Bab 6. Cui Liang dari Pingzhou

104 14 1
                                    

Jiang Ci merasa sendiri seperti terus berada di sebuah periuk besar terus disiksa oleh api menyala siang dan malam, di seluruh badannya tidak ada yang tidak sakit, tidak ada yang tidak terbakar. Di depan matanya semuanya kabur, tetapi juga seperti melihat banyak sekali ilusi. Gurunya, paman gurunya dan kakak seperguruannya tidak berhenti muncul di tengah ketidak sadarannya, sesaat jelas, sesaat kabur.

Dia tidak tahu seberapa lama dia bergumul di tengah kabut tebal dan nyala api ini, pokoknya suatu hari, sakit si depan dadanya sudah tidak begitu sakit, kabut perlahan-lahan menghilang, dia melihat dengan kabur sebuah bayangan orang.

"Sudah sadar, sudah sadar!" Di samping telinganya terdengar sebuah suara yang jernih, bayangan orang yang dilihatnya tadi menjauh diikuti suaranya: "Cepat pergi lapor Pengurus rumah utama, dia sudah sadar!"

Jiang Ci membuka mulutnya, ternyata hanya bisa mengeluarkan suara hembusan nafas saja, sedikit demi sedikit dia merasa pusing lagi, matanya sudah hendak menutup kembali, tiba-tiba merasa ada orang yang menangkap tangannya.

Di depan dadanya terasa sakit kembali, begitu sakitnya sampai mulai setengah sadar lagi, kedua matanya menutup, sekali lagi dia jatuh ke dalam kabut.

Pei Yan melepaskan tangannya yang menekan nadi Jiang Ci, dia melihat sejenak wajah yang pucat pasi dan kaku tersebut, alisnya mengerut sebentar, kemudian bangkit berdiri: "Mengikuti perintah Putra Dewa Tanah, lanjutkan obatnya."

Dia menerima sapu tangan yang disodorkan oleh pelayan wanita, setelah melap tangannya, berjalan ke luar ruangan. Pei Yang si pengurus rumah mengikuti di belakang, berkata dengan hormat: "Tuan Perdana Menteri, baru saja An Cheng datang melapor, semalam sudah menyelidiki sekali semua orang yang berada di vila, tidak ada yang mengenal gadis ini, dari hasil penyelidikan, dia juga bukan orang dari perguruan manapun."

Pei Yan berkata 'en' sekali: "Sudah mengawasi si Song Tao itu?"

"Sudah, An Cheng sudah mengatur orang dari pasukan Zhangfeng untuk mengawasinya, kalau Song Tao memang mencurigakan, pasti akan menunjukkan belangnya."

"Kalau dia seorang pendekar palsu, begitu banyak tahun sudah berperan seperti sesungguhnya, tidak boleh lengah dan sembrono."

"Baik."

Pei Yan melangkah melewati pintu bulan, secercah angin musim gugur berhembus melewati, matahari musim gugur masih hangat, sedikit membuat hati rileks dan nyaman.

Dia memangku tangan di punggung berdiri di bawah pohon bunga osmanthus, memandang ke Pekarangan Barat dimana bunga haithang sedang bermekaran, tertawa berkata: "Orang itu lompatnya cukup cepat, sayang tidak bisa melihat wajah aslinya. Saya benar-benar ingin melihat Pendiri Sekte Xingyue yang sebenarnya, memangnya terlahir seberapa tampan sampai membolak balik dunia ini!"

Pei Yang juga tertawa: "Kalau bukan anak gadis ini menghadang Tuan Perdana Menteri sejenak, pria itu pasti tidak akan bisa melarikan diri."

Pei Yan berkata datar: "Suatu hari dia pasti akan memperlihatkan wajahnya, jarang-jarang ada seorang ahli silat yang bisa menemani saya bermain-main, terlalu cepat menyingkapkan dirinya, bukankah jadi tidak menarik?"

"Benar."

Pei Yan terdiam berpikir sejenak, berkata dengan ramah: "Paman Yang, beberapa tahun ini kamu selalu membantu saya membereskan urusan di vila, sungguh sudah membuatmu bekerja keras."

"Perkataan Tuan Perdana Menteri ini, hamba benar-benar tidak mampu menerimanya." Pei Yang buru-buru membungkukkan badannya.

Pei Yan tertawa, memapah dia bangun kembali: "Sekarang sudah datang ke ibukota, kediaman Perdana Menteri ini, kuserahkan kepadamu saja untuk mengurusnya. An Cheng, biar dia sepenuh hati mengurus urusan pasukan Zhangfeng saja."

Love of Nirvana / Forever Flowing Waters Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang