CHAPTER 4

552 48 6
                                    

Xiao Zhan masih bergeming dengan tindakan yang baru saja Yibo lakukan. Di saat bersamaan, Nazha menghampiri Yibo dan tersenyum.

"Yibo, rupanya kini kau sudah berani mengutarakan isi hatimu. Apa kalian ke sini mempersiapkan pakaian untuk pesta pertunangan nanti? Kalau begitu, kita menggunakan designer yang sama."

"Hm, kami akan segera bertunangan bertepatan dengan perayaan keberhasilan perusahaan."

Xiao Zhan menunduk pada Nazha dan segera menarik Yibo ke luar meninggalkan Nazha yang masih terkejut dengan perubahan Yibo yang sangat drastis. Wanita muda itu tak melepaskan pandangannya dari Xiao Zhan dan Yibo yang saling memukul. Baginya, Yibo tak pernah seberani itu.

Wanita itu tersadar saat punggungnya ditepuk oleh sang calon suami.

"Kenapa kau menciumku seenaknya, hah?" ujar Xiao Zhan tak terima.

"Kenapa? Kau, kan, calon tunanganku."

"Kau pikir bebas menciumku karena aku calon tunanganmu?"

"Kenapa kau marah? Apa ini ciuman pertamamu?" Tanya Yibo ingin tahu.

"Bukan urusanmu!"

Yibo tersenyum penuh kemenangan. "Jadi aku adalah orang pertama yang menciummu?"

"Berciuman dengan orang yang tak kita cintai itu tak masuk hitungan," kilah Xiao Zhan tak terima.

"Kau pikir bibirmu rasanya manis? Aku juga menciummu hanya karena sesuatu."

"Kurasa kenapa tak ada orang yang mau denganmu adalah karena kau benar-benar menyebalkan!" Xiao Zhan menabrak bahu Yibo, meninggalkan CEO muda itu dan pergi dengan menyetop taksi yang lewat.

Yibo menatap kepergian Xiao Zhan dengan ekpresi tak percaya. Seumur hidup, tak pernah ada wanita dan omega yang mengabaikannya. Meski sifatnya dingin, justru itulah daya tarik Yibo. Namun, Xiao Zhan jusru berani memarahinya meski jelas-jelas mendapat privilage ciuman pertama dan malam panas.

——-

Sesampainya di kantor, Yibo merebahkan punggung pada kursi kebesarannya. Matanya terpejam demi mengingat apa yang belum lama ini terjadi. Memang terdengar jahat jika membahas ciuman yang Yibo lakukan semata-mata hanya untuk menutupi kekesalannya saat melihat Nezha dan calon suaminya berciuman. Iri? Tentu saja. Perasaan itu begitu kuat hingga tanpa sadar Yibo telah memanfaatkan Xiao Zhan untuk kepentingannya sendiri.

Suara pintu yang dibuka membuat Yibo memicingkan mata. "Di mana Xiao Zhan? Bukankah kalian tadi pergi bersama?" Tanya Dylan karena tak menemukan Xiao Zhan di ruangannya.

"Tadi dia memilih pergi sendiri, tapi seharusnya sudah sampai sejak tadi," jawab Yibo tampak tak peduli.

"Bagaimana jika dia tersesat. Belum seminggu dia di Beijing, bukan? Kenapa gege tak mengantarnya? Bagaimana jika kakek marah?"

"Kau ini cerewet sekali. Kau saja yang menikah dengannya kalau begitu."

"Jika aku bisa, akan kulakukan," jawab Dylan penuh semangat. Yibo yang mendengar jawaban Dylan segera bangun dan menatap sepupunya tersebut.

"Kau menyukainya?"

"Hanya bercanda. Lagi pula Xiao Zhan sosok yang menyenangkan," jawab Dylan sembari tersenyum lalu kembali meninggalkan Yibo sendiri.

"Jadi kau ke ruanganku hanya untuk menanyakan di mana Xiao Zhan?" Yibo menggerutu lalu berdecih kesal.
Yibo menoleh pada jam yang sudah menunjukkan pukul 11 siang.

Kenapa dia belum juga datang? Apa dia kembali ke rumah? Yibo yang penasaran segera menelepon ke rumah, tapi setelah panggilan itu tersambung, salah satu pelayan mengatakan Xiao Zhan tak ada di rumah.

Hate You, Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang