Rhaella || Talk About Rumors

363 55 19
                                    

Seingat Rhaella setelah dansanya dengan Archies semalam, Rhaella langsung menarik diri dari kerumunan.

Ia lebih memilih memasuki rumah kaca sambil menikmati alkohol. Rasanya malu mengingat tindakan dia yang tiba-tiba mencium Archies di hadapan banyak orang.

Rhaella tidak memiliki alasan khusus kenapa melakukannya, ia hanya ingin meyakinkan Permaisuri bahwa Rhaella mengikuti apa yang wanita itu perintahkan.

Untuk menjalin kedekatan lebih dengan Archies. Ya walaupun ciuman terasa berlebihan sebenarnya.

"Kepala anda masih sakit?" Rumi bertanya saat mendengar suara desahan singkat dari Rhaella.

Wanita itu tengah duduk di lantai, sibuk mengupas buah untuk Rhaella sambil sesekali menatap sang nona yang duduk di sofa.

"Ya, sedikit." Rhaella menjawab singkat atas pertanyaan Rumi sambil memakan buah di atas piring.

"Saya akan meminta obat pada tabib untuk anda setelah ini, Putri."

"Terserah kau." Ujar Rhaella tak mau ambil pusing.

Toh selama ini Rumi menjalankan tugasnya dengan baik. Apapun itu, Rumi selalu tahu apa yang ia butuhkan.

Rhaella memilih memejamkan mata saat rasa pusing dari efek pengar kembali dia rasakan.

Hari sudah mulai siang, Rhaella tidak tahu ini jam berapa tapi untung saja ia tidak memiliki kegiatan apapun hari ini. Rumi juga sepertinya mengerti keadaan Rhaella.

Wanita itu hanya tetap duduk sambil mengupas buah lain, jaga-jaga jika Rhaella ingin kembali memakannya.

Lama tertidur, suara pintu kamar yang dibuka cukup kasar membuat Rhaella kembali terbangun. Matanya menyipit tajam bersiap mengumpati siapapun yang menganggu nya, namun semua itu urung saat ia melihat siapa yang membuka pintu kamarnya.

Demian mendengus melihat keadaan Rhaella. Dengan langkah tergesa pria itu menghampiri Rhaella, duduk di sisi gadis itu lengkap dengan raut wajah tidak bersahabat.

"Salam Pangeran Mahkota."

Demian hanya melirik sekilas pada Rumi yang membungkuk padanya. Pelayan itu langsung mengambil langkah mundur setelah mendapat tanda dari Rhaella untuk pergi.

"Ada apa? Tidak biasanya kakak datang tiba-tiba seperti ini." Tanya Rhaella sesaat setelah Demian duduk.

Masih dengan posisi yang sama, bersandar di sofa. Disini tidak ada siapapun , Demian juga tidak akan mengomentari sikapnya.

"Mana mungkin aku tidak datang setelah tahu jika kau membuat hampir seluruh kekaisaran gempar."

Rhaella menoleh. Dia mengerutkan kening bingung. Murni memang karena dia tidak mengerti.

"Maksud kakak?"

"Jangan pura-pura bodoh! Aku sudah dengar rumor itu, semua pelayan membicarakannya." Cecar Demian tanpa ampun.

Pria itu bahkan mengabaikan sodoran buah apel yang Rhaella beri. Membuat Rhaella mengedipkan bahu acuh dan memilih memakannya sendiri.

"Rumor mana yang kakak maksud. Aku bahkan baru bangun satu jam lalu." Ujar Rhaella sembari mengunyah makanannya.

Kepalanya pusing, tidak mau bertambah pusing karena menghadapi Demian yang tidak jelas.

"Sejak kapan kau dekat dengannya?"

"Siapa yang kakak maksud."

Mendengus kesal, Demian menyorot kening Rhaella hingga gadis itu meringis. "Duke Zeresta. Sejak kapan kalian dekat? Kenapa tidak bilang padaku? Kenapa semua orang tahu tapi aku tidak? Kenapa kau menyembunyikan sesuatu dari kakakmu? Kenapa? Kau bosan bercerita denganku? Hah?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLOODY CROWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang