertahan dengan benak masing-masing. Padahal sudah bertukar saliva, sudah saling mendekap erat tubuh, tapi masih malu untuk menyapa.
Joel yang melirik-lirik dengan ekor matanya yang cantik itu makin bertarung dengan batinnya. Banyak yang mau dia ungkapkan. Masih terlalu banyak pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban ingin dia lontarkan. Joel masih tidak percaya dia bisa duduk disini dibukit yang tidak pernah dia sangkakan bisa didatanginya. Karena menurut dia, bukit ini hanya diperuntukkan khusus untuk para remaja yang kasmaran yang melibatkan para kaum remaja yang berduit banyak.
Kembali Joel menghelakan nafasnya, sambil sesekali menggigit-gigit ujung jemarinya. Kebiasaan dia disaat lagi terbebani pikiran. Dia masih tidak percaya, dirinya mencintai seseorang. Tidak percaya akan dirinya yang hanya semalam sudah melepaskan diri untuk menyambut tangan seseorang untuk didekapnya. Masih tidak percaya, dia dengan dirinya mencumbu mencium ranum lelaki yang duduk didekatnya.
Terlebih lagi dia masih tidak percaya, dirinya berbuat dosa. Mencintai sesamanya. Mencintai seseorang yang berwujud sama dengan dirinya. Seorang lelaki.
Tapi dirinya harus bagaimana. Ketika cinta datang menggoda. Ketika cinta datang berlari kepadanya, merengkuhnya dengan kasih sayang yang selama ini tidak pernah lagi dirinya rasakan. Harus bagaimana? Joel harus bagaimana Tuhan? Dirinya sudah jatuh kedalam neraka cinta. Meski matipun Joel rela demi mempertahankan cinta ini.
Joel mendongakkan kepalanya ke langit, mencari-cari keberadaan Tuhan diatas sana. Dirinya ingin jawaban.
Tapi yang ada malahan jemarinya digenggam dengan erat tapi lembut oleh Hanenda meski Hanenda tidak bersuara apa-apa.
Joel yang merasakan genggaman tangan yang hangat itu balik melihat ke Hanenda. Disana terdapat senyuman yang merekah, menghangatkan. Inikah jawabannya Tuhan? Inikah yang ingin Kau sampaikan kepada ku? Apakah dia jawabannya Bapa? Pinta Joel mengadu ke Tuhan-Nya.
Hanenda pun turun dari kap mobil tanpa melepaskan genggaman mereka. Hanenda berdiri didepan Joel dengan tangan yang satunya menyapu lembut ujung ekor mata Joel yang ternyata berkacakan oleh air mata. Hanenda dengan kehangatan dijemarinya, mengelus, menghilangkan jejak tetesan air mata Joel. Tanpa bersuara, tanpa menghilangkan senyumannya.
Joel yang diperlakukan dengan lembut itu pun makin membuat dirinya luluh lantak, bertekuk lutut didepan cintanya. Wajahnya dimiringkan, mencari kenyamanan diusapan jemari Hanenda. Tangannya ikut menggenggam jemari yang mendekap wajahnya. Sedangkan tangan yang satu, yang mereka berdua saling menggenggam, diangkatnya kehadapan bibirnya. Dikecupnya tangan Hanenda seraya dirinya mengucapkan terima kasih, terima kasih karena telah hadir dikehidupannya yang kelam dan gulita.
Hanenda pun tidak luput untuk mengecup tangan Joel juga. Saling mendekatkan wajah. Saling menyalurkan rasa cinta. Saling menghaturkan rasa terima kasih atas kehadiran cinta dikehidupan ini. Hanenda juga makin mempererat kedekatan mereka.
Dibawah langit berbintang, diantara sepoi-sepoi angin, dihiasi suara burung penghuni malam, cinta mereka makin membara. Makin tidak berbendung. Makin berlayar kelautan asmara.
"Makasih A'. Makasih sudah datang kedalam hidup Adek yang gelap ini. Makasih sudah memberi warna yang berkilau dihidupku. Adek yang hancur ini, yang tidak punya apa-apa ini, sangat merasa disayangi oleh Aa'. Adek yang hidupnya sudah rusak tapi Aa' dengan tangan terbuka mau memeluk Adek yang hina ini. Aa', Adek, Adek sudah dilecehkan dulu, dirusak tanpa belas kasih, dihinakan, dihancurkan dan dibuang begitu saja, Adek hanya lah barang rongsokan yang busuk. Apa Aa' masih sudi menerima Adek yang sudah busuk seperti ini? Apa Aa' tidak takut, Aa' akan dicap jelek oleh orang-orang?. Apa Aa' mau mendengarkan cerita Adek? Cerita kelam Adek yang sungguh Adek pun jijik dengan diri Adek."
Joel yang bercerita itu akhirnya menatap telak kearah mata Hanenda yang sudah berurai air mata. Mata mereka berdua sudah dibanjiri tangisan sedih menyayat hati.
"Iya Dek, ceritakan semua hidupmu, keluarkan semua apa yang terpendam dihatimu. Sampaikan kepada Aa'. Aa' akan dengarkan, meski sulit untuk Aa' karena Aa' tau betapa pedihnya hidupmu selama ini. Ceritakan Dek, Aa' selalu ada untukmu."
🦋🐺

KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni [HIATUS]
FanfictionHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.