4

90 8 0
                                    

Hari beranjak sore matahari perlahan menuruni singgasananya, tapi yibo masih tak beranjak dari posisinya memeluk gundukan tanah disana.

Seorang laki-laki tinggi dan tegap memakai pakaian serba putih menghampirinya dan berjongkok untuk menyamakan tingginya.

"Zhan ge maaf bobo" lirihnya dengan air mata yang sudah mengering sebagian pipinya kotor terkena tanah tapi pemuda itu sama sekali tidak memperdulikannya.

Sosok itu tersenyum hangat memandang yibo penuh kelembutan. Tangannya terulur untuk membelai rambut nya lembut, namun yibo malah semakin menangis.

"Hiks zhan ge.... Bisakah aku meminta mu kembali" racaunya.

Yibo dapat merasakan hembusan angin lembut seperti membelai rambutnya membuatnya merasa nyaman, tapi air matanya malah kian membanjiri wajahnya.

"Bobo sayang jangan menangis, gege tidak kemana-mana gege selalu bersamamu" ucapnya lembut, tangan yang membelai kepalanya beralih ke bagian pipi yibo untuk menghapus airmata nya.

Walau percuma karna jemari itu malah menembus pipinya, dia sama sekali tidak dapat menyentuh pemuda yang sedang menangis itu.

Jadi sosok itu hanya bisa pura-pura mengusap punggung yibo lembut walau ia tak yakin apa yibo bisa merasakan sentuhannya.

Miris memang, disaat ia ingin memiliki yibo sepenuhnya kejadian naas itu harus terjadi, mungkin takdir belum mengijinkan mereka tuk bersama. Tapi ia sama sekali tidak menyalahkan yibo, karna ini memang suratan takdir yang harus di terimanya dengan lapang dada.

"Jika memang ada kehidupan lainnya, kuharap aku bisa menggenggam mu lebih erat lagi, hingga kita bisa hidup bahagia dan menua bersama" lirihnya dengan airmata yang ikut menetes.

"Zhan ge..."

"Iya bobo sayang"

"Kenapa gege tidak membawa ku bersamamu? Kenapa kau biarkan aku bangun tanpa kehadiran dirimu? Kau tau bukan tidak ada yang menginginkan ku di dunia ini termasuk orang tuaku, mereka juga meninggalkan ku sendiri. Kenapa tak kau biarkan aku menemanimu" racau yibo putus asa.

Sejak kecil sebuah insiden kecelakaan mobil membuatnya kehilangan kedua orangtuanya dan berakhir di panti asuhan karna tidak ada kerabat yang ingin merawatnya.

Yibo memang sudah terbiasa hidup mandiri hingga beranjak dewasa ia memutuskan untuk merantau ke kota untuk hidup mandiri, dan sebuah keberuntungan ada yang mau memperkerjakannya di sebuah minimarket sebagai seorang kasir.

Walau dengan gaji yang tak seberapa tapi cukup untuk makan sehari-hari juga untuk membayar sewa apartemen yang menurut xiaozhan itu jauh dari kata layak huni.

Tapi yibo sama sekali tidak mengeluh, sebaliknya ia sangat bersyukur mendapat pekerjaan juga tempat tinggal, wang yibo selalu bekerja keras untuk menghidupi dirinya, sampai pada awal musim dingin yang seharusnya menjadi musim yang paling di bencinya kini menjadi musim favoritnya.

Bukan tanpa alasan yibo membenci musim dingin, itu karena setiap musim dingin yibo yang sebatang kara harus melawan dinginnya udara malam, tanpa sesuatu untuk menghangatkannya.

Udara pagi musim dingin saja sudah sangat dingin apalagi malam hari, yibo tau itu karena ia bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam.

Seolah kasihan pada yibo yang selalu kedinginan seorang diri, tuhan mengirimkannya seseorang untuk menemaninya melalui dinginnya udara musim ini.

Seorang pemuda tampan, tinggi dan gagah juga kaya. Tampak berjalan kearahnya bak pangeran dongeng, memberikan sebuah kehangatan lebih dari yang ia butuhkan.

The Winter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang