Prolog

15 0 0
                                    

Zraaaas!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Zraaaas!!!

Air hujan menetes deras membasahi tanah hingga menciptakan genangan air yang keruh, cuaca hari ini cukup dingin. Apalagi dengan di tambahnya angin yang berhembus, menyentuh apa-apa yang ada di depannya.

Suara berisik dari hujan meredam suara tangis lirih dari gadis bercadar yang kini duduk di teras masjid dengan menggenggam ponsel yang layarnya menyala dan mengeluarkan suara seseorang dari sana.

📞 "Kamu kira kamu siapa? Dan emangnya kamu sepenting apa di hidup saya? Sampe saya harus nurutin kemauan kamu itu."

📞 "Hiks, maksud Afi baik Pak. Jadi tolong~"

📞 "Halah! Diam kamu, anak sama ibu sama-sama gendeng!"

📞 "Pa~"

Tut... Tut... Tut...

Sambungan telepon terputus, gadis tersebut menatap kontak sang Ayah dengan lesu. Perlahan ia mengirim pesan permohonan, belum ingin menyerah. Tapi sayangnya, dirinya telah di blokir untuk kesekian kalinya.

Afida Naafi'ah Sadya, biasa di panggil Sadya atau Afi. Usianya baru menginjak 21 tahun, Sadya sejak kecil hidup di panti asuhan Anak Sholehah--panti asuhan khusus akhwat, panti ini penuh dengan ajaran agama dan berambisi membentuk para akhwat sholehah.

Sadya hidup tanpa sosok orang tua maupun keluarga sedarah, Ayahnya yang bernama Munir Rahadi--sudah lama meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Ayah dan lebih memilih hidup di lingkungan yang ia inginkan. Jauh dari anaknya.

Sementara Ibunya yang bernama Rahayu Astut juga sudah lama meninggalkan kewajibannya sebagai Ibu, dulu ketika Sadya kecil, tepatnya di usia enam tahun. Rahayu menitipkan Sadya di panti asuhan Anak sholihah usai tidak lama sebelum itu Munir meninggalkannya.

Dan sekarang, Alhamdulillah. Sadya berhasil berdiri tanpa peran orang tua kandung dan berhasil pula meraih beasiswa penuh di salah satu universitas terbesar di indonesia pada fakultas Bisnis dan Ekonomi, kini, ia sudah semester 7 dan beberapa bulan lagi InsyaAllah akan lulus S1. Rencananya, usai lulus nanti. Sadya akan melanjutkan S2 di Mesir.

Tadi, baru saja Sadya menghubungi kontak sang Ayah untuk kesekian kalinya. Tujuannya hanya ingin meminta Ayahnya pulang dan kembali ke kodratnya.

"Uhuk!"

Sadya menoleh, menatap seorang pria berjaz yang duduk tak jauh darinya. Jaraknya sekitar dua meter, dan Sadya baru menyadari ada orang selain dirinya di masjid.

Pria itu menurunkan tangannya yang terkepal usai menutupi mulut karena batuk, kemudian menggosokan kedua tangannya yang terasa dingin.

Saat Sadya hendak menatap kembali ke depan, tiba-tiba saja pria itu menoleh. Dia menatap Sadya dari atas sampai bawah dengan tatapan aneh, kemudian menunjukan seringai kecil yang membuat Sadya merinding. Karena tak nyaman, akhirnya Sadya buru-buru bangkit dan berjalan menjauh, menerobos hujan yang sudah mulai reda dan tinggal gerimis. Memilih untuk segera pulang ke panti karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.

Suasana pusat kota di pagi hari pukul setengah enam sudah cukup ramai, Sadya berdiri di depan gedung perkantoran dengan nama Adiwangsa Company

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana pusat kota di pagi hari pukul setengah enam sudah cukup ramai, Sadya berdiri di depan gedung perkantoran dengan nama Adiwangsa Company.

Hari ini adalah hari pertama Sadya mulai bekerja sebagai office girl, kerjanya bersih-bersih. Nanti hasil kerjanya akan ia masukan ke dalam tabungan pribadi untuk masa depannya.

Sadya bekerja secara part time, di tempat kerjanya di restauran sebagai kasir waktu dulu juga seperti itu.

"Kamu karyawan baru ya?" Tegur seorang perempuan dengan seragam OG, dia tersenyum ramah dan melihat penampilan Sadya yang tertutup, hanya terlihat matanya saja, benar-benar matanya saja, tidak lebih.

"Ah, iya betul. Saya OG baru di sini," Jawab Sadya dengan ramah pula.

Perempuan itu mengangguk beberapa kali pertanda paham, kemudian dia menjulurkan tangannya dan segera di terima Sadya. "Kenalin, namaku Qiqi Salwa Azmi. Panggil aja Qiqi atau Alwa, tapi jangan pake Mbak atau apa ya, nama aja."

"Aku panggil Alwa ya, oh ya. Nama saya Afida Naafi'ah Sadya, panggil senyamannya kamu aja." Balas Sadya, Alwa kembali mengangguk paham.

"Oke, aku panggil kamu Sadya. By the way, kita langsung masuk aja yuk. Tapi lewat belakang aja, nanti sekalian aku antar kamu ke Miss Suki, kepala Divisi bagian OB atau OG." Ujar Alwa kemudian menggenggam tangan Sadya untuk di bawanya masuk ke dalam bangunan.

"Kamu kerjanya di lantai dua puluh sama dua satu ya, bersihkan semua ruangan, lantai dan apapun yang keliatan kotor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kerjanya di lantai dua puluh sama dua satu ya, bersihkan semua ruangan, lantai dan apapun yang keliatan kotor. Tapi karena di lantai itu gak begitu banyak ruangan dan jarang kotor, kamu bersihinnya untuk sementara sendiri dulu ya. Neng Asih yang biasanya juga bersih-bersih lagi cuti karena Simboknya sakit," Jelas Miss Suki dengan ramah.

"Tambahan, di lantai dua satu itu ada ruangan Tuan Adiwangsa. Informasi super penting, kamu kalo ketemu beliau tolong jangan bahas soal agama, apalagi bahas tentang Tuhan. Sedikitpun, karena~" Di ucapan terakhir, Miss Suki mendekatkan mulutnya ke telinga Sadya dan berbisik. "Tuan Adiwangsa Ateis,"

"Dan lebih baik, kamu hindari beliau ya. Usahakan jangan terlalu sering berkomunikasi maupun bertatap muka, karena beliau itu orangnya cukup Arrogant, galak, bertingkah semaunya, dan agak benci kayaknya sama orang-orang yang keliatan alim, gak peduli apa agamanya, kalo liat orang yang keliatan alim yaaa langsung beliau julid in, dan nyari gara-gara terus." Lanjutnya lebih jelas, Sadya mengangguk paham. Sepertinya nanti akan sedikit sulit.

Miss Suki menepuk pundak Sadya pelan. "Kamu boleh mulai kerja sekarang, nanti kalau udah beres semuanya kamu boleh pulang. Saya permisi," Pamitnya seraya pergi.

Sadya mengangguk dan hendak menuju lantai dua puluh.

"SEMANGAT SA!" Pekik Alwa dari kejauhan dengan pel di tangannya, Sadya menoleh dan memberikan dua jempol.

"KAMU JUGA!" Balas Sadya, Alwa mengangguk lalu pergi.

➳༻ISJZ,N༺➳

"Sebaik-baiknya Bacaan, Al-Qur'an Tetap Yang Terbaik."

By Wdy_Ags.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Izinkan Saya Jadi Zaujimu, NonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang