🎶Sal Priadi - Mencintaimu🎶
Semalaman Winter tidak bisa tidur, yang dia lakukan hanya menangis sampai kepalanya sakit, kerongkongannya serak dan matanya bengkak. Untuk menutupi matanya, Winter memakai kacamata hitam ke sekolah, dan dia berhasil membuat dirinya menjadi pusat perhatian.
Banyak yang bertanya alasannya memakai kacamata, bahkan sampai guru-guru pun ikut bertanya. Winter tertawa sembari mengarang cerita, dan ajaibnya semua orang percaya dengan karangan yang ia buat.
Winter memasang topeng tebal selama seharian di sekolah, dia tertawa saat mendengar cerita lucu, dia belajar dengan serius saat guru sedang menerangkan, dia berkumpul dengan ceria di kantin bersama teman-temannya.
Sungguh, akting yang sangat bagus Winter Kim. Gadis itu menelan semua lelah, sedih dan emosinya sendirian. Sebesar apapun lukanya, pokoknya jangan sampai orang lain tau.
Pulang sekolah, seperti biasa dia diantar oleh Karina. Sepanjang perjalanan pulang, Winter memeluk Karina erat, memandang wajahnya yang serius saat sedang mengendarai motornya.
"Karinaa."
"Yaa?"
"Ini kapan nyampe nya? Kita mau kemana ini? Katanya mau pulang."
Karina tertawa, "jalan-jalan dulu sebelum pulang, boleh?"
Walaupun tubuhnya lelah dan ingin sekali untuk beristirahat, Winter tetap mengangguk dan menjawab, "dengan senang hati."
Tujuan mereka adalah Kiara Artha Park. Setelah memarkirkan motornya, Karina dan Winter masuk ke dalam. Karina memimpin langkah, dia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari tempat yang cocok untuk mereka berdua duduk sembari bertukar cerita.
Satu bangku kosong dekat air mancur, mereka berdua duduk disana. Karina pamit sebentar untuk membeli es krim, dan Winter memanfaatkan waktu untuk memejamkan matanya sejenak.
Gadis itu mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia bahkan tidak sadar jika waktu berlalu dan Karina kembali dengan dua es krim rasa vanilla.
Winter tersenyum dan mengucapkan terimakasih, mereka berdua memakan es krim, di temani cerita-cerita random dari Karina dan Winter dengan setia mendengarkan.
Setelah es krim mereka habis, Karina tersenyum manis dan menatap wajah Winter.
"What?"
"Mau tau satu fakta?"
"Mau. Fakta apaa?"
Karina mendekat, lalu berbisik. "Kamu mungkin bisa nipu semua orang, tapi aku tau, Win. Kamu lagi engga baik-baik aja sekarang."
Winter ikut tersenyum. Dia mencubit hidung Karina lalu menghela nafasnya kembali. Kepalanya mendongak menatap langit yang berwarna abu-abu, menandakan bahwa sebentar lagi hujan akan turun.
"Winter Kim. Kamu juga manusia yang punya hati, dan kalau marah atau sedih itu adalah hal yang sangat manusiawi." Karina membenarkan poni Winter yang sedikit berantakan karena angin, senyum masih terlihat di wajahnya, dengan lembut dia bertanya, "mau cerita? Atau mau berbagi beban? Aku siap kok."
Gadis yang lebih muda masih tetap di posisinya, menatap langit. Karina sangat hafal posisi itu, waktu kecil dia sering melakukannya disaat dia ingin menahan tangis supaya air matanya tidak keluar, membasahi pipi.
Beberapa detik kemudian, Winter tertawa dan akhirnya menoleh ke arahnya, kedua matanya berkedip dengan cepat. "Karina Yu."
"Yaaa?"
Winter menggigit bibir dalamnya, saat itu ia melakukannya karena menahan gemas tapi saat ini ia melakukannya untuk menahan isak tangisnya. Winter diam menatap wajah teduh Karina. Dan tangisnya yang sedari tadi ia tahan keluar, Winter menundukkan kepalanya dan menangis.
"Karina." Winter memanggilnya pelan.
"Apa, cantik?"
"Aku takut."
Karina mengangguk paham, "mau kasih tau aku, apa yang kamu takuti?"
Winter menggeleng dan Karina tidak marah, dia tidak memaksa untuk Winter bercerita.
"Kalau gitu, mau peluk?"
Winter mengangguk, dia masuk ke dalam pelukan hangat Karina, tempat ternyaman dan teraman yang dia punya. Winter menangis membasahi kaos yang dipakai Karina.
"Aku tau lagu bagus, mau denger?" Ujarnya sembari tangan kirinya mengeluarkan earphone dan ponsel di dalam sakunya. Dia memasangkan earphone itu di telinga Winter lalu menyambungkannya ke ponsel.
"Kamu harus dengerin lagu ini."
"Pasti lagu jamet."
Karina tertawa. "Bukan dong, lagi mode serius nih gue."
"Oke-oke, mana coba lagunya."
Karina menyalakan lagu. Musik menyala, meredam seluruh suara di sekitarnya dan hanya terfokus pada alunan musik milik Sal Priadi. Langit bergemuruh dengan menunjukkan kilatnya, lantas hujan turun yang awalnya rintik-rintik dan perlahan berubah deras.
Winter menahan Karina yang berniat menariknya pergi dari sana untuk berteduh, gadis yang lebih muda melompat-lompat kecil sembari bernyanyi. Ujung bibir Winter tertarik membentuk lengkung, "ketua kelas, Karina Yu."
"Hmm?"
Winter melakukan gerakan seakan sedang mengunci. "Hati kamu, aku pegang kuncinya."
Dia datang seperti angin tenang yang menyejukkan, aku yang sedang kacau pun terselamatkan.
To be continued...