Yibo yang berlari ke arah Xiao Zhan, langsung dihadang oleh Henry. Henry menyerang Yibo dengan tangan kosong, sehingga mau tak mau Yibo harus meladeni pertarungan dadakan ini. Yibo sesekali kehilangan fokus, sehingga pukulan Henry berhasil mengenai Yibo.
"Ayolah, lawanmu ada di sini," ujar Henry kembali menyerang Yibo dengan tinjunya.
Sedangkan Xiao Zhan dan Yuta telah menyambut uluran tangan Hiroki. Ia tersenyum manis ketika melihat uluran tangannya disambut baik oleh Xiao Zhan dan Yuta. Hiroki langsung menarik keduanya menuju cermin besar berbentuk pintu yang kini mengeluarkan cahaya.
"Zhan!" teriak Yibo kala melihat ketiganya dilahap oleh cahaya putih yang berasal dari cermin besar berbentuk pintu.
Tepat setelah ketiganya tak terlihat lagi, cermin itu kembali seperti semula. Dan Henry tidak menyerang Yibo lagi.
"Apa maksud semua ini," geram Yibo menatap tajam ke arah Henry.
Ketika membuka mata, mereka langsung melihat ruangan kosong yang luas serba putih. Kemudian, muncul sebuah kursi beberapa meter di depan mereka. Saat mereka sudah berdiri di depan kursi tersebut, tiba-tiba di sekeliling mereka ditumbuhi oleh beberapa jenis bunga dan rerumputan.
"Apakah kalian siap melihat kebenaran?"
Sebuah suara misterius yang terdengar menggema di ruangan tersebut, Xiao Zhan dan Yuta tak bisa melihat sosok yang bertanya itu.
"Siapa?" Xiao Zhan terkejut saat mengetahui suaranya tidak keluar, yang ia dengar adalah suara hatinya sendiri.
"Baiklah, sepertinya kalian sudah siap," ucap suara misterius tersebut.
Setelah suara misterius itu hilang, tiba-tiba saja mereka diterpa oleh angin kencang. Membuat kelopak bunga di sana berterbangan dan akar-akarnya tercabut dari tanah. Ketika mereka dapat melihat setelah angin kencang itu hilang. Mereka terkejut karena tempat berpijaknya sudah berubah.
Tidak ada lagi bunga atau tumbuhan lainnya, menyisakan kursi taman dan tempat mereka berpijak seperti cermin yang memperlihatkan refleksi mereka. Masih bingung dengan perubahan yang terjadi, tapi suatu kejadian mengejutkan kembali mereka alami. Cermin yang menjadi pijakkan seakan menarik paksa tubuh mereka masuk ke dalam cermin tersebut.
Xiao Zhan dan Yuta merasa sensasi jatuh dari ketinggian yang memacu adrenalin. Tapi tak lama setelah mereka merasakan sensasi terjatuh itu, mereka terjatuh menubruk sesuatu yang keras.
"Sshhh! Sakit!" ringis Xiao Zhan dan Yuta secara bersamaan.
"Eh? Dimana kita?" gumam Yuta kebingungan dan menjadi waspada.
Xiao Zhan melihat ruangan tempat mereka terjatuh, sepertinya merupakan ruang tamu. Niatnya ingin berkeliling untuk mencari petunjuk, tapi mereka mengurungkan niatnya kala mendengar suara derap langkah yang masuk ke ruang tamu. Dapat mereka lihat beberapa anak-anak berusia sekitar 8 sampai 12 tahun berlarian dan berebut tempat duduk di ruang tamu. Di belakang anak-anak tersebut ada seorang kakek yang membawa setumpuk buku tebal di tangannya.
"Kakek, ayo ceritakan dongeng dari buku itu," pinta anak laki-laki berusia 12 tahun.
"Apakah buku tebal itu adalah buku dongeng?" tanya seorang anak perempuan berusia 8 tahun.
"Benar, biasanya kakek membacakan dongeng sebelum aku tidur," ucap anak laki-laki itu bangga.
"Wahh, kami jadi penasaran!" ujar anak-anak lainnya.
"Duduklah dengan tenang dan kakek akan membacakannya untuk kalian," ucap kakek tersebut sambil mengambil salah satu buku yang tadinya ia letakkan di atas meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of The Mirror ✔
FanfictionKepindahan Xiao Zhan ke apartemen baru, membuatnya bertemu dengan sosok misterius yang muncul secara tiba-tiba di dapurnya. Kebersamaan yang menguak kisah masa lalu yang ternyata membawa konflik hingga ke masa kini. Serta sebuah kebenaran tentang id...