2O2O, bagian 2

415 38 1
                                    

Heeseung memasuki rumah dengan lesu. Perkataan Ibu-Ibu tadi membuatnya kepikiran. Apa benar kalau kedua adiknya yang mulai tumbuh dewasa itu masih membutuhkan perhatian seorang Ibu? Apa perlu dirinya mencari istri untuk menggantikan sosok Ibu bagi adik-adiknya?

Ia pun berjalan pelan menuju dapur untuk meletakkan bahan pangan yang baru saja dibeli ke dalam lemari pendingin. Ia kembali merenung, menimbang-nimbang perkataan dari Ibu-Ibu komplek, entah akan ia turuti atau tidak.

Jujur saja, Heeseung juga lelah membagi waktu antara pekerjaan, dirinya sendiri, dan adik-adiknya. Manik gelapnya melirik jam digital yang tengah bergerak setiap sekonnya. Menanti kepulangan kedua adik laki-lakinya yang entah pergi kemana sejak pagi.

Ting Tong! Ting Tong!

Bel rumahnya berbunyi, Heeseung mengernyit heran. Kalau itu adik-adiknya, mengapa mereka tidak langsung masuk saja? Kalau pun tamu, siapa yang berkunjung sore-sore begini?

Dengan langkah lebar, ia segera berjalan menuju gerbang rumah dan membukanya. Kedua manik bambi miliknya seketika berbinar kala mendapati pemuda berkulit putih pucat dengan paras yang terlampau cantik nan indah seperti pangeran dari negeri dongeng. Terlebih tahi lalat di sisi kiri pangkal hidung pemuda tersebut membuat pesonanya semakin melemahkan hati siapapun yang memandang.

"Mas Heeseung? Aku kesini sesuai janji, ngebawa kue kering buatan aku khusus untuk Mas, Jay, dan Riki."

Walau bingung dengan perkataan pemuda jelita di hadapannya, Heeseung tetap mengangguk dan mempersilakan pemuda itu untuk memasuki rumahnya.

✧✧

"Ini buatan kamu sendiri?"

Sunghoon mengangguk, senyuman manis mengembang apik di wajahnya. Sedangkan Heeseung terus menikmati kue kering berbentuk hati yang entah mengapa rasanya begitu lezat dibandingkan ketika dia beli di toko kue.

Tanpa Heeseung sadari, setiap kue kering yang masuk ke mulutnya mengeluarkan asap berbentuk hati dan beraroma manis penuh cinta. Ya, hanya Sunghoon yang sadar akan hal itu. Sudut bibirnya kembali mengembang, rencananya berhasil.

"Di habisin ya, Mas."

Heeseung mengangguk, "Iya, Mas habisin. Tapi, nanti Jay sama Riki gak kebagian?"

"Aku kan bawa tiga kotak. Dua buat Mas Heeseung, satu buat kedua adiknya Mas. Biar mereka berbagi aja, hehehe."

"Oh, oke kalau gitu. Makasih?"

"Park Sunghoon, Mas. Gak inget, ya?"

Heeseung meringis, dirinya sungguh bingung. Ia sama sekali tak mengenal Sunghoon sebelumnya, namun pemuda itu tampak sangat mengenalinya. Terlebih, pemuda itu juga membuat jantungnya berdegup kencang. Ia merasa bahwa dirinya sedang jatuh cinta tanpa alasan yang jelas.

"Em, aku... Mas, Mas bingung, Dek. Kita kapan kenalnya?"

Air muka Sunghoon berubah datar, akan tetapi sedetik kemudian rautnya berubah kembali menunjukkan wajah yang ceria dan berseri-seri. "Aku paham kok kalau Mas Heeseung bingung. Intinya kita udah kenal lama, dan Mas janji sama aku kalau Mas akan segera nikahin aku. Tapi kayaknya ingatan Mas belum pulih," ujarnya senatural mungkin.

Ingatan belum pulih? Heeseung berpikir kapan dirinya mengalami kecelakaan. Seingatnya, dia pernah mengalami kecelakaan sekali ketika masih dibangku SMA. Itu pun dia hanya di serempet oleh anak kecil ketika sedang membeli rokok. Apa efeknya separah itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oh My Wizard! | sunghoon haremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang