—Disclaimer: All these characters belong to Eiichiro Oda
Happy reading—· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
Wanita bersurai hitam bak malam itu melepas kacamatanya, tatapannya beredar mencari keberadaan seseorang yang ia tunggu sejak tadi, ia menarik kopernya ke restoran terdekat, beberapa mata menatapnya, tak sedikit yang berbisik kecil, membicarakan wanita yang sejak tadi terus menenteng kopernya. Ponselnya berdering membuatnya langsung mengalihkan fokusnya pada ponselnya, dikeluarkannya ponselnya dari tas selempang, dan terdengar suara wanita imut nan cempreng dari dalam telpon, teriakan sang wanita dari dalam telpon itu cukup membuat gendang telinga si wanita bersurai hitam malam itu pecah.
"Robiinnn!! Kamu sudah sampai di bandara?! Maafkan aku, aku akan sedikit terlambat!! Jalanan di Grand Line macet dan aku tidak bisa berbuat apa apa!!"
Robin hanya dapat tersenyum pasrah mendengar curhatan sahabatnya dari balik panggilan, tatapannya kembali beredar menyadari bahwa hampir semua orang yang lewat menatapnya, tentu ia merasa tidak nyaman. Hingga akhirnya satu ide terlintas di benaknya.
"Tidak masalah Nami, aku akan menunggu di Baratie Restaurant dekat bandara, temui aku disana saat sampai oke?"
Suara lembut Robin membuat Nami menghela nafas disisi lain telepon, tidak masalah mengiyakannya. Toh, lagipula dia tidak bisa sampai secepat itu untuk langsung menjemput Robin bukan?
"Baiklah kalau itu maumu, aku minta maaf ya? Sungguh, aku membenci kemacetan ini..."
Robin hanya tertawa kecil sebelum mematikan panggilan itu, ia masuk di Baratie Restaurant dan duduk di meja, memesan segelas espresso sambil menunggu kedatangan wanita bersurai oranye itu.
●○●○●○●○
Nami meneguk kasar jus jeruknya. Ia akhirnya sampai di bandara setelah lebih dari sepuluh menit menunggu kemacetan mereda, manik coklat muda miliknya menatap lekat manik biru laut milik wanita yang sedang duduk di hadapannya ini.
"Akh... Kenapa kau harus datang tanpa memberitahu ku sebelumnya?! Kau tau betapa kagetnya aku saat tau kau sudah berada di bandara?! Aku pikir kau masih di New World. Hhh kau ini benar benar tidak berubah Robin"
Robin hanya mendengus geli mendengar ocehan dari wanita pencinta uang itu. Ia tahu kalau ia salah karena telah lupa mengabari Nami, namun ia juga tidak menyesalinya. Toh, Nami juga langsung datang ketika diberi tahu.
"Jadi... Berapa lama kau akan tinggal di Grand Line?" Gadis bersurai oranye itu mengangkat kedua alisnya, memulai percakapan.
"Hmm... Mungkin sekitar 2 atau 3 bulan, aku diberi libur panjang karena penemuan baruku" Robin memangku dagunya, matanya menyipit memperlihatkan senyum khasnya.
"Maksudmu Poneglyph? Itu berita yang cukup ramai dibahas di Grand Line saat ini"
Robin tertawa kecil, pikirannya mengembara sejenak, hingga akhirnya ia teringat satu hal penting.
"Oh iya bagaimana kabar yang lain? Apa mereka baik baik saja?" Sorot mata Robin yang cukup penasaran membuat Nami terkekeh.
"Tentu saja! Mereka sangat baik baik saja!!"
●○●○●○●○
Pada akhirnya pertemuan berakhir. Nami telah kembali ke rumahnya, begitu pula dengan Robin, ia kini berada di parkiran apartemennya sembari menenteng koper kepunyaannya. Ponselnya bergetar pertanda pesan masuk, Robin segera menyalakan ponselnya ketika ia menemukan dirinya telah dimasukkan ke sebuah grup chat yang sudah familiar di matanya.
_______________________________________

KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Woman! Would U Be Mine? || Ongoing
LobisomemNico Robin adalah seorang arkeolog cantik dan cerdas yang terkenal di seluruh dunia, entah itu New World, Grand Line, dan belahan dunia lain, gadis berbakat primadona ini selalu menarik perhatian siapa saja yang melihatnya Sementara Roronoa Zoro ada...