Bahagia

386 34 0
                                    

Di malam yang penuh kehangatan, aroma masakan menggoda melingkupi meja yang dekorasi lilin gemilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di malam yang penuh kehangatan, aroma masakan menggoda melingkupi meja yang dekorasi lilin gemilang. Cahaya lembut menyinari wajah sepasang kekasih, Wooyoung dan Mingi, yang tengah menikmati makan malam bersama didalam apartemen milik sang dominan. Setelah sedikit perdebatan soal Mingi yang berencana memasak makan malam untuk kekasih manisnya usai pulang dari kampus.

Bagaimana mungkin kepala Wooyoung tidak terasa memanas? Kekasihnya bukan seorang pemuda yang senang berada didalam dapur dengan banyak bahan dan alat masak, seingatnya, terakhir kali kekasihnya memasak sup ayam untuknya, kuah sup tersebut menghitam dan hangus, ditambah ayam yang di marinasi dengan 3 sendok gula dan 2 bungkus pala bubuk. Sungguh nikmat masakan tersebut, kata Choi San, saudara sepupunya.

"Kenapa tidak dimakan?" Dengan pipi yang penuh dan menggembung, Wooyoung bertanya, sembari menunjuk keramik putih datar dihadapan Mingi.

"Kamu? Kamu tidak mencintaiku lagi?" Mingi bertanya, dengan bibir sedikit terbuka ia memperhatikan Wooyoung yang masih lengkap dengan almamater khas universitasnya.

Wooyoung sedikit kesal, ia menelan makanannya lalu mengangkat tangan untuk mengundang sang dominan untuk mendekatinya. Tanpa ragu, pemuda bertubuh tinggi tersebut mendekati kekasihnya, dalam hati berbunga-bunga begitu melihat Wooyoungie nya nampak tersenyum lebar sehingga matanya ikut menyipit.

"Say-"

*Plak* Satu pukulan mendarat ke dahi Mingi, Mingi spontan memegangi dahinya sembari memejamkan mata menikmati tiap rasa sakit dan perih yang diciptakan yang lebih muda. Hilang sudah bayang-bayangnya bahwasanya ia akan di cium sebagai bentuk cinta.

"Kita sudah bersama berapa lama? Bertemu 9 bulan, kita berpacaran 7 bulan, lalu kamu bertanya apa? Ah selama ini aku hanya mencintai Shiber"

Wooyoung mulai cerewet, seperti biasa kembali membawa nama anabul kecil milik sepupu Mingi jika ia merasa marah.

"Kamu benar-benar mencintai Shiber? Bukan aku?" Mingi menunjuk dirinya sendiri, wajah polos penuh kesedihan ia tunjukkan pada yang lebih kecil. Ia meraih kacamata yang ia letakkan diatas meja makan lalu memakainya, seraya membuat pose kedua sudut bibir yang melengkung membuat senyuman manis.

"Kamu tidak bisa dipeluk oleh Shiber senyaman dipeluk olehku, dia tidak bisa mencintaimu, menjagamu dan membeli banyak Jjampong dan ayam untukmu, jadi kamu harus mencintaiku saja." Mingi memotong steak buatan Wooyoung yang setengah jam lalu dibuat, lalu menyuapkannya pada sang kekasih yang nampak masih memasang wajah kesal.

"Ayo makan, kamu bilang aku tidak boleh terlambat minum obat kan?" Ia melirik jam dinding yang menunjukkan angka 8, lalu mulai memakan daging dihadapannya dengan senang hati.

Setiap momen didalam hidupku mungkin hanya seputar berbahagia denganmu, aku bahkan tidak tau, kapan aku menutup mataku, kapan seluruh sakit yang menyelimutiku akan menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap momen didalam hidupku mungkin hanya seputar berbahagia denganmu, aku bahkan tidak tau, kapan aku menutup mataku, kapan seluruh sakit yang menyelimutiku akan menghilang. Tapi aku tidak berharap dapat sembuh seumur hidupku, karena dengan sakit dan trauma ini, aku akhirnya dipertemukan denganmu.

-Tanggal 20 agustus 2023

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Mangi, sudah minum obatnya?" Wooyoung memasuki kamar, dengan piyama kebesaran berwarna biru muda dan headband tersampir dikepalanya. Ia duduk dipinggir kasur untuk mengecek beberapa pil obat yang sudah ia resepkan untuk Mingi.

Mingi mengangguk menanggapi, dirinya terlihat sibuk menekan huruf demi hufuf pada keyboard laptopnya.

Wooyoung menyipitkan matanya ketika ingin melihat lebih dekat setiap kata yang tertulis didalam layar monitor dihadapannya, ia mendekat dan mendaratkan bokong sintalnya diatas paha kekasihnya, mengundang salah satu lengan kekar milik pemuda tersebut untuk merengkuh pinggangnya.

"Kamu menulis laporan kesehatan kamu lagi?" Wooyoung membalikkan wajahnya, kemudian mengecup pelipis kanan Mingi.

"Aku harus tau kapan terakhir menulis laporan, juga kapan sakitnya kambuh lagi." Jawabnya, ia mengeratkan rengkuhannya dengan dagunya yang ia letakkan diatas bahu kekasih manisnya.

"Kalau ibu dan ayahku masih hidup, mereka pasti sangat menyukai Wooyoungie," Ujarnya sekali lagi. "Tapi jika saja mereka masih ada, mungkin kita tidak bertemu kan, Mangi?"

Menautkan kedua alisnya, Mingi menggeleng cepat, tangannya yang lain ikut merengkuh tubuh kecil yang terasa sehangat pelukan ibunya yang ia rindukan 4 tahun yang lalu, kini ia mendapatkannya, mendapatkan semua yang ia rindukan dari dokternya sendiri. Ia merasa dirawat dengan baik, trauma besar didalam dirinya berangsur-angsur menghilang karena sosok yang pengibaratan malaikat didalam dihidupnya.

"Mungkin tuhan jahat sudah merebut keluargaku, tapi tuhan tidak akan merebutmu juga, jikapun tuhan tidak merenggut keluargaku, maka ada cara lain kita dapat bertemu."

Mingi memejamkan matanya, sembari menggerakkan tubuhnya kekiri dan kanan seperti mengayunkan diri.

"Ibaratnya Wooyoungie itu garam dan Mangi itu Jjampong, sebanyak apapun isinya kalau tanpa Wooyoungie rasanya hambar."

Suara yang terasa menggemaskan menyapa pendengaran Mingi, ia terkekeh, lalu mengangkat kepalanya seperti memikirkan sesuatu untuk menimpali.

"Kamu tidak boleh jadi garam," ia menggeleng kecil. "Kenapa?"

"Karena garam membuat semua masakan terasa lezat, tapi Wooyoungie hanya milik Mangi, lebih baik jadi kuah Jjampongnya dan Mangi isinya, karena kuahnya dibuat spesial."

Mendengar penuturan tersebut, spontan tawa kecil keluar dari mulut Wooyoung, ia mencoba mencerna gombalan aneh yang dibalas oleh Mingi kepadanya.

"Kamu bicara apa? Kamu sudah mengantuk sepertinya, ayo tidur." Wooyoung berdiri, namun belum sempat ia berjalan menuju ranjang empuk favorite nya, pinggangnya kembali ditarik oleh yang lebih tua sehingga kembali terduduk diatas sepasang paha besar milik sang dominan.

"Aku belum meminta kamu pergi, Youngie" Pinggang ramping itu kembali dipeluk dengan posesif, kali ini rengkuhan tersebut lebih kuat dari sebelumnya membuat Wooyoung sulit bergerak.

"Kenapa lagi?" Wooyoung sekali lagi membalikkan wajah yang dihadiahi sebuah kecupan singkat pada permukaan bibirnya.

Ia tersenyum malu, terasa bagian wajahnnya memerah layaknya wajah yang dihiasi blush on berwarna merah muda. "Mangi.." Mingi bersumpah dalam hatinya, ia benar-benar memuji kecantikan kekasihnya. Bibir yang mengatup dan ditarik kedalam kemudian ia gigiti, tak lupa sepasang manik matanya yang nyaris tertutup dengan ia menunduk menyembunyikan sepasang rona merah muda dipipinya.

Bolehkah Song Mingi menjadikan pemuda Jung miliknya seorang?

Awalnya, Mingi terus mengagumi setiap bentuk manis pada wajah Wooyoung, ia begitu serius memperhatikan hingga tanpa sadar mengeluarkan kalimat cinta dari belah bibirnya. "Aku mencintaimu."

"Aku juga, tidak! Aku lebih mencintaimu." Yang lebih mungil mengangkat kepalanya dan membalas kalimat Mingi, terlihat wajahnya yang tak semerah sebelumnya namun terdengar nada suaranya menggebu-gebu, Mingi yakin, Wooyoung masih merasa canggung usai ciuman yang ia curi.

Mingi mengulum senyum, menahan gemas akan salah tingkah yang ditunjukkan kekasihnya. "Aku yang lebih mencintaimu." Ia menatap jahil, mencoba menggoda si manis dengan surai coklat didalam pelukannya.

"Aku! Aku lebih banyak!" Yang lebih muda pun tidak mau mengalah, ia terus membantah setiap kalimat Mingi ketika pria bertubuh besar tersebut membalas kalimatnya dengan kata-kata yang sama.

Bagi Mingi, semuanya terlalu cepat, ia selalu berharap ada keajaiban didalam hidupnya, dimana ia bebas dari segala rasa takut pada setiap orang yang mendekatinya, namun hanya karena Wooyoung lah, ia merasakan kehidupan yang baru, ia lebih bahagia dan mulai menerima kehidupan baru yang menantinya.

Bab 1 selesai.
Dibook ini, book tentang Woogi, salah satu kapal dari penulis.

Trauma  [ Woogi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang