Chapter 3

159 22 5
                                    

Pagi yang dingin dan biasa bagi orang-orang mulai menampakkan jati diri musimnya di penghujung tahun. Mereka tidak perlu membuka siaran tv ataupun aplikasi ramalan cuaca karena saat membuka tirai jendela, gumpalan lembut berwarna putih telah berjatuhan dari langit dan menutupi halaman serta benda-benda yang tak beratap, mengubah panorama yang semula penuh paduan pastel menjadi dominan satu warna yang bersih dan apik.

Lalu lintas mengalami penurunan kemacetan dikarenakan sebagian instansi telah meliburkan pegawai mereka, sedang sebagian yang masih harus bergulat dengan pekerjaan pun menjadi sadar bahwa kelajuan mereka di hari biasa pada kondisi jalanan licin dan selalu dibersihkan dari salju secara berkala ini akan dapat meningkatkan risiko yang mengancam keselamatan. Tidak ada yang ingin terluka, apalagi sebentar lagi mereka akan menyambut hari spesial yang hampir disukai semua kalangan usia serta dinanti-nantikan setiap tahunnya.

Namun, sayang sekali konteks yang berbeda dialami oleh sebuah keluarga. Hari-hari yang mereka lalui menjadi aneh dan sulit dijelaskan dengan logika.

"Sayang, ayo"

Seorang anak keluar sambil menggenggam tangan orang dewasa yang akan mengantarnya ke sekolah sebelum berangkat bekerja. Khusus untuk hari ini sekolah akan meniadakan aturan pemakaian seragam resmi, namun sebagai gantinya setiap anak akan mengenakan sesuatu yang menyuarakan kehangatan di hari natal. RaYul sendiri mengenakan kostum peri buatan sang ibu sesuai dengan permintaannya.

"Hati-hati. Biar Mama bawakan"

RaYul masuk ke dalam mobil dengan hati-hati, dan setelah sabuknya terpasang, ia menerima kembali Blaze dalam wadah kaca yang diletakkannya ke atas pangkuan.

"Tidak berat?"

"Tidak"

"Baiklah. Kita berangkat sekarang"

Sembari menyetir di tengah aspal yang dihiasi salju di kiri dan kanan, Kyuhyun melirik putrinya yang terlihat asik hanya dengan memandangi seekor ikan.

"Sayang sekali kita harus kembalikan Blaze ke sekolah hari ini. Apa Mama perlu minta ijin pada Bu Guru untuk mengajak Blaze tinggal sampai perayaan tahun baru?"

"Tidak. Kata Nenek, Blaze harus pulang saat sore nanti. Pearl dan Drake akan menunggu di sungai"

"Sungai? Apa itu sungai di belakang sekolah?"

"Iya. Kata Nenek harus kembalikan Blaze kesana"

"RaYul, Nenek siapa yang kau bicarakan?"

"Nenek yang RaYul temui di sekolah. Berkat Nenek, Bu Guru perbolehkan RaYul mengajak Blaze pulang"

"Tapi setau Mama tidak ada guru di sekolah RaYul yang dapat dikatakan  berada di usia lansia, uhh, yang bisa dipanggil Nenek atau Kakek. Apa RaYul tau namanya?"

"RaYul tidak sempat tanya"

"Apa mungkin dia bukan guru?"

RaYul menggelengkan kepala dan menoleh ke luar jendela. Mulanya alisnya terangkat saat menemukan sosok di samping jalan tengah tersenyum dan melambaikan tangan, tapi saat sadar itu siapa ia pun langsung berseru. "Mama, Itu Nenek!"

"Apa?"

Mobil segera ditepikan, namun karena RaYul tidak sabar lagi maka gadis kecil itu melepas sabuk sendiri, mengesampingkan Blaza, lalu keluar dari mobil. Semua dilakukannya dengan cepat sampai mengabaikan ayahnya yang memanggil sembari menutup pintu mobil.

"RaYul, tunggu!"

Langkah mereka tercetak pada tumpukan butir salju yang belum dibersihkan oleh petugas kebersihan pemerintah kota. Dengan arah dan tujuan yang tak pasti, Kyuhyun mencoba menggapai tangan anaknya, meminta RaYul untuk berjalan biasa dan beruntungnya anak yang pintar itu langsung mengerti.

Jingle SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang