Annyeong 👋🏻
.
.
.
......................................
-11 July 2023-Ia berlari menuju ruang tersembunyi di dalam kamarnya, tak ada yang tahu, hanya dirinya dan Ayahnya. Seluruh tubuhnya gemetar, badannya penuh lebam, matanya memerah menahan tangis serta amarah, tangannya yang gemetar meraih pena dan buku di sampingnya, ia mulai menulis sebagai rutinitas sehari-hari baik ketika senang atau sedih, suka maupun duka, seperti hari ini.
Dear Diary...
Bolehkah aku kembali? Seperti dulu, disaat dimana aku memiliki semuanya, biarlah aku dikata egois. Terkadang aku lelah dengan diri ini, aku tak kuat, ingin menyerah, tetapi selalu saja hati tak selaras dengan pikiran, menyuruhku untuk bertahan dengan hal-hal menyakitkan ini.
Tuhan,
Aku lelah
Aku menyerah
Aku ingin pulang
Ke rumahku
Juga, ke rumahmu
...~oo0oo~
~
02 November 2015~
Jalanan ramai seperti biasanya, tetapi hari ini lebih padat, mungkin karena hari ini Senin, anak-anak sekolah berseragam putih biru itu berlarian saling mengejar siapa yang cepat sampai rumah mereka. Tidak dengan seorang gadis, yang berdiri tak jauh dari penjual ikan, bajunya lusuh, rambut hitam panjangnya berantakan, kulit kering dan bibirnya yang pecah-pecah kentara sekali, ia menatap iri pada teman-temannya yang sekolah, ya, sejak kejadian mengerikan itu, harapannya yang telah ia bangun seketika runtuh, hanya tersisa puing-puing kenangan pahit yang ia tidak mengerti.
"Lylia! Ini ikan yang kau minta." Ibu penjual ikan itu membuyarkan lamunan Lylia, memberikan kresek merah ukuran sedang yang berisikan tulang-tulang dan beberapa ikan yang sudah rusak, tak ada lagi yang ingin membelinya.
"Terima kasih, Teh Inah." Lylia mengambil kresek tersebut dan kembali ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Lylia langsung membersihkan ikan tersebut, memilah ikan yang masih layak untuk di masak, tidak banyak rata-rata kepala, cukup untuk dua hari jika di tambah kuah yang banyak. Tiga bulan adalah guru terbaik bagi Lylia belajar memasak makan sederhana dengan bahan seadanya, seperti hari ini, ia akan memasak pindang.
"Kakak! Alel laper."
Namanya Airel, umurnya hanya selisih empat tahun dari Lylia, sekarang kelas tiga SD, berbeda dengan sang kakak, Airel dapat kembali sekolah dengan bantuan pak RT.
"Sebentar ya, Alel. Sayurnya masih di masak," kata Lylia yang sedang mencicipi kuah pindang dengan sendok. "Ibu sudah bangun?"
Airel hanya menggeleng kepala, bertanda tidak tahu, Lylia hanya menghela napas sambil menuangkan sejumput garam pada masakannya. "Nasinya sudah kakak siapkan. Ingat! Ikannya buat ibu jadi jangan diambil, hati-hati ambil kuahnya, kakak mau bangunin ibu dulu, ajak makan." Lylia mematikan kompor, membangunkan ibunya yang sedang hamil, usia kandungannya sudah tujuh bulan, tersisa 3 bulan lagi menuju lahiran.
"Ibu, bangun! Makan dulu," Lylia membangunkan ibunya dan membantu menyadarkan tubuhnya di kepala ranjang.
"Ini Lylia masak ikan pindang, tapi ikannya campur-campur dan cuma kepala saja, Alhamdulillah tadi Teh Inah baik, Lylia tanya 'Teh! Ada ikan sisa tidak? Buat Lylia masak sore ini' lalu sama Teh Inah dikasih kresek yang isinya tulang dan kepala ikan, kata Teteh hari ini dia abis-abisan jadi cuma sisa ini doang." Lylia bercerita sambil menyuapkan makanan ke mulut sang ibu perlahan, walau tak ada respon dari lawan bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Itu Lylia
Teen FictionBiar angin pergi, membawa luka serta kenanga pahit itu.