"Dia sadar!"
Pekikan keras terdengar, telinganya menangkap suara itu dengan jelas, jari tangannya bergerak, matanya turut di buka. Wonwoo menoleh ke samping, seorang pria dan dokter berjalan cepat ke arahnya, dokter memeriksa keadaannya.
Pemeriksaan dilanjutkan, seorang pria masuk ke dalam dengan aura dominannya.
"Sesuai dugaanku, suamimu mengalami amnesia karena kejadian itu," ujar dokter kepada pria menyeramkan itu. Mingyu, pria yang di bicarakan mengangguk, dan berlalu pergi dari hadapan dokter.
Kakinya melangkah masuk ke ruangam Wonwoo, memperhatikan suster yang sedang mencopot alat pernapasan Wonwoo dan mencatat keadaan pasiennya.
Suster melihat Mingyu langsung keluar, di gantikan dengan Mingyu yang berdiri di samping brankar Wonwoo. "Kau siapa?" tanya pria berbadan ringkih itu, Mingyu menuangkan air putih ke dalam gelas.
Lalu memencet tombol di bawah brankar, membuat sandaran di posisikan ke atas. "Minum dulu," ucap Mingyu, sembari membantu Wonwoo minum.
Wonwoo melepaskan bibirnya dari ujung gelas lalu merilekskan tubuhnya kembali di brankar.
"Panggil aku Gyu, aku suamimu." Wonwoo menunjukkan wajah kagetnya, dia menatap wajah pria ini yang tidak menyembunyikan kebohongan sama sekali. "Suami?" tanya Wonwoo memastikan.
Mingyu mengangguk. "Malam itu, kau mengalami kecelakaan hebat dan sekarang kamu kehilangan ingatanmu, melupakan cerita kita," ujar Mingyu. Wonwoo abai, dia masih belum percaya dengan keadaan sekarang, pantas dia sangat susah mengingat kejadian masa lalu.
Wonwoo bergerak memposisikan tubuh menjadi duduk, lalu mengamati Mingyu, "kita beneran udah nikah?" tanyanya, penuh rasa penasaran, Mingyu tersenyum lalu mencubit pipi Wonwoo.
"Jangan gemas seperti itu, nanti aku akan menerkamu disini," Wonwoo bergidik ngeri, ia menyentuh plester luka di keningnya, jadi dia benar benar mengalami kecelakaan?. Seperti mimpi.
Wonwoo memakan suapan bubur dari Mingyu, kapan pria- ohh bukan, suaminya menerima bubur dari rumah sakit? Wonwoo mengunyahnya dengan pelan, dia mencuri pandang pada Mingyu yang sedang meniup bubur di sendok.
"Buka," ujar Mingyu memerintahkan, Wonwoo membuka mulutnya dan menerima suapan kedua dari Mingyu.
Mingyu duduk di samping ranjangnya dengan anteng, tangan suaminya bergerak mengelus punggung tangannya, "aku benci melihat infus ini terpasang di punggung tanganmu," ujarnya. Wonwoo refleks melihat punggung tangan, lalu menariknya dari elusan Mingyu.
"Kapan aku bisa pulang?" tanya Wonwoo, Mingyu menyodorkan suapan ketiga ke suami kecilnya.
"Besok,"
Wonwoo melotot, "Secepat itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Hour : Minwon
Teen FictionKisah rumah tangga Mingyu dan Wonwoo + M-Preg + Adult content