1. Riza Sakit

211 37 5
                                    

Netra Felly terus terpaku melihat isi kamar Riza, sebelumnya ia tidak pernah memasuki kamar itu saat pergi ke apartemen sang tunangan. Kamar itu brrnuansa biru laut, menenangkan banyak hiasan dinding bercorak bunga teratai yang mendominasi. Ia pernah mendengar kalau Riza menyukai filosofi bunga teratai tapi ia tidak tahu dari mana pria itu tahu filosofi bunga itu dan sejak kapan.

Hari ini ia datang karena mendengar Riza sakit dengan membawa sup hangat yang ia buat. Tentu saja Felly juga berdandan dengan riasan wajah tipis tapi dengan gaun hitam dengan panjang di atas lutut yang sangat terbuka, menonjolkan lekukan tubuhnya, bahkan bagian tubuhnya yang sintal itu juga hanya terutup sebagian, seperti hendak keluar dari sangkarnya, belum lagi punggung yang terekspos memperlihatkan kulit olive-nya yang menambah kadar keseksian. Sebenarnya penampilan seperti itulah yang paling tidak disukai Riza. Namun Felly tidak peduli dengan fakta itu, semakin tunangannya tak suka, semakin ia berani melakukan.

"Hai, Sayang," ucap Felly begitu ia sudah di depan ranjang, di situ perempuan ini bisa melihat betapa pucat wajah sang tunangan yang tengah berbaring,"aku sudah buatin kamu sup, dimakan, ya."

"Terima kasih, tolong jangan panggil saya, Sayang. Kita tidak sedekat itu."

"Iya, Om. Maafin Dedek Gemes suka lupa kalau Om enggak suka dipanggil sayang," gurau Felly seraya menggoyangkan tubuhnya hingga membuat bagian tubuhnya yang indah itu semakin menyembul dari pakaian, apalagi tali bajunya sebelah kiri bergeser tidak lagi pada bahunya sampai ke lengan, hampir memperlihatkan salah satu bagian privat tubuhnya karena bajunya tersingkap karena gadis seksi ini tidak menggunakan bra. Dirinya memang segila itu saat bernampilan bertemu hanya dengan Riza. Namun, sebelum masuk ke apartemn ia menggunakan mantel bulu yang menutupi dada dan punggungnya tapi tetap saja kaki jenjangnya terekspos, tetap membuatnya terlihat seksi.

Riza yang tak sengaja menangkap pemandangan saat tali baju Felly turun langsung mengubah posisi tidurnya, memungunggi sang tunangan. Ia takut pikirannya menjadi kacau dan kotor jika memandang gadis itu dengan pakaian seperti itu. Tak munafik kalau ia juga suka melihat tubuh indah gadis di hadapannya tapi ia bukan pria berengsek yang suka melahap perempuan sembarangan. Ia tidak tahu bagaimana memperingatkan artis satu ini yang selalu menggunakan pakaian terbuka itu untuk menggunakan busana yang sopan.

Sungguh tidak mungkin ia mengatakan seorang Felly punya tubuh yang indah, buah dada dan pantat yang cukup besar tapi tidak berlebihan, tubuh lumayan berisi, dan kaki jenjang yang indah. Belum lagi wajah Felly yang memesona, wajah yang terlihat meneduhkan dan manis kalau tidak menggunakan riasan wajah, tapi punya bibir yang seksi, hidung yang tidak terlalu mancung dan mata yang besar dan alis yang tidak terlalu tebal itu bisa semakin merusak pikiran seorang Riza jika Felly menggunakan pakaian yang terlalu mengekspos tubuh. Kalau ia pria berengsek mungkin sudah dari dulu Felly menjadi penghangat ranjangnya tapi ia bukan pria semacak itu. Walau kadang mulutnya terlalu tajam saat berbicara dengan Felly tapi ia benar-benar menghormati wanita itu untuk tidak menyentuhnya.

"Apa kamu tidak punya pakaian lain?" tanya Riza masih memungungi Felly.

"Ada banyak, Uncle. Kenapa? Mau membelikan baju, ya?" Felly menaruh tempat makan yang ia bawa ke atas nakas, "manis banget, sih. Mau beliin aku baju," lanjut Felly seraya menaiki ranjang.

Riza yang merasakan pergerakan ranjangnya karena Felly merangkak di atas ranjang mendekati ia. Ia tersadar kalau gadisnya itu ingin melakukan sesuatu. Segera ia menghadap ke Felly kembal tapi yang ia dapati langsung posisi wajah Felly di depannya yang sedang menungging dan memperlihatkan salah satu bagian yang paling privasi karena kedua tali pakaian gadis itu sudah terjatuh semua, sehingga terekspos semua buah dada itu.

"Fel," panggil Riza penuh penekanan seraya menutup matanya dengan tangan, "bisa kamu betulkan pakaianmu dan menjauh dariku."

"Kenapa, Gantennya Felly? Kan cuma berdua enggak ada yang lihat. Udahlah Om, enggak usah munafik."

"Fel, kamu itu gadis dari keluarga terhormat dan selama ini saya menghormati kamu dengan tidak menyentuh kamu sembarangan."

"Ayo, cepetan nikahin adik dong, Om. Biar kalau mau pegangan atau sayang-sayangan bisa bebas," bujuk Felly seraya mengelus lengan Riza lembut.

"Saya belum siapa untuk nikah dan kalau bisa saya mau menikah dengan orang yang saya cintai bukan kamu," jelasnya dengan mada rendah, "lebih baik kamu enggak usah gangguin saya kayak gitu. Saya yakin kok banyak pria di luar sana yang pasti mau menikahi kamu."

"Tapi belum tentu setampan, sekaya, dan satia kayak Om." Felly tidak peduli dengan peringatan Riza. Ia malah memeluk Riza dengan posisi dirinya di atas tubuh sang tunanga.

"Sial," umpat Riza yang menurutnya kelakuan Felly sudah keterlaluan, ia langsung mencoba menjauhkan tubuh gadis itu dari tubugnya. Namun pergerakannya sedikit kasar karena Felly terus mempererat pelukannya.

"Fel, menyingkirlah, kalau kamu seperti ini yang ada saya enggak bakal nikahi kamu. Kalau kamu ingin masuk kehidupan saya. Bisa enggak pakai cara baik-baik yang normal saja," bujuk Riza lembut, seraya menatap manik mata sembab itu, ia baru menyadari kalau Felly, tampak baru saja selesai menangis. Apakah sebelum gadis ini menemuinya, ia menangis terlebih dahulu. Ditatapnya mata besar bewarna hazel itu tampak ada luka di sana. Tidak seperti biasanya yang tatapannya penuh binar.

"Kamu sedang ada masalah?" tanya Riza mengalihkan topik pembicaraan.

"Banyak. Makanya aku ke sini. Mau lihat Om supaya bisa lebih tenang, tapi Om juga lagi sakit sih." Felly mencoba menyentuh dahi Riza,"tuh kan, dahi Om panas banget," lanjutnya yang membuat lamunan Riza buyar begitu saja.

"Saya mau makan sup buatan kamu tapi bisa kamu menjauh dari saya. Kamu bisa ganti pakaian kamu pakai kaos saya dulu sementara. Jangan pakai pakaian seperti ini. Kalau kamu ini istri saya telanjang pun enggak masalah."

"Yaitu masalahnya Om kalau diajak nikah enggak mau."

"Kalau kamu bisa buat saya jatuh cinta, saya nikahi kamu."

"Caranya?"

"Salah satunya jangan pakai pakaian terbuka, jangan terlalu manja, jadi gadis yang elegan. Maka kamu akan dihormati. Kamu itu cantik dan pintar, sayang kalau harus berpilaku seperti ini."

"Tapi, aku ingin jadi diriku sendiri."

"Iya, kamu boleh jadi dirimu sendiri tapi harus menyesuaikan. Pria baik-baik meski suka melihat tubuh indah, mereka tetap tidak akan tergoda meski menarik, kalau tergoda dan melakukan sesuatu itu bukan pria yang baik dan itu nafsu."

"Aku tahu."

"Kamu cantik, sayang kalau kecantikan kamu memudar dengan tabiat seperti ini. Maaf kalau bicara saya kadanf jahat atau terlalu kasar ke kamu tapi sebenarnya saya peduli kamu. Jangan mau jadi hidangan pria, tapi jadilah perempuan yang diperebutkan oleh banyak pria untuk bersanding di pelaminan," nasihat Riza seraya mengacak rambut Felly gemas.

Bersambung.....

Next or nah?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't Call Me, Bitch! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang