JBT - 5

278 8 9
                                    

Selena mulai penasaran dengan dua orang yang ada di balik pintu ruangan bosnya. Siapa lagi jika bukan Melodi dan Delon yang sedang membahas surat menyurat itu.

Selama yang Selena tahu, tidak ada wanita yang bertahan lama di dalam ruangan itu, tak terkecuali dirinya. Namun, sekarang, dia telah menunggu Melodi keluar hingga hampir setengah jam, tak ada tanda-tanda Melodi akan keluar dari ruangan Delon.

"Ck! Apa yang mereka omongin sih? Apa masalah kecelakaan kemarin ya? Harusnya kan pak Candra yang nangani, kenapa pak Delon sampai turun tangan sendiri?" guman Selena sambil sesekali menatap daun pintu berukiran burung merak itu.

"Ada siapa di dalem?" tegur Candra berdiri di depan meja kerja Selena.

"Ck! Bikin kaget aja si Bapak!" gerutu Selena cemberut kesal.

"Ada bu Melodi dari ekspedisi, temennya Pak Candra kan? Udah lama loh dia di dalem gak keluar-keluar."

"Melodi? Di dalem? Kok dia gak bilang ke gue ya?" tanya Candra pada dirinya sendiri.

"Ya mana saya tahu, tadi pagi sih orangnya hubungi saya minta dibuatkan janji temu sama pak Delon."

"Kamu tahu apa yang mereka bahas?"

"Kalau saya tahu mah, gak mungkin saya penasaran," balas Selena sambil memutar bola matanya malas.

"Bentar, saya mau cari tahu dulu." Candra mengambil ponsel dari saku jas yang dia kenakan.

"Kasih tahu saya juga, Pak," pinta Selena.

"Kepo!" celetuk Candra tanpa melihat Selena.

Sementara itu di dalam ruangan yang kedap suara itu Melodi masih mendebat Delon. Dia meminta keringanan dengan mengganti isi dari poin-poin surat itu.

(Anggap saja ada materinya ya, hehehe)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap saja ada materinya ya, hehehe)

"Saya tidak akan merubah apa yang sudah ada dalam kesepakatan itu. Kalaupun kamu meminta dirubah, itu artinya kamu akan mengganti kerugian secara tunai. Apa kita hitung saja kerugian saya jika dirupiahkan?"

"Harus! Ayo, kita hitung sama-sama! Mending saya ganti rugi secara tunai, ini kesalahan ekspedisi, saya bisa mengklaim ke perusahaan untuk kerugian Bapak," jawab Melodi menggebu-gebu.

"Baiklah, mari kita hitung." Delon memberi isyarat pada Melodi untuk berpindah duduk ke depan meja kerja pria itu.

Delon memutar laptopnya supaya Melodi bisa melihat tulisan yang ada di dalam layar.

"Harga jual saya ke luar pulau jauh lebih mahal dibanding di dalam pulau. Satu pack besar rokok ada sepuluh kotak kecil di dalamnya. Harga satu pack besarnya dua ratus ribu rupiah, lalu saya mengirim lima belas ribu pack besar. Jadi, kamu bisa menghitung sendiri berapa angak nol di belakang angka itu bukan?" Delon menjelaskan secara rinci jumlah kerugiannya di layar laptop yang sebelum telah ia siapkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodohku Bos TemankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang