2

7 1 0
                                    

* SATU BULAN KEMUDIAN*
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aku tidak akan pernah melupakan kejadian saat itu, kejadian dimana Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri seorang laki laki dengan mudahnya melecehkan wanita bahkan di hadapan banyak orang. Kalau ditanya apakah aku membenci nya? tentu saja, Aku bahkan tidak ingin melihatnya walau hanya sekedar berpapasan. Aku menghindari kontak mata dengannya hingga detik ini, namun tiba tiba saja suatu kejadian membuatku kembali berhadapan dengan seorang laki laki bernama Van

Matahari sangat terik saat itu, hari senin adalah hari paling buruk bagi seorang murid, bagimana tidak kami harus berjemur di tengah terik matahari untuk melakukan sebuah upacara. Sebetulnya kami tidak membenci upacaranya tapi kami membenci moment dimana kami harus berpanas panasan. Itu saja

"HORMAR GRAK !!! " Tegas seorang pemimpin upacara dan kami pun mengikuti perintahnya

Aku menghela nafas sembari melakukan sebuah penghormatan, saat itu Aku hanya fokus untuk melihat kedepan tanpa memperdulikan orang disekitarku. Namun tiba tiba saja Aku merasakan sebuah sentuhan dibagian belakang tubuhku, lebih tepatnya bokong "Siapa?" Aku pun membalikkan tubuhku dan ternyata aku mendapati Van yang sedang berusaha untuk menyentuhku
"Kurang ajar ya kamu !!" teriaku

Aku tidak menyadari bahwa teriakanku tadi  membuat semua orang dilapangan mengalihkan pandanganya ke arahku. "Sutttt" Van memberikan isyarat agar Aku menutup mulutku. Van pun berusaha untuk pergi dari hadapanku namun ternyata salah satu guru mendapatinya "Eee mau kemana kamu? Dasar pembuat onar !! sini kamu ikut saya. Kamu harus dihukum berandal" Ucap pak Didi salah satu guru Bk disekolah kami. Pak didi memegang kerah baju Van sembari menyeret Van kelapangan. Van menatapku sepanjang perjalanannya kelapangan dan anehnya tetapan nya selalu sama, ya!! seperti laki laki jalang pada umumnya. Dia selalu saja membuat tatapan menggoda untuk meluluhkan hati para wanita
tapi akan ku pastikan Aku tidak akan termakan rayuannya.

Dugaanku benar, Van dihukum dilapangan dan disaksikan oleh suruh peserta upacara pada saat itu sampai upacara selesai...

Aku berjalan melewati lorong bersama Juminten dan juga Melinda, kami baru saja menyelesaikan upacara. Kami bertiga menghela nafas dalam dalam karena akhrinya kami terbebas dari sengatan matahari yang sangat jahat itu. "Huft akhrinya kelar juga" Ucap Juminten sembari merangkulku

Aku tersenyum membalas ucapannya
"Hehe iyaa... Emmm kalian liat kejadian yang di lapangan nggak? " Aku berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. Kami pun sampai dikelas dan mulai duduk dikursi kami masing masing dan tentunya melanjutkan obrolan yang belum selesai. Namun Melinda sepertinya tidak ingin melanjutkan obrolan ini, dia hanya fokus membaca buku dan tidak berpaling ke hadapan kami berdua. "Liat !! yang Van dihukum itukan?" Sahut Juminten

Aku mengangguk " Berarti kamu liat kan? Dia ngapain Aku sih? Soalnya Aku cuman ngerasa ada sentuhan gitu tapi nggak liat jelas dia lagi ngapain"

"Dia berusaha untuk nutup sretinng rokmu yang lagi terbuka lebar " Tiba tiba saja Melinda menyauti obrolan kami tapi dengan posisi duduk yang masih sama dan hanya fokus ke buku saja

"APA !!!! " Teriaku yang membuat seluruh murid dikelas menyoroti kami

Juminten terengah " Ngga usah kaget gitu kali, yang dibilang Melinda bener kok, kalo ga salah dia berusaha untuk menutup resreting rokmu yang lagi terbuka lebar. Sebanarnya kami ingin menutupnya tapi tau sendiri kan resiko apa yang akan kami dapat kalau ngelakuin itu? " Sahut juminten

VANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang