Enjoy
Dua orang pria dengan tato memenuhi lengannya sedang menggedor-gedor pintu sebuah kontrakan. Meski penghuni kontrakan lain keluar dan mengatakan kalau pemilik kontrakan itu tidak ada di dalam, preman itu tak menggubrisnya.
"Citra! Keluar lo! Walaupun lo pindah ke ujung dunia pun, kami pasti bakal nemuin lo. Keluar!" teriak salah satu preman yang membuat para tetangga kontrakan semakin tak nyaman.
Seorang wanita yang baru saja naik ke lantai tiga gedung kontrakan lewat tangga tiba-tiba terdiam tak bergerak. Ia baru sadar saat sudah berdiri tepat di depan pintu rumah sebelum pintu miliknya bahwa ada dua orang yang dikenalnya sedang menggedor-gedor pintu.
Beberapa orang yang mencoba mengusir mereka dari sana membuat dua preman itu tak menyadari kehadiran Citra. Sedangkan dirinya, mulai panik dan tak tahu harus berbuat apa. Lututnya gemetar hebat. Ia tak bisa berbalik untuk lari.
Tanpa berpikir panjang, wanita itu langsung membuka pintu yang ada di sampingnya dan meringkuk untuk bersembunyi.
"Untung saja pintunya gak dikunci. Kalau gak, udah mati gue," gumam Citra. Wanita itu memeluk lutut erat sambil memejamkan mata.
"A-ak!" Seorang pemuda berteriak dengan kencang melihat ada orang asing yang tiba-tiba memasuki kontrakan miliknya.
Sontak Citra berdiri secepat kilat karena terkejut. Ia memperlihatkan wajah kebingungan serta rasa bersalahnya.
"A-anu. Saya bisa jelasin." Citra berusaha untuk menjelaskan situasinya di tengah kondisi yang sangat canggung itu. Apalagi dengan kondisi pemuda itu yang setengah telanjang dan sedang menahan sakit.
"Woy! Ngapain lo masuk ke rumah orang?" teriak pemuda berambut panjang sembari menutupi area sensitifnya dengan dua telapak tangannya. "Shit! malah lagi di puncaknya," gerutunya pada diri sendiri.
"Please! Tolongin saya kali ini aja, Mas. Saya tau kita gak saling kenal. Tapi, tolong biarin saya di sini 10 menit aja. Ada preman yang bakal ngebunuh saya kalau saya keluar." Citra menelungkupkan dua tangannya memohon dengan sungguh-sungguh.
"Gak. Gak. Buruan keluar atau gue panggilin satpam kompleks." Pemuda ini sangat kesal dan tidak ingin mendengarkan penjelasan dari wanita asing yang sudah melihatnya setengah telanjang.
"Habis ini saya janji bakal ngabulin apa aja permintaan Masnya, deh," lanjut cewek yang memakai kemeja kantoran. "Saya mohon biarkan saya di sini sebentar lagi aja, Mas."
Pemuda itu memukul-mukul meja tak tahu harus berbuat apa. Ia tak bisa melanjutkan aktivitasnya karena seorang wanita gila tiba-tiba masuk.
"Mas lanjutin aja kegiatannya. Saya gak lihat kok. Nih, saya tutup mata."
Gigi pemuda itu merapat, matanya juga melotot dengan penuh emosi ke arah wanita itu. Tapi, orang yang dipelototi malah sedang memejamkan mata, bersikap sok polos.
"Shit!"
Dengan cepat pemuda dengan brewok itu masuk ke dalam kamar untuk memakai celana. Di saat genting seperti ini, ia sudah lupa ke mana celana yang beberapa menit lalu dilempar tak menentu arah.
"Premannya udah pergi tuh. Buruan keluar dari rumah gue!" Dengan memasang tampang sangar dan kesal, pemuda itu membuka pintu mendorong tubuh Citra untuk segera keluar.
"Eh. I-iya. Makasih banyak, ya, Mas. Saya janji akan menjadi tetangga yang baik dan gak ngerepotin Mas lagi," ujar Citra memasang wajah sangat berterima kasih.
Tanpa menjawab sepatah kata pun, pemuda yang tinggal tepat di sebelah kontrakannya Citra itu langsung menutup pintunya dengan kasar. Suara putaran kunci dua kali juga jelas terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance on The Other Side
Chick-LitHai Guys ... cerita ini aku buat karena lagi pengen nulis yang gak banyak konflik dan santai-santai ae. Tapi, jangan terlalu berekspektasi tinggi sih. Soalnya aku senang menyiksa tokoh ceritaku sendiri haha (ketawa jahat). Blurb: Citra sudah menjala...