Yang manis

154 14 2
                                    

"Hari ini, ada satu momen yang menyenangkan lagi, momen yang membuatku mengingat betapa berharganya masa lalu yang telah hilang, haruskah kusebut ini dengan hadiah tuhan? Tapi tuhan tetap pernah berlaku tak adil."

— Song Mingi —

      Wooyoung bangun lebih awal dari biasanya, ia merasakan hawa dingin yang menusuk permukaan kulitnya hingga ia menarik selimut agar menutupi seluruh tubuhnya yang terasa dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Wooyoung bangun lebih awal dari biasanya, ia merasakan hawa dingin yang menusuk permukaan kulitnya hingga ia menarik selimut agar menutupi seluruh tubuhnya yang terasa dingin. Dengan mata yang memerah mengantuk, juga wajah yang sedikit pucat ia menatap permukaan leher kekasihnya, seraya sedikit mendekat dan memeluk tubuh tanpa busana tersebut dengan erat.

"Mangi.." Suara Wooyoung sedikit parau dan serak, sambil menepuk-nepuk wajah Mingi agar pemuda tersebut kembali terjaga setelah hampir semalaman menghabiskan waktunya menangis dan berhubungan dengannya, dengan dalih Wooyoung yang menginginkan mood Mingi lebih baik, ia menawarkan sebuah permainan, dimana jika Mingi menitikkan air matanya, Mingi akan diberi sebuah ciuman, namun siapa sangka, Mingi masih belum bisa menenangkan diri, lalu dengan segala tenaga yang tersisa, Wooyoung akhirnya mengeluarkan cara terakhir yang ia yakini paling ampuh, menciptakan kenangan intim kesekian kalinya kepada sang pujaan hati.

Mingi menggeliat kecil begitu jemari dingin Wooyoung membelai pipinya, mencoba mengabaikan namun tak dapat menolak begitu suara yang menjadi candunya kembali memanggil namanya dengan penuh kelembutan. "Mangi sayang, kamu tidak mau bangun?" Tanyanya, dan Mingi spontan membuka mata dengan patuh.

"Dingin, ini juga sudah pukul 5 pagi, ayo bangun, kamu bilang kamu mau menemaniku ke klinik dan bertemu sahabatku,"

Begitu Wooyoung menyelesaikan kalimatnya, Mingi memandang jam dinding yang menunjukkan pukul 5 lewat 7 menit, sambil memajukan bibirnya karena cemberut, ia merengkuh Wooyoung lebih erat, mencari kehangatan yang diinginkan pemuda kecil itu.

"Masih terlalu pagi untuk bersiap-siap,"

"Tidak!" Wooyoung bergerak duduk, membiarkan tubuh tanpa busananya terpampang jelas dihadapan Mingi. Ditatapnya tubuh dengan bercak kemerahan di tiap sisi dada dan perutnya, membuat Wooyoung yang tadinya duduk buru-buru menutup tubuhnya dengan kedua tangan yang ia silangkan.

"A-apa yang kau lihat dasar mesum!" Mingi menaikkan salah satu alisnya kendengarkan penuturan Wooyoung, dengan sedikit bingung mulai mengingat-ingat setiap potongan adegan sexual yang mereka lakukan semalam.

Ternyata kasar juga, Fikir Mingi.

"Aku tidak mesum, kamu yang mesum, kamu yang mengajakku, aku tidak pernah mengajak kamu," bantah Mingi. "Tidak pernah? Jadi maksudmu aku selalu memancingmu melakukan ini dan itu? Lalu kamu? Kamu diam saja? Ah tentu tidak John Mangi, kamu tidak pernah membiarkanku menikmati malam jika sudah melakukan tindak kekerasanmu, memukul, mengikat, mencekik, kamu mau membunuhku apa? Aku belum mau mati muda!"

Disertai ringisan mengerikan, Mingi mundur dari posisinya begitu mendengar Wooyoung mulai mengomelinya, ia sedikit bingung, mengapa para wanita dan pria pihak bawah suka mencari perkara atau berbicara banyak, padahal pria ataupun pihak atas hanya bertanya, lagi-lagi terfikir dikepalanya untuk menciptakan kamus cara menaklukkan gadis dan bottom.

Trauma  [ Woogi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang