Apa kalian percaya pada cinta pandangan pertama. Ya itulah yang aku alami saat tidak sengaja berpapasan dengannya.
Hari itu sama seperti hari-hari biasanya, aku menunggu di persimpangan traffic light untuk menyebrang jalan.
Walau ini hari pertama musim dingin tapi bukan berarti aku bisa bergelung di dalam selimut dengan secangkir coklat panas diatas ranjang yang empuk, seperti kebanyakan orang.
Bukan aku tak ingin melakukannya tapi aku tak bisa karna aku bukan dari kalangan atas yang bisa bersantai di dalam rumah yang nyaman. Aku ingin melakukan nya juga, mungkin suatu saat nanti.
Hari ini udaranya cukup dingin dengan suhu mencapai -14°C, tapi aku tak memiliki pilihan lain karna pekerjaan tidak memandang situasi dan kondisi, pekerjaan tetaplah pekerjaan.
Jika aku tak melakukannya maka aku akan kehilangan mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan hanya dengan mengandalkan ijazah SD tentu sangat sulit untuk mencari pekerjaan lain jika sampai di pecat dari pekerjaan yang sekarang.
Bib..bib...bib.. lampu hijau akhirnya menyala, akhirnya aku bisa menyebrang.
Dengan hanya mengandalkan jaket tipis dan lusuh aku menyebrang bersama dengan yang lainnya untuk menyebrang, dan saat itu lah aku melihatnya, untuk pertama kalinya aku merasa gugup tak karuan saat melihat pemuda itu berjalan dari arah berlawanan menuju ke arah ku.
Namun aku berusaha untuk bersikap biasa saja dan melanjutkan langkah untuk menyebrang sebelum lampu berubah warna lagi.
Deg.
Dia berada tepat di depanku dengan jarak beberapa langkah saja, dan pandangan kami tak sengaja bertemu. Bukan, mungkin itu karna aku yang secara tak sadar terus memandanginya sampai dia balik menatap ku.
Laki-laki itu membalas tatapanku dengan tersenyum hangat, bahkan senyuman itu dapat mengalahkan dinginnya udara musim dingin.
Kami terus melangkah dengan tatapan yang saling mengunci, untuk sesaat aku berharap waktu berjalan lebih lambat agar aku bisa terus memandanginya lebih lama.
"Manis" itulah kesan pertama ku padanya.
Matanya sangat jernih seakan aku bisa menyelam ke dalamnya, hidungnya bangir, bibir tipis dengan mole yang mengintip di bawah bibir semerah Cherry, wajahnya berseri-seri dia seperti membawa musim semi bersamanya.
Beberapa hari kemudian
"Hhhh ada apa dengan ku" gumamnya yang hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.
"Woyyy!!!"
"Astaga kau mengagetkanku jili" pemuda itu tersentak kaget.
"Suruh siapa ngelamun, mikirin apa sih lo bo" tanyanya.
"Gak ada" jawabnya datar. Tapi lain dengan ekspresinya.
"Heh! lu kesurupan ya!! senyam-senyum sendiri... Yibooooo jangan jadi gila plisssss!, gua gak mau jaga sama orang sinting" Ucap jili mendrama.
Yibo yang mendengar hal itu hanya merotasikan mata malas sembari menggeleng pelan, temannya ini memang menyebalkan.
Jili yang melihat hal itu hanya nyengir kuda, tanpa dosa.
"Ayolah yibo aku hanya bercanda"
Namun yibo masih tak menanggapinya, ia hanya diam tak bergeming.
"Yibo apa kau sedang jatuh cinta" tanya jili karna yibo bersikap aneh hari ini.
Wang yibo memang seorang yang pendiam dan introvert, tapi baru kali ini jili melihat ekspresi lain dari wajah temboknya itu.
"Kenapa kau bilang begitu" tanya yibo tak paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Winter
Romance"Musim apa yang paling kau sukai" "Musim dingin" Warning zhanyi area