Sepertinya, semesta terlalu enggan untuk mau melihatku bahagia walau hanya sebentar.
_
Perempuan pendiam dan tertutup itu bernama Hujan. Dia merupakan seorang anak yang sejak lahir sudah mengidap penyakit lumpuh. Hujan yang tumbuh besar tanpa tahu b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lentera Senja,
Hujan.
Entah sudah berapa lama Hujan terduduk di atas kursi rodanya yang mengarah ke taman belakang rumah. Hujan terus memandangi keadaan taman yang sangat ramai, banyak anak muda yang sedang asik bercanda sambil menari tipis di sana.
Mereka semua adalah anak-anak dari rekan kerja Tegar dan Andin. Kedua orang tua Hujan memang selalu menjadikan taman belakang rumah sebagai tempat anak-anak mereka saling mengenal satu sama lain. Namun, sebenarnya alasan para orang tua mengajak anak-anak mereka datang ke pesta bukan hanya untuk saling mengenal. Mereka mau anak mereka jatuh cinta dengan salah satu anak yang ada di sana, anak yang tentunya merupakan keturunan dari pengusaha hebat. Sepertinya hampir semua pengusaha ingin anak mereka menikah dengan anak pengusaha dari perusahaan lain.
Hujan tahu semua hal itu dari Bi Indah yang kini menemani dirinya di dalam kamar. Sudah sejak lama Hujan penasaran dengan alasan kenapa para orang tua sering mengajak anak mereka ke pesta pertemuan rekan kerja. Setelah mengetahui alasannya, Hujan jadi merasa wajar saat ia melihat Mentari yang selalu ingin tampil sempurna saat adanya pesta.
"Mereka semua pasti anak-anak yang selalu disayang oleh orang tua mereka. Mereka semua terlihat cantik, tampan, elegan, dan pasti sangat pintar."
"Sekarang, Hujan jadi semakin tahu alasan kenapa Bunda dan Ayah benci akan kehadiran Hujan di dalam hidup mereka. Bunda dan Ayah sudah tahu, kalau Hujan ngga mungkin bisa membuat mereka bangga, sampai kapan pun."
Satu helaan napas rasa kecewa otomatis keluar dari dalam mulut Hujan, ia merasa iri dengan orang-orang yang kini asik bepesta di tengah taman rumahnya. Rasa iri Hujan semakin bertambah ketika kedua matanya menangkap Mentari dan Merpati. Kedua Kakak kandung Hujan, yang juga terlihat begitu menikmati pesta perayaan malam hari ini di rumah mereka.
Hujan pun terdiam. Ia kembali memperhatikan orang-orang yang berada di taman. Hingga akhirnya, fokus Hujan terambil oleh salah satu laki-laki yang berada tepat di tengah-tengah kerumunan orang. Laki-laki itu terlihat sangat tampan dan manis, dari wajahnya, Hujan menyimpulkan kalau dia bukanlah anak yang baik. Rambut dan pakaian yang ia kenakan cukup berantakan jika dibandingkan oleh para tamu undangan yang lain.
Hujan yakin, laki-laki itu merupakan anak populer yang diincar oleh banyak perempuan.
"Laki-laki berkemeja putih, berambut hitam sedikit berantakan. Sekarang dia lagi berbincang dengan dua orang yang ada di hadapannya."
Bi Indah mendekatkan dirinya ke jendela, ia mencari sesosok laki-laki yang dibicarakan oleh Hujan.
"Maksud, Non. Laki-laki berkalung liontin kuda?"
Hujan menganggukan kepalanya. "Benar."
"Nama laki-laki itu, siapa Bi?" tanya Hujan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.