2. Quality Time

178 17 2
                                    

Hampir satu jam Ha Jun menemani adiknya mengelilingi taman bermain, setiap langkah kecil itu mampu membawa Ha Jun berjalan kemana saja bahkan ia sampai bingung mengap bisa adik kecilnya ini masih sangat aktif dan energik sedangkan dirinya sudah setengah kelelahan. Renjun berlarian kecil sesekali ia berjalan mundur dan melambaikan tangan kepada kakanya.

Ditangan Ha Jun telah penuh berbagaj sisa jajanan Renjun, tentu ia rahasiakan itu dari sang Bunda karena Bunda akan sangat tidak suka jika mereka tidak menghabiskan makanan. "Oppa mau itu" tujuk Renjun dengan mata yang berbinar ketika melihat mobil Ice Cream. Ha Jun menggaruk tekuknya pelan, jika dibiarkan seperti ini mungkin Renjun akan selalu merengek untuk dibelikan sesuatu.

"Dek, coba sini dulu, duduk samping Oppa" Ha Jun duduk diatas rerumputan, dengan patuh si gadis duduk disamping sang kaka dengan wajah yang tak beralih. Lelaki itu meletakkan berbagai bungkus makanan yang belum dilahao Renjun dengan habis. "OPpAaaa—ada apa cepaatt....hummn Injun mau Ice Cream coklate" tutur Renjun lagi.

Ha Jun menyampirkan rambut halus yang menghalangi pandangan adiknya lalu ia usap pelan pipi berisi sang adik. Renjun mengulurkan tangan lalu memeluk sang kaka penuh rasa sayang.

"Oppa mau bicara sama Injun, bisa Injun dengarkan?" Ha Jun berkata lembut

"Tentu, apapun untuk Oppa selalu ku lakukan" ucap Renjun.

"Hari ini kita sudah jajan banyak makanan, coba lihat ini" ucap Ha Jun. "Dan semuanya belum kita habiskan, jika Bunda tahu pasti Bunda sedih. Kata Bunda setiap makanan yang kita beli harus dihabiskan, karena diluaran sana sangat banyak orang yang kurang beruntung bahkan tak bisa mendapatkan makanan" tukas Ha Jun lagi

Renjun mendongkak, lalu melihat disekitarnya yang ternyata sangat banyak anak-anak kecil tidak seberuntung dirinya. "Maafkan Injun ya Oppa—Injun janji kejadian ini tidaj terulang, maafkan Injun" tutur Renjun menatap Ha Jun dengan wajah yang teramat polos. Ha Jun hanya bisa tersenyum sambil menangkup wajah gemas sang adik.

"Iyaaa Oppa maafkan, ayo kita makan sama-sama"

Senyum Renjun kembali terbit dengan lahap ia memakan sisa jajanan dirinya terkadang ia menyuapi Ha Jun. Renjun sangat menyayangi Ha Jun baginya tidak ada laki-laki terbaik selain Papa juga sang Kaka. "Oppa haus" ucap Renjun

"Astaga Oppa lupa, tunggu disini sebentar jangan kemana-mana Oppa belikan air dulu" setelah berpamitan dengan sang adik, Ha Jun lantas berdiri mencari tokoserba. Selama menunggu sang Kaka Renjun begitu asyik menatap segerombolan orang yang tengah bermain basket. Renjun nampak begitu bersemangat meakipun ia tak tahu siapa yang bermain.

Bugh

Renjun terkejut seketika ia membeku takkala ia merasa sesuatu yang kuat membentur kepalanya dengan keras. Renjun ingin menanggis tapi kakanya sedang tak dengannya. "Kau baik-baik saja" suara berat laki-laki membuat Renjun menoleh dengan cepat. Matanya berembun dan tak bisa melihat dengan jelas lagi.

"Sakit" lirih Renjun, ketika merasakan kepalanya seperti berputar dan telinga berdengung. Renjun menggerakkan tanganga ketika merasakan sesuatu keluar dari hidungnya. "Hiksss....da—rah" lirih Renjun lagi

Renjun masih membeku namun ia merasakan bahwa lelaki itu tadi langsung memegang kepalanya pelan dan membantu dirinya untuk menahan darah yang keluar dari hidung, Renjun memicingkan mata mencoba melihat siapa sosok lelaki yang membuatnya seperti ini. "Maafkan aku nona, aku sungguh tak sengaja" ucapnya lagi. Renjun kini melihat wajah lelaki itu, ia memiliki tahi lalat dibawah mata sebelah kiri, wanginya begitu khas. "Oppa—"lirih Renjun

"Hmmm??" Lelaki itu kebingungan

"Aku mau Oppaku....hikssss Opppaaaa" Renjun mulai terisak membuat lelaki itu terdiam karena tak tahu apa yang harus ia perbuat, mereka tak aaling mengenal tapi ia melakukan hal ini untuk beetanggung jawab karena tak sengaja melempar bola basket terlalu keras sehingga mengenai gadis kecil yang tengah duduk sendirian dibawah pohon.

"Injun"

Lelaki itu cepat menoleh.

"Oppaaaa—sakit—darah"

"Haahh?!!"

"Jadi begini Tuan, maafkan saya sebelumnya, saya dan teman-teman saya sedang bermain basket dan tidak sengaja bola basket yang saya lempar mengenai Nona ini" ucapnya dengan tangan yang menyatu juga wajah yang sedikit menunduk bahwa ia menyesal

"Oppa, pulang" rengek Renjun

Ha Jun berdiri dan menghadap lelaki itu. "Saya sungguh menyesal Tuan, ini bukan kesengajaan" ucapnya lagi.

"Sudahlah jangan meminta maaf lagi, seperti yang kau bilang ini murni ketidaksengajaan" tutur Ha Jun.

"Oppaaaa~~pulang" rengek Renjun lagi

"Nona aku sungguh minta maaf" dan setelah mengucapkan hal itu si lelaki langsung berlari menjauh dan kembali bermain dengan teman-temanya sedangkan Renjun menatapnya dengan nyalang. Dalam hati si gadia menyumpahinya karena berani membuat kepalanya berdenyut nyeri bahkan hidungnya sampai berdarah tadi. Liat saja jika bertemu lagi akan Renjun balas dengan omelan khas Bunda.

Ha Jun menampilkan punggungnya dihadapan Renjun dan dengan senang hari si gadis langsung menaiki punggung kakanya. "Dek, lain kali kalau ada orang yang menyakit kamu tidak sengaja, tolong dimaklumi dan dimaafkan ya, dia tidak sepenuhnya salah, karena tadi kita duduk diarea lapangan" tutur Ha Jun

"Kalau dia sengaja?" Tanya Renjun

"Ya kalau dia sengaja sih udah pasti habis ditangan Oppa, di Dunia ini nggak ada yang berani nyentuh kamu sekali Oppa masih disini, Oppa nggak bakal biarkan orang lain sentuh kamu" jawab Ha Jun membuat Renjun besar hati lalu tersenyum.

"Aku sedih" tutur Renjun

"Kenapa sedih?" Tanya Ha Jun

"Oppas lebih sibuk sekarang, aku juga sering ditinggalkan" tutur Renjun dengan dagu yang dia letakkan diatas kepala sang kaka.

"Kan masih ada Bunda sama Papa, lagian Oppa nggak pergi selamanya, cuman ya gitu kadang lama kadang sebentar. Nanti kalau kamu udah jadi dokter juga bakalan sama kok" Jelas Ha Jun

Renjun menepuk pundak sang kaka untuk segera diturunkan, lalu ia berjalan dengan santai, ia baru menyadari bahwa ditangan kanannya ia menggenggam sapu tangan berwarna kream di ujungnya ia melihat ada bordir J lalu potret kecil kupu-kupu yang terbang. Renjun mendengus sapu tangan itu dengan cepat ia menebak bahwa pemiliknya adalah lelaki yang membuat hidungnya berdadah tadi.

"Oppa jangan bilang Bunda" Pinta Renjun

"Iya, uni rahasia kita saja, kita obati didalam mobil" sahut Ha Jun sambil menggandeng tangan adiknya sambil saling melemparkan senyum.

Setengah hari berjalan-jalan akhirnya Renjun kelelahan dan tertidur didalam mobil, Ha Jun menyetir dengan sangat hati-hati. Setibanya di rumah Ha Jun menggendong sang adik dan mengantarkanya sampai ke kamar. Ha Jun menatap adiknya yang tengah tertidur begitu pulas, ia usap wajah itu pelan lalu menyematkan kecupan singkat dikening sang adik.

"Jangan cepat dewasa ya dek, nanti Oppa sedih" tutur Ha Jun. "Bunda, maafkan Ha Jun kalau belum bisa jaga adek dengan baik" tutur Ha Jun lagi sambil mengusap lengan sang Bunda yang kini memeluknya. Jaemin menyusul Ha Jun ketika putranya itu menggensdong sang adik menuju kamar.

"Bagi Injun kamu adalah lelaki terhebat dan Oppa yang luar biasa, Terimakasih ya Nak, berkat kamu Injun tak perna kesepian dan sedih, Bunda juga mau minta maaf kalau seandainya kasih sayang Bunda belum cukup buat Ha Jun. Tapi Ha Jun harus ingat bahwa Bunda selalu disini menjadi tempat pulang Ha Jun" ucap Jaemin

"Iyaaaa Bundaaaa sayang" jawab Ha Jun sedikit terkekeh, Bundanya ini kadang memiliki sifat yang sama dengan Renjun. Selalu saja mellow jika ia ingin bertugas, belum lagi Bunda teramat sangat sibuk membantunya packing.

"Love you Bunda" ucap Ha Jun

"Love you too gantengnya Bunda" balas Jaemin memeluk kembali sang putra.
.
..
...
Tbc ❤️❤️❤️
Jangan lupa feedbacknya teman, semoga suka yaaa remember cerita ini dibuat hanya untuk bersenang-senang, tetap semangat dan bahagia selalu.

High School In Love 🖤 (Noren/JenRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang