♡as usual, terjemahan ada di pin paragraf.
..
Zuya duduk di bangku paling depan setelah perkenalannya, di depan para murid lainnya yang kini terus membicarakannya.
Untuk beberapa saat. Dia merasa tertekan dan tak percaya diri akan kehadirannya di banyaknya Orang di sini.
Sentuhan yang Ia rasakan di bahu membuatnya tersentak. Dia menoleh ke belakang dengan takut-takut.
"Hai?" Sapa murid yang menjadi pelaku.
Perempuan dengan tag nama Jane di dadanya. Menyapa dengan semangat.
Zuya mengedipkan mata secara acak. Tak paham respon apa yang harusnya Ia berikan.
"M- ... hai?" Zuya membalas dengan ragu-ragu.
Jane terkikik bersama teman sebangkunya. Di dadanya tertempel nama Difa. Mereka tersenyum padanya.
"Jane."
Jane mengulurkan tangannya meminta jabatan tangan dari Zuya. Meski dengan ragu-ragu merasa. 'Apakah mereka tidak membencinya?'
'Atau apakah mereka tidak merasakan jijik padanya seperti saat Ia masih menjadi Zoya?'
"Zuya."
Jane berdengung. "Huh? ... Cuya?"
Zuya menggeleng panik. Tangan dengan Ruas jari yang memerah itu, terangkat.
"Usually my family ... call me by that name, its Zuya. You just missheard it Cuya."
Jane mengangguk bersama Difa. Keduanya saling pandang dan Jane tak segera melepas genggamannya.
"Lembut euy tangannya."
Kata Jane pada Difa yang kini tengah menatapnya dengan mata yang mengerling.
"Gue, Difa." Pukulan di terima Difa di kepalanya. Dia memekik keras.
"Ngga usah ganjen goblok." Kesal Jane.
Dia kembali terfokus pada Zuya. "But its cute though? I will keep callin ya Cuya."
"No ... dont." Tolak Zuya. Dia menatap Jane lesu.
Jane menjadi penasaran. "Why?"
"Cus ... sounds like kid's name?" Zuya menjawabnya dengan nada kurang yakin.
Jane melirik Difa yang juga melirik. "How old are you?"
"Its .. 17 now."
Jane dan Dufa mengangguk paham. Mereka merembung membiarkan Zuya menatap mereka dengan bingung.
"Lu percaya ngga?"
Difa menggeleng. Jane juga. "Kalo aku sih No ya." mereka melihat satu remaja yang tak jauh dari mereka.
Da menjulurkan kepalan tangannya di depan mulut remaja itu. "Kalo menurut mas Anang gimana?"
"...Hah?"
..
Zuya senang bahwa Jane dan Difa mau menerimanya sebagai teman. Bersyukur bahwa ada bahwa masih ada yang mau berteman dengannya.Meski di kantin ini. Hampir 90% para murid melihatnya secara terang-terangan.
Zuya akan duduk dengan tangan yang di tuntun Jane. Bercampur bersama beberapa remaja laki-laki yang sudah terlebih dahulu berada di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Azura (New seasons)
RawakUntuk menyadari betapa bodoh dirinya. Ia merelakan kehidupan pertamanya dan Kembali hidup di kemudian hari. Tapi anehnya. Dia masih lemah juga. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. -Bijak dalam mencari buku yang akan di baca sesuai...