Priittt
Byurr
Sekitar tujuh pemuda yang baru saja melompat ke kolam, mulai berenang menggunakan gaya bebas dengan kemampuan terbaik mereka sampai di meter 25 nanti. Sportivitas dan semangat olahraga sudah teraplikasi sejak awal, membuat mereka lebih fokus pada diri sendiri dalam pembuktian ini.
Ketika bersaing dengan teman-teman sekelas, lebih baik memacu diri sendiri dan membiarkan yang lainnya tanpa aksi curang. Karena yang mereka inginkan bukan sekedar siapa yang duluan sampai ke ujung kolam, tetapi nilai pelajaran PE di rapor nanti.
'Sedikit lagi..' batin Harsa.
Plak!
Telapak tangan Harsa menghantam ujung kolam, tanda ia sudah menyelesaikan 25 meter itu.
"Yak, Harsa yang selesai pertama!" seru Mr. Aziz yang masih fokus dengan papan penilaian.
Harsa menghela napas. Syukurlah, meski itu tidak selalu menjamin berapa nilai PTS Praktek pemuda itu.
94, itu nilai yang Harsa dapat. Ia yang memiliki pola pikir "Yang penting dapat A", langsung bergerak cepat ke arah ruang bilas.
Ia segera bergabung dengan teman-teman lelaki sekelasnya, sementara yang lain ada yang menumpang bilas di ruang bilas perempuan, dikarenakan jam renang siswa dan siswi berbeda.
Yang ramai juga itu antrian toilet, karena tidak ada yang mau ke toilet siswi, begitu juga sebaliknya.
Ruang bilas masih ramai tapi cukup santai. Pelajaran renang yang selalu diadakan di jam terakhir membantu mereka untuk tidak dikejar waktu pelajaran berikutnya.
Harsa langsung memutar keran shower dan membiarkan air mengalir dari ujung kepalanya. Menggosokkan sabun ke seluruh badan agar aroma air bercampur kaporit itu segera hilang.
Ia selesai mandi saat ruang bilas hanya menyisakan 3-4 orang saja. Sembari merapikan tas renang 10 liternya, ia mendengar sayup-sayup dua pemuda berbincang.
"Gimana renang lu tadi?" terdengar suara yang agak berat.
"Bagus. Tapi pas bagian gue, gue cuma jadi kedua tercepat sampai ujung."
"Siapa yang pertama?"
"Harsa."
"Harsa mana?"
"Harsa mana lagi? Ya Harsa kelas gue lah, yang anak seni rupa, yang bikin Njop bulol, yang anak basis geng ABM!"
Harsa awalnya merasa biasa saja. Hingga kalimat terakhir yang ia tangkap, membuatnya mengerutkan kening.
"Yaudah, ayo cepetan. Jadi ke PIM kan kita?"
"Jadi lah. Ayok!"
Harsa yang awalnya termangu langsung bergegas menutup tasnya. Dengan tergesa ia keluar dari ruang bilas, berniat untuk cari tahu siapa yang bicara tadi.
Di ujung sana, yang ia lihat adalah punggung dua pemuda yang berjalan ke arah luar. Salah satunya, yang ia kenali dari hasil renang tadi, adalah Jaden Pangga. Ia juga mengenali suara setter tampan CLVBC yang menjadi teman sekelasnya itu.
Jaden tampak merangkul satu kawan. Yang memiliki suara dalam itu pastinya. Mata Harsa jatuh pada kedua kakinya. Keduanya dibungkus dengan sepatu Nike Air Jordan bernuansa putih dan mauve. Yang memiliki ciri-ciri itu..
Harris Widyastama?
"Hey!" Harsa sedikit terkejut atas tepukan Mikael di bahunya. "Ayo, kita susul Ella dan Zoa."
Harsa mengangguk dan ikut berjalan di samping Mikael.
Mereka berdua berjalan hingga keluar dari area kolam renang semi outdoor itu. Dan tak lama, mereka segera menemukan Danella dan Zoana.
"Yuk jalan, keburu sore." ajak Danella.
"Yok, gak ada yang ketinggalan kan?"
Geng ABM (begitu mereka menyebut diri) segera berjalan menuju parkiran. Kemana mereka akan pergi? Jawabannya adalah rumah Danella, untuk belajar bersama. Geng ABM ini mempertaruhkan 'eksistensi' mereka salah satunya di bidang akademik. Dan lokasi belajar mereka selalu berganti-ganti.
"Nih Har, kunci lu." Jemari Zoana menyerahkan sebuah kunci.
"Makasih," balas Harsa singkat sambil memutar kunci itu pada motor Vespa yang ia bawa.
Menuju rumah Danella ini, Harsa memang akan membawa motornya dan membonceng Zoana. Sementara Mikael dan Danella akan naik mobil.
Mobilitas geng ini memang unik. Mikael dan Danella yang bergantian membawa mobil ke sekolah untuk mereka berdua, Harsa yang selalu membawa motor Vespa, dan Zoana yang berganti-ganti sesuai suasana, bisa bawa mobil, motor, diantar sopir atau orang tuanya.
Dan karena tadi pagi Zoana diantar oleh ayahnya, maka sekarang ia menumpang Vespa Harsa.
"Zoa," Harsa sedikit keraskan suara ketika mereka lewati Jalan RC. Veteran Raya. "Lu hapal semua anak basket gak?"
"Lumayan sih,"
"Hapal sepatu mereka kalau latihan?" pertanyaan konyol Harsa ini segera dihadiahi pukulan ringan di bahu.
"Ya kagak lah!" Zoana sedikit melotot tapi lanjut tertawa, "Ada-ada aja pertanyaan lu."
Harsa ikut tertawa dan meringis pelan, "Ya maaf."
Hari ini masih buntu. Tapi, tidak ada yang tahu tentang esok hari, bukan?
— tbc.
Mal, 27/12/2023
hello!! sorry ya pendek bgt heheheyuhuu gimana liburannya?
anw, Merry Christmas and Happy New Year!! 🎁🎀🎂🎉
see you guys next year lololol
KAMU SEDANG MEMBACA
Art Pool | JoRua
FanfictionSejak disuruh Papa berjaga di kolam renang malam itu, Harsa mulai menyadari kehadiran Jovan di sekitarnya. Percakapan singkat mereka tiap harinya, menyiratkan romansa yang tak terucap. Dan mereka tetap menghiasi hari dengan akrilik dan air, dengan k...