Bab 7

2.5K 236 28
                                    

Daesong Hotel, 10.20 KST...

Pintu kursi penumpang bagian depan terbuka, menampilkan sosok Lisa yang gagah dengan balutan setelan jas yang lengkap pada tubuhnya. Dia membukakan pintu untuk Jennie yang telah ditunggu-tunggu kehadirannya.

Wakil direktur Daesong Hotel, Yoon Seung Min dan jajarannya membungkuk, namun menjadi sedikit penasaran, lantaran yang muncul bukanlah Kim Byeong-chan, melainkan Kim Jennie.

"Selamat datang, Nona Kim." Walau kehadiran Jennie di luar ekspektasinya, harus diakui kalau Wadir Daesong Hotel pandai dalam menjaga ekspresi.

"Terima kasih sudah menyambutku. Aku penasaran, di mana utusan Hwangyun Group? Tidak mungkin mereka telat bukan?" Pertanyaan Jennie terdengar ramah di telinga, namun sejujurnya pertanyaan itu memiliki maksud yang lain.

'Aku tahu mereka sudah berada di sini, berani sekali mereka tidak menyambutku? Mereka yang membutuhkanku, tapi malah bersikap sombong!'

"Mereka ada di ruang rapat, Nona." Jennie tersenyum jengkel. Dia telah mendengar semua tentang Hwangyun Group dari Lisa tadi saat di perjalanan. Jennie kagum dengan kakek dan ayahnya yang setiap saat harus berhadapan dengan orang-orang brengsek seperti mereka.

Tanpa mengatakan apapun, Jennie berjalan memasuki lobby hotel yang kemudian didampingi Wadir Yoon di sebelahnya. Lisa sendiri berjalan tepat di belakang Jennie, namun masih dengan jarak yang dekat.

....

Setibanya Jennie di ruang meeting, pandangannya terpaku pada seorang pria yang ia yakini adalah utusan Hwangyun Group. Ekspresi sombong dan percaya dirinya itu hampir membuat Jennie muntah.

"Nona Kim, ini adalah putra tertua Hwangyun Group. Kim Jong In. Beliau saat ini menjabat sebagai Direktur Hwangyun Group." Ujar Wadir Yoon kepada Jennie.

Jong In, atau yang lebih dikenal sebagai Kai itu mengulurkan tangannya kepada Jennie. Tatapannya terlihat menjijikan, siapapun sadar akan hal itu. "Saya tidak tahu bahwa yang akan datang adalah cucu satu-satunya Komisaris Kim Group, salam kenal Nona Jennie." Sontak Jennie langsung menyipitkan matanya. Perlu diingat, Jennie tidak suka namanya diucapkan secara sembarangan. Apalagi itu dari mulut busuk pria di hadapannya.

Jennie berjalan menuju kursinya, mengabaikan tangan Kai yang terpaku di udara. "Aku tidak tahu bagaimana sikap kakek dan ayahku ketika memimpin sebuah pertemuan, tapi jika itu adalah aku, aku tidak suka basa-basi dan melakukan hal-hal yang tidak perlu. Contohnya, seperti sebuah perkenalan. Kita langsung mulai saja meetingnya." Tegas Jennie.

Sudut bibir Kai berkedut kesal. Dia menatap Jennie yang secara terang-terangan mengabaikannya. 'Sialan!' Maki Kai dalam hati.

....

"Ini soal penyediaan WiFi gratis dari Kim Group, saya berpikir untuk mengubahnya ke arah yang lebih ekspansif." Ujar Kai, kali ini dia terlihat serius dalam memulai topik. Jennie memiringkan kepalanya ke kanan, sembari mengusap dagunya. "Coba jelaskan maksud anda secara rinci." Balas Jennie.

Baru saja Jennie berpikir Kai bisa bersikap profesional, tapi nampaknya Jennie harus membuang jauh-jauh pemikirannya. Pria itu kembali menatapnya dengan tatapan remeh.

"Pertama-tama, saya ingin bertanya apa alasan Nona Jennie membuat layanan WiFi gratis? Selama ini masyarakat tetap mengeluarkan uang untuk membayar internet dan tidak ada keluhan sama sekali. Lalu kenapa anda tiba-tiba ingin menyediakan pelayanan WiFi gratis? Apa Kim Group adalah perusahaan badan amal? Kalau mau melakukan itu, lakukan saja di luar negeri! Saya tidak akan menghalangi anda. Lain ceritanya dengan pasar di dalam negeri!"

LADY JANE [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang