Bab I

274 33 9
                                    

"Namikaze-san..."

Seonggok tubuh kurus, lemah dan keriput terbaring di futon, ia sudah lama sakit, sosok paruh baya itu hanya bisa berbaring tak berdaya, ia sedikit menggerakkan tangan untuk menyuruh Naruto mendengarkannya lebih dekat.

Pemuda berbadan tegap dan masih muda itu mendekat kepada seseorang berstatus tinggi yang terbaring di futon, membiarkan orang itu membisiki sesuatu.

"Semua dari kita tau kerajaan sedang tidak baik-baik saja," ucap pria paruh baya terbata-bata, "...Pangeran ke 3, ke 4 dan ke 12 telah meninggal dunia karena wabah misterius, sekarang pangeran-pangeran yang tersisa sedang berjuang memerangi wabah ini, aku baru saja mendapat kabar bahwa Pangeran ke 7 kini juga jatuh sakit."

Kerajaan memang dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, Naruto tidak menyangkal hal itu.

"...Aku ingin kau menjaga kerajaan ini," tangan ringkih pria paruh baya mengeluarkan sebuah lencana yang terbuat dari batu giok dari kotak kayu jati kecil di sisi tempat tidurnya, lalu memberikan benda berharga itu kepada Naruto, "...Jemputlah pangeran ke 19 dan bantulah dia menjadi Kaisar..."

Usai sang Jenderal menerima lencana, tangan pria paruh baya itu terjatuh ke lantai dan terbatuk.

"Yang Mulia?" ekspresi Naruto berubah khawatir.

"Aku rasa semakin lama hidupku semakin mendekati ajal, kuserahkan semuanya padamu, Namikaze-san..."

***

Siapa itu pangeran ke 19?

Naruto berjalan perlahan keluar dari kediaman Kaisar dengan membawa lencana yang terbuat dari batu giok, dahinya berkerut, memikirkan ucapan Kaisar yang memintanya menjemput pangeran ke 19.

Masih ada pangeran cadangan rupanya, ia pikir ia sudah berhasil menyingkirkan semua garis keturunan Kaisar dari muka bumi.

Pangeran ke 19 nampaknya bukan anak yang lahir di kerajaan. Apakah dia anak haram Kaisar bersama wanita murahan? Nampaknya begitu. Naruto memejam, keinginannya menjadi penguasa kerajaan selanjutnya tampaknya masih terlalu cepat.

Sejenak Naruto berpikir ia telah menang, kondisi Kaisar yang sudah renta dan pasti tidak akan bertahan lama lagi, pangeran-pangeran yang terserang wabah mengerikan membuat mereka satu-persatu gugur.

Jika semua pangeran menghilang maka Naruto bisa menikahi putri dari Kaisar, lalu menjadi Kaisar berikutnya. Namun tampaknya mimpi itu masih belum bisa terwujud oleh karena seorang pangeran yang datang belakangan.

***

Seorang Jenderal sampai di sebuah gerbang desa yang memiliki penduduk yang jarang, seluas mata memandang hanya beberapa rumah yang sudah ia lalui, itupun jaraknya berjauhan, namun pemandangan desa itu sangatlah indah karena area persawahan yang membentang hampir menutupi seluruh desa itu.

Naruto duduk tenang di atas kuda berjalan melewati desa lalu menuju hutan, ia datang bersama rombongan dan sebuah kereta kuda untuk menjemput sang pangeran misterius.

Pemuda pirang penasaran dengan sosok pangeran ke 19, ia mungkin juga sudah tidak sabar untuk menjangkitinya dengan wabah mengerikan dan membuatnya menderita sampai akhir hidupnya.

Singkat cerita sampailah rombongan berkuda kerajaan itu pada sebuah puri kecil di tengah hutan, puri itu cukup sulit dimasuki, karena puri berada di atas bukit dan memiliki sungai yang airnya mengalir deras mengelilingi puri.

Kaki-kaki kuda rombongan Naruto sebagian ada yang tergelincir, ada yang terjatuh, ada pula yang terseret arus.

"Hati-hati, medan sangat berbahaya," Naruto sebagai pimpinan rombongan memperingatkan anak-anak buahnya, "...Apapun tantangannya, kita harus berhasil mensukseskan misi karena ini adalah perintah Kaisar!"

"Baik!"

Usai menyemangati tim, rombongan Naruto telah berhasil melewati sungai, di depan mereka kini ada sebuah pintu gerbang besar terbuat dari kayu jati dan besi dalam keadaan terkunci, Naruto memerintahkan salah satu bawahannya untuk turun dari kuda dan mengetuk.

Ketukan ramah itu tak mendapat sahutan, rupanya mereka harus memaksa masuk.

Naruto menarik pedang dari sarung yang terkait di sabuk pinggangnya, namun belum sempat melakukan sesuatu sebuah shuriken sudah terlebih dahulu melesat ke arahnya. Naruto menunduk untuk menghindari benda tajam yang terbang berputar itu.

"Untuk apa kalian datang kemari?" seorang anak laki-laki remaja dengan tato segitiga di pipinya bergelantungan pada sebuah pohon besar di dekat pagar. Semua mata prajurit memandang ke arah remaja berbaju coklat sederhana itu.

"Kami dari kerajaan ingin bertemu dengan pangeran ke 19, Kaisar yang memerintahkan kami untuk menjemputnya."

"Bagaimana aku tau kalian dari kerajaan?"

Naruto mengambil sebuah lencana pemberian Kaisar dari dalam saku kimononya, lalu memperlihatkan benda indah itu pada bocah remaja.

Si remaja sempat memicing memandangi lencana, namun kemudian ia memerintahkan seseorang yang berada di dalam untuk membuka pagar, "Buka pagarnya, utusan Kaisar telah datang!"

Seruan itu membuat pintu pagar setinggi tiga meter terbuka perlahan. Setelah dibuka Naruto melihat seorang pelayan laki-laki berusia 40 tahunan memakai masker putih ber-ojigi dan seekor anjing fitbull yang terus menggonggong.

"Hati-hati anjing di dalam galak!" sebelum turun dari pohon si remaja berbaju coklat memberi peringatan.

Pelayan yang memakai masker memberi hormat. "Selamat datang di puri kediaman pangeran ke 19, Jenderal Namikaze-san, hamba kepala pelayan Kakashi di puri ini siap melayani anda."

"Kenapa kau bisa tau siapa aku?"

"Burung mengantarkan pesan dari Kaisar," Kakashi memperlihatkan surat tulisan tangan di atas kain putih dari dalam saku bajunya.

Naruto mengangguk dan memerintahkan para prajuritnya untuk memasuki puri.

Kakashi mempersilakan dan mengantarkan Naruto ke tempat dimana pangeran ke 19 berada.

Setelah melewati bangunan utama, Kakashi memandu rombongan ke sisi kiri puri, tempat dimana halaman luas nan indah berada, disanalah sang pangeran yang memakai pakaian sangat biasa sedang menikmati pemandangan alam di dalam gazebo, sebuah bangunan kecil terbuka.

Naruto melihat sosok remaja berambut hitam, bermata hitam dan berkulit putih tampak kebingungan dengan kehadiran pasukan berbaju besi miliknya.

Tanpa membuang banyak waktu, Naruto langsung menjatuhkan lutut ke tanah, merentangkan tangan lalu menyatukannya, merendahkan kepala untuk memberi hormat.

"Hamba Jenderal Namikaze Naruto dengan penuh hormat bertujuan untuk menjemput Pangeran ke 19 kembali ke istana."

Walau dengan sangat jelas Naruto menyampaikan maksud kedatangannya tapi remaja laki-laki itu tampak masih kebingungan.

"Pangeran ke 19... maksudnya aku?"

 maksudnya aku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pangeran Ke-19  |  (NaruSasu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang