Juwita terkekeh menatap Frederick. "Jadi sekarang Tuan Hans sudah bisa membunuh?" Tanyanya sambil menatap Frederick, namun Juwita baru tersadar dengan pertanyaan yang ia lontarkan pada Frederick adalah pertanyaan bodoh dan salah, sehingga senyumnya langsung memudar.
Frederick yang memperhatikan perubahan raut wajah Juwita langsung paham, ia segera menutup buku catatannya.
"Baiklah sudah cukup untuk ceritanya. Sekarang waktunya kita keluar" Ucap Frederick yang beranjak dari duduknya sambil menyimpan bukunya kedalam laci mejanya.
Juwita mengerutkan keningnya."Kita akan pergi kemana?"
"Ikut saja" Jawabnya yang meraih tangan Juwita dan menuntunnya keluar.
Seperti sebelumnya, Frederick memang selalu penuh dengan kejutan, entah ia akan mengajak Juwita kemana lagi, ia tidak tahu. Yang pasti hasilnya selalu membuat hati Juwita bahagia, seperti halnya malam ini, perasaanya tak berhenti berdebar ketika ia duduk diatas kuda berama Frederick, deruan nafas Frederick yang terdengar jelas dipendengarannya membuat tubuh Juwita seketika merinding panas dingin.
Ah perasaan macam apa ini? Apakah aku jatuh cinta pada Komandan penjajah ini?
Tapi siapa yang tidak akan jatuh cinta padanya, tubuh tinggi tegapnya, hidung mancung, serta rahang yang tegasnya merupakan perpaduan paras yang sempurna, belum lagi pangkatnya sebagai Komandan sudah pasti dia punya kuasa yang besar, bukan hanya pribumi tapi tentara kolonial yang lainya pun pasti tunduk padanya. Tapi kini pikirannya teringat perkataan Ajeng, apakah benar pria setampan Frederick menyukai sesama jenis?Pikiran itu membuat Juwita bingung sendiri.
Apa aku harus membuktikannya sendiri?
Juwita pun akhirnya hanya bisa mendesah nafas panjangnya, sehingga membuat Frederick mendengar hal itu.
"Kau kenapa Juwita? Apakah kau lelah?" Tanya Frederick
Juwita yang mendengar hal itu sedikit terkesiap kaget, "ah tidak apa-apa, aku hanya—" Jawab Juwita terbata-bata.
"Sebentar lagi sampai" Jawab tersenyum.
Dan benar saja setelah mendengar penuturan Frederick, perjalanan mereka sudah sampai, Juwita sampai tidak menyadari dengan perjalanan yang ia lewati karena terlalu banyak melamun.
Kuda Frederick pun berjalan pelan hingga akhirnya ia benar-benar menghentikan kudanya. Ia turun lebih dulu, sampai akhirnya ia menggendong membantu menurunkan Juwita.
Setelah Frederick mengikat kudanya disebuah pohon, kini mereka berjalan dimana Juwita berjalan dibelakang Frederick. Namun dengan segera Frederick menggenggam tangan Juwita.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS PRIBUMI | KARINA
Historical FictionKisah Berlatar tahun 1942 masa peralihan kekuasaan Hindia Belanda dari Belanda ke Jepang. Cast NCT~AESPA