Prolog

6 0 0
                                    






Jalanan yang lembab akibat hujan tidak menghentikan langkah mereka menjauh dari keramaian tersebut. Angin semilir yang dingin cukup menusuk kulit mereka yang hanya memakai kaos tipis tanpa persiapan pakaian hangat di musim dingin ini.

Terlihat dari kelima pemuda tersebut, mereka berpakaian lusuh. Diantaranya yang paling tinggi si paling menonjol, suara isakan mengisi kesunyian jalan.

Tidak ada yang berniat menenangkan pemuda tinggi tersebut seolah bukan mereka penyebab si pemuda menangis sesegukan.

Karna sesungguhnya penyebab tangisan sang pemuda adalah akhir yang menyedihkan bagi mereka.

Percayalah mereka ikut terisak meskipun kalah dengan isakan menyayat hati sang pemuda tinggi.

Sedangkan pemuda lainnya dengan seorang pemuda kecil di gendongan nya berusaha sekuat tenaga untuk tidak ikut terisak. Ia harus kuat, jika tidak hancur sudah fondasi yang ia pertahankan.

Pemuda yang berada di dalam gendongan itu pun terbangun. Ia hanya bisa memandang ke depan dengan tatapan kosong. Jiwa nya pergi bersama seseorang yang menjadi penyebab tangis si tinggi.

"Apakah mereka bisa kita selamatkan?" tanya si pemuda dalam gendongan.

Tidak ada yang menyahut, seolah bisu serta tuli. Mereka berharap pun begitu, mereka mengharapkan yang sama.

Sedangkan dua pemuda lainnya, membawa dua ransel berwarna oranye serta hitam. Ransel tersebut cukup besar jika di pandang. Entah apa isi dari ransel tersebut. Tetapi, sepertinya ransel itu terlalu berharga. Mereka menggengam tapi ransel dengan kuat.

Seolah-olah takut akan ransel tersebut yang tertinggal atau bahkan jatuh menyentuh tanah. Hanya saja itu hanya perkiraan, faktanya ransel tersebut mereka jaga baik seperti seseorang yang mereka rindukan.

"Apakah masih berlanjut?" tanya lagi sang pemuda di dalam gendongan.

"Sungguh, aku menyesal." kali ini perkataan si pemuda tinggi, memberhentikan mereka dalam langkah nya.

Tatapan frustasi dari mata pemuda tersebut amat sangat terpancar dan di perlihatkan kepada keempat pemuda lainnya.

"Ya, aku pun begitu."
"Setidaknya, terus lah bertahan. Jangan menyia-nyiakan pengorbanan nya." Sahut pemuda yang menggendong pemuda kecil itu.


'Siapa selanjutnya?' batinnya.










______________________________________

Thank you.

let's vote and coment for support me.

sorry for typo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ten Days -Seven Dreams (NCT DREAM) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang