BAB 3

3 0 0
                                    

Hari ini aku sedih.

Kayaknya hampir tiap hari aku sedih, ya? Haha.

Tapi sedihnya kali ini beda. Bedanya apa? Karena sekarang aku sedih sebab merindukan seseorang.

Iya, biasanya 'kan aku sedih karena aku cuman punya aku, ya? Sekarang beda, nih, motifnya!

Aku rindu.

Aku kangen.

Aku..

Aku gak tau lagi harus ngungkapin perasaan yang membuncah ini dengan apa, selain menangis.

Papahku.

Pahlawanku, ksatriaku, pangeran berkuda putihku, cinta pertamaku, priaku, belahan jiwaku.

Iya, aku rindu papahku!

Papah orang yang baik, saking baiknya sampai waktu acara tahlilannya banyak yang datang dan mendoakan beliau. Aku senang, tentu saja.

Papah orangnya juga gak yang neko-neko, papah itu tsundere! Hihi, kalau diingat lagi aku jadi sadar perhatian kecil yang papah berikan untukku!

Ah... Aku makin rindu.

Papah itu bijaksana, beliau lebih suka memikirkan kepentingan yang lain dibanding dirinya sendiri, pengetahuannya luas (aku iri!), yang terpenting serba bisa!

Papah orang yang selalu memperlakukanku sebagai putri kecilnya, meski aku sudah masuk SMA! Papah suka panggil aku dengan, "Midoet", awalnya aku gak suka tapi lama kelamaan aku suka dan sekarang aku kangen dengar papah panggil aku dengan suaranya yang perlahan mulai kulupa itu.

Papah idolaku serta panutanku, setelah ibu tentunya.

Sosok papah selama delapan belas tahun aku hidup terukir cukup apik dalam ingatanku. Yah... Semoga sampai maut datang menjemput, aku masih tetap memiliki semua kenangan-kenangan papah denganku.

Dan, semoga! Aku dan ibu selalu dijagain sama papah dari atas sana!

Hihi, papah anak perempuanmu rindu, lho!

yang hilang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang