JBT - 1

740 51 75
                                    

"Pak, bulan ini ada permintaan pengiriman dari kota Medan sebanyak lima belas ribu pack."

"Minta dulu uang di muka seperti biasanya," jawab Delon setelah membubuhkan tanda tangannya di atas berkas yang diberikan Selena.

"Baik, Pak," jawab Selena, tapi, tidak merubah posisinya membungkuk di samping meja Delon. Sehingga posisi wajah mereka teramat dekat. Hembusan napas Selana pun bisa dirasakan Delon menyapu pipi kanannya.

"Suruh Candra mengatur pengirimannya. Kalau sudah tidak ada lagi keperluan, kamu bisa keluar dari ruangan saya."

"Bapak mau dibuatkan kopi? Sepertinya Pak Delon terlihat lelah," ucap Selena mengabaikan pengusiran halus dari sang bos.

"Tidak."

"Kalau Pak Delon memerlukan sesuatu, bisa hubungi saya, Pak, saya selalu stay di meja kerja."

"Hm, ya."

Merasa usahanya kali ini gagal lagi, Selena pun mengambil berkas yang sudah disodorkan Delon, lalu kembali ke tempat kerjanya di depan ruangan Delon.

"Susah amat sih ngelirik gue. Kurang apa coba gue? Kerjaan gue selalu baik, setiap keperluan dia selalu juga gue yang siapin," gerutu Selena berguman sendiri.

Namun, meski begitu, Selena tetap menjalankan tugasnya sebagai sekretaris Delon. Dia segera menghubungi pihak pembeli untuk melakukan pembayaran lalu meminta Candra mengatur pengiriman.

***

"Halo Bu kepala!"

"Lo ngapain ke sini?"

"Gue sedang menjalankan perintah bos gue lah."

"Mau kirim ke mana?"

"Medan. Pake ekspedisi tercepat."

"Naikin pesawat sana kalau mau cepet. Lo udah tahu berapa estimasi sampainya jangan ngada-ngada."

"Idih, Bu Kepala judes amat. Makan siang di depan kantor lo yok."

"Kantor gue sama pabrik tempat lo kerja itu sebelahan kalo lo lupa." Wanita berkacamata itu lantas melirik pria yang tak lain adalah Candra, sahabat masa kecilnya.

"Gue sibuk, Dra, mending lo kirim email atau chat wa gitu. Ntar gue proses kayak biasanya." Melodi, nama yang tertulis di id card wanita itu.

Akan tetapi, usiran secara halus itu tak membuat Candra meninggalkan ruang kerja Melodi.

"Tuh tuh tuh! Bos kesayangan lo nyariin elo tuh," ujar Melodi saat melihat ponsel Candra berdering di atas mejanya tertulis nama bos.

"Bentar gue angkat dulu." Candra keluar ruangan untuk menerima panggilan telepon itu. Tak lama kemudian pria itu melongok ke dalam ruangan Melodi.

"Gue tunggu di warung depan ya."

Akhirnya Melodi tetap menemui Candra di warung langganan mereka.

"Gue selalu yakin lo pasti datang ke gue."

"Sialan!" balas Melodi diiringi tawa.

"Ntar malem ikut gue yuk."

"Ke mana?"

"Biasa lah. Nongkrong sama anak-anak. Mereka pada kangen lo katanya."

"Emang gue lama ya gak ikut lo?"

"Ya lumayan lama juga sih. Ada kali sebulan lebih."

"Ya udah ntar jemput gue di rumah."

Tak ada yang pernah tahu. Ada sosok yang sering memperhatikan kedekatan Melodi dan Candra. Sosok itu selalu berdiri di tempat yang sama di lantai dua bangunan di seberang warung. Memperhatikan Melodi yang tertawa oleh ocehan receh Candra, ataupun saat Candra dengan sengaja melakukan skinship terhadap Melodi. Sosok itu merasa ada something yang ingin terus memperhatikan wanita ceria itu.

Jodohku Bos TemankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang