Bimantara family's || Sekolah

141 18 25
                                    

"Bang Yosh sakit pasti gara gara adek,"

Ucapan sang bungsu berhasil membuat ketiga kakaknya menoleh. Kini mereka berempat sedang berada di dalam mobil yang dikendarai oleh kakak sulung.

"Emang adek ngapain sama abang Yosh?" tanya Juan dengan mata penuh selidik, yang duduk disamping Rora.

Bukannya menjawab pertanyaan sang abang, Rora memalingkan kepalanya mengahadap keluar jendela.

"Ditanya itu dijawab, dek." Jian ikut menimpali karena tidak ada jawaban dari bungsu. "Gak semua pertanyaan ada jawaban, bang." sahut Pharita yang berada disamping abang sulungnya.

"Abang tau, tapi setiap pertanyaan itu memiliki jawaban kecuali pertanyaan retorik." jawab Juan dan diangguki oleh Jian.

"So?" tanya Pharita menoleh kebelakang untuk melihat adik bungsunya yang masih betah menatap jendela.

Pukk...

"Abang ngagetin adek aja, ishh!" sentak Rora mengelus bahunya yang baru saja di tepuk Juan. "Alay deh, adek." cibir Juan merolling his eyes malas.

"Abang yang alay!"

"Idihh, udah jelas jelas adek yang alay."

"Abang Juann!!"

"Iya adek kesayangannya abang?"

"Abang ngeselin banget sih!"

Jian dan Pharita hanya menghela nafasnya lelah dengan kelakuan saudaranya itu.

"Udah stop!" lerai Jian dengan tegas membuat Juan dan Rora berhenti bertengkar.

"Jadi apa yang buat adek ngomong kek gitu?" tanya Jian dengan lembut membuat Rora menunduk gugup.

"Gak mau ngejawab?" tanya Pharita membuat Rora berani menatap ketiga kakaknya.

"Sebenarnya kemarin malam Rora terbangun karna lapar dan waktu itu semua makanan habis tanpa sisa. Jadi Rora inisiatif buat ramen, tapi kepergok sama bang Yosh dan bang Yosh marah banget sama Rora, terus bang Yosh nawarin buat beli diluar tanpa sepengetahuan mama dan sepertinya itu yang bikin bang Yosh sakit." jelas Rora dengan menunduk takut menatap kakak kakaknya.

"Kalian tau 'kan kalo bang Yosh itu gampang sakit kalo kena angin malam," sambung Rora.

"Kenapa gak bilang mama?" tanya Pharita dan diangguki oleh kakak kembarnya. "Rora kasihan sama mama, kak. Gak enak juga kalo bangunin mama di tengah malem, apalagi mama juga capek habis ngurus rumah sama kantor." jawab Rora membuat ketiga kakaknya mengangguk paham.

"Kenapa gak bangunin kakak aja?" tanya Pharita membuat Rora berdecak malas. "Kakak lupa ya? Kalo kamar kakak tuh kedap suara sama kaya punya bang Jian?" jawab Rora.

"Hehehe, iya juga sih. Terus gunanya ponsel apaan, Ra?"

"Kakak lupa juga ya, kalo kakak tuh selalu matiin ponsel saat kakak tidur biar gak ada yang ganggu." jawab Rora membuat Pharita cengengesan.

"Udah udah, Rora kalo ada apa apa bilang ya sama abang."

"Iya bang, tapi jangan beritahu mama ya." melas Rora dengan puppy eyes.

"Hm." jawab ketiga kakaknya dan bertetapan dengan mobil yang berhenti disebuah gedung sekolah.

"Yaudah, Rora pamit ya kak Pharita, bang Jian, bang Juan."

"Sekolah yang benar."

"Siap abang!" jawab Rora dengan tangan terangkat hormat.

Mobil pun menjauh dari pandangan Rora, saat akan melangkah memasuki sekolah lengan Rora ditarik oleh seseorang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bimantara family'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang