Chapter 2

312 46 15
                                    

Tampaknya Zhan memang sedang mabuk saat itu karena setelahnya ia lupa bahwa dirinya telah menikahi pria yang hanya melewatkan satu malam dengannya. Satu malam yang panas. Ini benar-benar gila!

Sekarang ia hanya berharap bahwa Luhan dapat membawakan kabar baik untuknya berkaitan dengan pria bernama Wang Yibo ini.

Ternyata Zhan harus menunggu selama dua minggu sampai Luhan akhirnya muncul kembali di ruang kerjanya.

"Kenapa lama sekali?" keluhnya pada sang pengacara.

Luhan mendengus seraya menjatuhkan dirinya di kursi seberang Zhan. "Kau hanya menunggu saja, sedangkan aku harus mengejar suamimu itu ke sana ke mari. Apa kau tahu betapa sulitnya melacak keberadaannya?"

"Jangan memanggil dia suamiku!" Zhan menghardik, tidak suka dengan panggilan itu. "Apakah sesulit itu?"

Luhan mendecak, "Aku juga tidak mau menghabiskan waktu selama ini untuk mencarinya. Gara-gara hal ini, aku jadi kehilangan beberapa klienku. Kau harus mengganti kerugiaanku nanti."

Salah satu sudut bibir Zhan tertarik ke atas dengan sombong. Lalu ia membuka laci kecil mejanya dan mengeluarkan setumpuk kertas yang kemudian dilemparkan ke depan meja di hadapan Luhan sambil berkata, "Tulis sendiri jumlah yang kau mau di cek kosong itu. Aku akan menggantinya."

Seringaian lebar muncul di wajah Luhan. "Kau sangat pengertian. Aku mencintaimu." Dengan senangnya ia mengambil cek itu dan menulis di atasnya.

"Kau seorang pengacara. Mengaku menjunjung tinggi hukum tapi begitu senangnya melihat uang," sindir Zhan.

Luhan mengangkat bahu, tak peduli. "Pengacara juga punya kebutuhan," jawabnya sambil menyerahkan cek kepada Zhan untuk ditanda-tanganinya. "Lagipula aku perhitungan hanya kepadamu saja, Tuan Wang Zhan," kekehnya menggoda.

"Sialan kau!" sembur Zhan kasar seraya melempar lembar cek itu ke arah Luhan yang dengan sigap ditangkap dan diciumnya kertas bernilai tersebut.

"Jadi, bagaimana hasilnya? Apa dia setuju bercerai denganku?" Wajah Zhan berubah serius. Sudah saatnya menghadapi masalahnya.

"Tentu saja ...." Luhan tersenyum lebar penuh kepuasan sehingga membuat mata Zhan bersinar cerah penuh harapan. "Tidak!" tutupnya.

Senyum Zhan memudar seketika dan matanya kembali menggelap. "Yang benar saja!" Dengan geram ia berdiri sambil menggebrak meja.

Luhan mengangkat bahu. "Mau bagaimana lagi? Aku sudah berusaha membujuknya dengan banyak cara. Bahkan kuiming-imingi dengan harta kekayaanmu pun, dia tidak mau."

"Apa alasannya?"

"Dia mau bertemu denganmu dulu."

Sebelah alis Zhan terangkat. "Itu saja?"

Luhan mengangguk. "Syarat yang mudah, bukan?"

"Jadi, kalau aku mau bertemu dengannya, dia setuju bercerai denganku?"

"Begitu yang dikatakannya."

"Ya, sudah. Atur saja pertemuanku dengannya," putus Zhan dengan santai sembari duduk kembali di kursinya.

"Kau yakin?" Giliran Luhan yang mengangkat sebelah alisnya, bertanya. "Kau tidak mau tahu siapa suamimu itu dan latar belakangnya?"

"Sudahlah, tidak perlu." Zhan melambaikan tangannya di udara. "Palingan hanya pebisnis biasa sama sepertiku."

Luhan melipat tangannya di dada. "Setidaknya hargai usahaku sedikit karena sungguh sulit untuk melacaknya. Dan aku yakin kau akan sangat terkejut mendengarnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SWEET DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang