CHAPTER 3

547 74 5
                                    

Xiao Zhan kembali ke ruangannya dengan wajah yang tampak kesal.

"Apa ada sesuatu yang salah?" tanya Nazha saat melihat Xiao Zhan menunjukkan wajah yang tampak kesal.

"Aku baru saja bertemu kucing liar," jawab Xiao Zhan asal.

"Seingatku di kantor tak memelihara kucing."

"Sudah, sudah lupakan. Kucingnya sudah kuusir. Sekarang apa yang harus kukerjakan lagi?" jawab Xiao Zhan sambil membuka kembali dokumen di meja.

"Aku mau kopi dengan sedikit gula dan cream di atasnya. Jangan sampai salah takaran. Harus setengah sendok dan cream rasa vanila," ujar Yibo yang berdiri di ambang pintu sambil melipat kedua tangannya.

"Biar aku saja yang siapkan." Nazha hendak menelepon kafe yang letaknya di bawah kantor, tapi Yibo segera melarangnya.

"Biarkan dia yang melakukannya. Dia harus tahu apa yang harus dan tidak harus dilakukan di sini. Lalu aku ingin dia yang bertanggung jawab untuk perayaan kantor sabtu ini."

"Tapi ...." Nazha merasa Yibo terlalu berlebihan. Xiao Zhan masih baru dan belum mengerti dalam menangani sebuah event besar.

"Baik, aku akan melakukannya," jawab Xiao Zhan lantang dengan wajah yang tak kalah menantang dari Yibo.

"Kalau kau gagal, kau harus keluar dari perusahaan ini."

"Setuju," timpal Xiao Zhan menerima tantangan Yibo. Merasakan hawa persaingan di antara keduanya, Nazha hanya tersenyum kaku. Ia segera berjalan mendekati Yibo dan menarik pemuda itu pergi dari ruangan Xiao Zhan. Memang hanya Nazha lah yang bisa menangani sifat Yibo yang sangat keras kepala.

"Kau ini kenapa keterlaluan seperti itu pada calon tunanganmu?" ucap Nazha ketika mereka sudah sampai di samping toilet.

"Aku memang sengaja melakukannya agar dia tak betah berada di kantor maupun di rumah."

"Jangan seperti itu, nanti kau menyesal jika sudah jatuh cinta padanya."

"Kau tak terkejut aku dijodohkan oleh kakek dengan seorang lelaki?" tanya Yibo mencoba mendapat perhatian Nazha.

Nazha menggeleng cepat. "Kakek Wang sudah memberitahukanku sebelumnya tentang Xiao Zhan, tapi aku baru hari ini bertemu dengannya dan aku pikir Xiao Zhan adalah seorang perempuan, tapi ternyata dia omega yang manis dan sepertinya terampil. Aku senang kau segera mendapatkan pasangan, Yibo."

"Tapi aku tak mencintainya."

"Sekarang tidak. Kita tak tahu bagaimana nanti. Kau bahkan belum mengenalnya, bukan? Kurasa ini waktu yang tepat untukmu mulai membuka hati."

Mendengar ucapan Nazha, Yibo bergeming. Niatnya untuk mengutarakan isi hati kini sirna.

"Oh iya, nanti kau datang ke pesta pertunanganku, 'kan? Dua hari lagi aku akan bertunangan. Datanglah bersama Xiao Zhan. Kuharap kau lebih berani dan menyadari perasaanmu, Yibo," ujar Nazha yang sebenarnya sudah ada di batas lelah menunggu Yibo. Sejak dulu Nazha sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk pemuda itu, tapi hubungannya seolah tak pernah ada kemajuan. Hanya sekedar teman spesial dan sekretaris pribadi.

Terkadang sebagai seorang wanita butuh sebuah pengakuan agar perasaan mereka terbalas. Namun, Yibo tampaknya tak pernah bisa mengutarakan isi hatinya.

"Aku pasti akan datang," jawab Yibo sembari tersenyum. Hal itu berbanding terbalik dengan apa yang Nazha harapkan.

Kau memang tak pernah bisa menghargai perasaan seseorang.

Nazha tersenyum aneh, keduanya terjebak dalam situasi dan perasaan yang rumit.

"Sebagai tanda selamat, bisakah aku memelukmu?" Nazha merentangkan tangan yang segera disambut oleh Yibo dengan erat.

Tanpa mereka sadari, Xiao Zhan tak sengaja melihat keduanya berpelukan. "Apa-apaan mereka bermesraan seperti itu?" Xiao Zhan menggerutu sembari membalikkan tubuh dan kembali ke dalam ruangan.

Ia memang tak menyukai Yibo, tapi saat ini statusnya adalah calon tunangan yang harus diperlakukan dengan baik, bukan? Kenapa Yibo justru seolah tengah tertangkap basah berselingkuh darinya?



                        -----
  


"Ayah, apa ayah yakin dengan keputusan ayah menjodohkan Yibo dan Xiao Zhan? Apa Ayah sudah menyelidiki latar belakang pemuda itu? Dia hanya pemuda kampung yang tak mungkin bisa setara dengan Yibo," ujar Yunxi pada sang ayah yang tengah sibuk mengelap alat pancingnya.

Wang Talu menoleh pada Yunxi yang tampak khawatir, tapi lelaki itu hanya tertawa renyah sambil melanjutkan aktivitasnya.

"Kau hanya belum tahu betapa spesialnya Xiao Zhan. Yunxi ... terkadang ada hal yang tak bisa dibeli dengan uang. Kau harus memahaminya agar bisa seperti Xiao Zhan." Kakek tua itu berdiri sembari tertawa riang.

Semenjak kembali dari desa, memang sikap Wang Talu banyak berubah. Dulu ia tampak sangat serius dan jarang tertawa. Kini ia tampak menikmati masa tuanya dengan penuh senyuman.

Wang Talu sedang berjalan menuruni tangga ketika melihat Xiao Zhan datang.

"Zhan Zhan, kenapa kau pulang sendiri? Di mana Yibo?" tanya Wang Talu sembari menoleh ke belakang mencari keberadaan cucunya.

"Yibo masih ada pertemuan penting, Kek."

"Anak itu memang tak kenal waktu. Harusnya dia yang mengantarmu pulang."

"Tidak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri. Lagi pula sangat menyenangkan mencoba transportasi umum di sini," jawab Xiao Zhan dengan menunjukkan senyum terbaiknya.

"Apa? Kau pulang menggunakan kendaraan umum? Kenapa tak meneleponku? Aku bisa mengirim Lee untukmu, Zhanzhan."

Xiao Zhan berjalan menuju Wang Talu dan memeluk lelaki tua itu. "Kakek selalu berlebihan. Tak ingatkah di desa aku juga menggunakan kendaraan umum?"

Wang Talu mengelus punggung Xiao Zhan yang sudah ia anggap cucu kandungnya sendiri. "Kau memang rendah hati. Itulah alasanku menyukaimu," ujarnya bangga.

"Kakek terlalu berlebihan. Bagaimana kalau kita bermain sepeda di halaman kakek yang luas? Tenang saja, aku akan membonceng kakek dengan benar."

Wang Talu tertawa jika mengingat kapan terakhir kali mereka bermain sepeda. "Jangan kau bawa aku masuk ke semak-semak karena dikejar lebah lagi, ya."

Xiao Zhan mempoutkan bibir dengan wajah yang memerah. "Kakek! Aku jatuh karena takut lebah! Bukan tak bisa menaiki sepeda."

"Baiklah, ayo kita bersenang-senang."  Wang Talu berkacak pinggang lalu disambut oleh Xiao Zhan yang segera menggandeng tangan kakek tua itu.

Mereka tak menyadari keberadaan Dirlaba dan Yang Mi yang mengintip dari lantai dua.

"Ibu, kenapa kakek sangat menyukai pemuda kampung itu? Kurasa tak ada yang spesial darinya selain karena dia omega," ujar Dilraba tak suka.

"Entahlah. Kakekmu pasti sudah termakan hasutannya."

"Kapan mereka akan bertunangan?" tanya Dilraba penasaran.

"Ayahmu mengatakan bertepatan dengan pesta perayaan keberhasilan kantor."

"Ibu akan datang?"

Yang Mi mencubit lengan putrinya. "Tentu saja kita harus datang. Kita harus berpura-pura ikut bahagia."

Dilraba memicingkan mata, menatap pada sang ibu yang seolah sedang merencanakan sesuatu.

"Ibu sedang merencanakan sesuatu?"

"Tentu saja. Jika Yibo menikah dengannya, dia akan semakin besar kepala karena seluruh harta kekayaan terbesar akan jatuh padanya. Sedangkan kakakmu yang sudah berusaha sangat keras membantunya hanya dapat sedikit. Kakekmu itu memang tidak adil!"

"Ibu sedang mengintip siapa?" Suara Dylan yang terdengar tiba-tiba membuat Yang Mi dan Dilraba kaget.

"Astaga! Sejak kapan kau ada di situ?" Yang Mi berdecih sambil menatap putra sulungnya yang tampak santai.

"Sejak kalian asyik mengintip kakek dan Xiao Zhan di bawah."

"Gege, kenapa kau seperti setan saja yang muncul tiba-tiba?"

"Kalian saja yang terlalu asyik mengintip," jawab Dylan sambil menggelengkan kepala heran dengan tingkah keluarganya ini.

"Apa kau pulang bersamanya?" tanya Yang Mi ingin tahu.

"Xiao Zhan? Bukankah kalian sudah mendengarnya langsung dari Xiao Zhan kalau dia naik taksi? Dia tak mau pulang bersamaku karena tak mau merepotkan."

"Itu hanya akal-akalannya saja untuk mendapatkan perhatian. Orang kampung biasanya pandai mengambil hati orang-orang kaya seperti kita. Lihat saja nanti, dia pasti akan menunjukkan sifat aslinya."

"Sepertinya ibu terlalu banyak menonton drama TV." Dylan menggelengkan kepala lalu berjalan melewati ibu dan adiknya.

"Mau ke mana kau?" Cegah Yang Mi saat Dylan melewatinya.

"Tentu saja ke kamarku." Dylan menunjuk kamar yang berada di ujung lorong.

......

"Minumanmu." Ding Wei memberikan segelas wine pada Yibo lalu menatap menatap sahabatnya yang selalu berwajah datar itu.

Yibo mengambil gelas wine di meja lalu meneguknya. "Terima kasih."

Hanya Ding Wei yang mau menemani Yibo minum dan mendengar curahan hatinya. Sebenarnya bukan tak punya teman, tapi Yibo tipikal pemuda yang hanya bergantung pada seseorang yang sudah ia percaya.

Jika pemuda itu ada masalah, ia pasti akan membawa Ding Wei untuk menemaninya. Minum membuat Yibo lebih cerewet. Saat mabuk, pemuda itu sangat mudah mengatakan isi hatinya.

"Ding Wei, bukankah kekasihmu adalah seorang omega?" tanya Yibo yang baru ingat Ding Wei memiliki seorang kekasih omega.

"Benar. Kenapa kau bertanya tentangnya?"

"Apa kalian pernah berhubungan badan?"

"Hah? Maksudmu bercinta? Tentu saja aku sering melakukannya, tapi aku selalu menggunakan kondom agar pacarku tak kebobolan. Tumben sekali kau bertanya tentang hal itu?"

"Aku hanya ingin bertanya saja." Yibo kembali meneguk winenya lalu menghela napas berat. Ingatannya kembali pada malam di mana ia bercinta dengan Xiao Zhan. Ya, Xiao Zhan! Bukan Nazha.

"Aku berhenti minum," tambahnya yang menjauhkan wine dari jangkauannya. Ia takut jika mabuk akan membuat keadaan semakin rumit.

"Kau ini kenapa? Apa yang mengganggu pikiranmu, Yibo?"

"Entahlah. Mungkin aku merasa bersalah," jawabnya sambil menyandarkan kepala pada kursi lalu memejamkan mata mencoba menenangkan pikirannya.

"Apa kau bisa pulang sendiri?"

"Hm. Aku akan pulang sebentar lagi," jawab Yibo tanpa membuka matanya.


Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Yibo yang baru saja pulang segera masuk ke kamar, mengabaikan para pelayan yang menyambutnya di bawah tangga.

Ia membuka kulkasnya untuk minum, tapi matanya menyipit saat menemukan wine miliknya telah habis.

Yibo kemudian mencoba mengingat sesuatu. "Jangan-jangan ...."

Sedangkan Xiao Zhan yang sudah mengantuk berjalan ke dapur untuk mengambil minuman segar agar menghilangkan kantuknya. Ia harus mengerjakan proposal persiapan acara besar perayaan keberhasilan kantor yang harus dipresentasikan besok.

Saat pemuda bergigi kelinci itu menutup kembali pintu kulkas, ia dibuat terkejut dengan sosok Yibo yang berdiri tepat di samping pintu kulkas.

"Astaganaga! Kau mengagetkanku saja," pekik Xiao Zhan sembari mengelus dadanya.

Yibo menunjuk botol kosong yang ia pegang lalu berkata, "Siapa yang menghabiskan minuman ini di kamarku?"

Xiao Zhan tersenyum kaku. "Kenapa kau memasang wajah yang sangat menyeramkan seperti itu? Kau tinggal ambil lagi di sini. Lihatlah banyak minuman penyegar di sini." Xiao Zhan membuka kembali pintu kulkas yang hampir saja mengenai wajah Yibo.

Pemuda itu kini mengerti kenapa Xiao Zhan seolah menikmati malam panas saat itu. Keduanya sama-sama dipengaruhi alkohol.

Jadi dia tak menyadari apa yang terjadi saat itu?

"Kenapa kau diam? Sini kuisikan lagi botol punyamu." Xiao Zhan merebut botol dari tangan Yibo lalu menaruhnya meja. Mengambil botol minuman baru dari dalam kulkas dan memberikannya pada Yibo.

"Ngomong-ngomong, itu minuman apa? Kenapa rasanya sedikit pahit?"

"Lain kali jangan pernah menyentuh barang-barang di kamarku," ujar Yibo yang tak menjawab pertanyaan Xiao Zhan.

Menyesal aku bersikap baik padanya! Dia memang tak bisa menghargai orang lain!

"Ada satu hal lagi. Besok aku akan mengantarmu ke butik. Pilihlah pakaian yang paling bagus."

"Untuk apa? Aku masih punya banyak pakaian di lemari."

"Jangan banyak bertanya. Pilih saja yang paling bagus."

Xiao Zhan memutar matanya malas lalu meninggalkan Yibo sendiri.




...



Pagi telah datang dengan sang surya yang mulai menampakkan kuasanya. Seperti yang semalam Yibo katakan, ia sudah berdiri di depan pintu kamar Xiao Zhan menunggu pemuda omega itu keluar.

Hampir saja Xiao Zhan bersumpah serapah karena kaget. Setiap kali Yibo muncul, selalu ada aura aneh yang menakutkan.

"Ini masih pagi. Kenapa kau berdiri di kamarku seperti hantu, hah?"

"Kita sarapan di luar. Sebelum ke kantor, seperti yang aku katakan semalam pilihlah baju yang terbaik." Tanpa menunggu persetujuan, pemuda itu menarik tangan Xiao Zhan menuju lantai bawah.

Semua orang termasuk Wang Talu yang tengah sarapan dibuat kaget dengan kedatangan Yibo dan Xiao Zhan yang saling berpegangan tangan.

Yibo menunduk hormat pada sang kakek untuk berpamitan.

Wang Talu tampak senang melihat keduanya sudah mulai akrab. Ia menyantap sarapannya dengan perasaan yang sangat baik. Sedangkan Yunxi dan Yang Mi saling menatap dengan ekspresi bingung.

Sepanjang perjalanan, Xiao Zhan beberapa kali menguap. Bayangkan, tak boleh menyalakan musik dan dilarang berbicara membuat suasana mencekam seperti di kuburan.

Apa aku sanggup bertahan dengan kanebo kering sepertinya?

"Kita akan segera sampai."

"Oh," jawab Xiao Zhan sekenanya.

CEO muda itu segera memarkirkan mobilnya di sebuah butik yang besar. Setelah turun dari mobil, mereka kemudian masuk ke dalam butik yang langsung disambut hangat oleh para pegawai di sana.

Xiao Zhan tampak kagum melihat banyak pakaian dengan model yang kekinian pada manequin-manequin yang berjajar di dalam sana. Namun, matanya membulat saat melihat label harganya.

"Kenapa? Kau menyukainya? Ambil saja."

"Tidak-tidak. Ini terlalu mahal dengan bahan seperti ini. Aku cari yang lain saja," jawab Xiao Zhan cepat.

Uang sebanyak itu bisa kugunakan untuk bibi Ling di desa.

"Kalau begitu, carilah yang kau suka." Yibo segera duduk di kursi dan mengambil majalah. Sedangkan Xiao Zhan sibuk mencari pakaian yang harganya murah, tapi bahannya bagus. Meskipun Xiao Zhan tak tahu apa tujuan Yibo mengajaknya ke butik, tapi karena ia juga sangat mencintai dunia fashion, Xiao Zhan tampak bersemangat melihat-lihat pakaian di sana.

"Yibo, apa ini cocok denganku?" Xiao Zhan menunjukkan kemeja berwarna biru muda pada Yibo.

Pemuda itu mengangguk agar Xiao Zhan cepat memutuskan mana yang akan dibelinya.

Tak puas dengan respon Yibo, Xiao Zhan menggerutu pelan. "Sepertinya percuma meminta saran padanya."

"Apa Anda ingin mencobanya?" tanya pegawai di butik sambil menunjukkan ruang ganti pada Xiao Zhan.

"Boleh." Pemuda itu mengikuti sang pegawai untuk mencoba pakaiannya.

Saat Xiao Zhan keluar, ia terkejut ketika Yibo menariknya dengan kuat hingga tubuhnya menyentuh dinding, dan yang paling membuat omega itu terkejut, ada sesuatu yang lembut menyapa bibirnya. Benda itu menekan pelan bibir Xiao Zhan, tidak keras, tapi cukup terasa hingga menciptakan sensasi aneh yang membuat tubuh Xiao Zhan seolah terkena getaran listrik bertegangan rendah.

Pada saat itulah ia menyadari bahwa Yibo telah menciumnya untuk pertama kali.





Yuhuuuu!! Yang nunggu lanjutannya, FF ini juga ada dalam bentuk PDF ya gaes, dan sudah ready season 2 nya, loh! Buruan koleksi ♡♡

Hate You, Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang