-

15 2 0
                                    

Kaede menghela napas kasar di balik bar kopi, kemudian berdecak kesal — dengan suara yang sengaja dibesarkan — agar pengunjung di hadapannya paham kalau dia telah membuang waktu Kaede sebanyak tiga menit karena bingung ingin memesan minuman apa. Tapi kelihatannya si jabrik yang sangat dia kenali ini nggak peka sama sekali. Terlihat dengan dia yang masih sibuk menimbang-nimbang minuman apa yang pas untuk masuk ke pencernaannya.

Kaede pengin marah! Ini semua berawal karena kebucinan Hanamichi yang mendarah daging pada pacar sekaligus adik mantan kapten mereka.

Kaede seharusnya menghabiskan harinya dengan tidur atau main basket karena hari ini nggak ada kelas. Dia bahkan sudah berencana untuk mengajak si jabrik buat one on one. Tapi, Hanamichi Sakuragi si manusia dengan lowest iq tiba-tiba menelepon jam 9 pagi, bilang kalau hari ini dia ada kencan dan meminta tolong ke Kaede untuk jagain kedai kopinya sehari aja.

Seharusnya kalau mau kencan, kedainya ditutup aja, kata Kaede. Tapi Hanamichi malah bilang, "Sayang, ntar hari ini nggak ada pemasukan" dan blablablabla — seakan Kaede peduli kalau Hanamichi jatuh bangkrut setelah tiga bulan buka usaha.

Tapi yang namanya Hanamichi, selalu tahu cara menggunakan mulutnya. Dia nawarin buat beliin Kaede buku karya Kobe Bryant yang udah lama dia idam-idamkan. Dan tanpa babibu Kaede langsung setuju.

Jangan salahkan harga dirinya yang bisa dibeli dengan buku seharga 200 ribu. Salahkan Hanamichi dengan mulut manisnya.

Jadi di sinilah dia, berdiri di belakang bar kopi sambil menatap si jabrik yang masih belum selesai dengan timbangannya. "Kalau nggak tau mau pesan apa, mungkin lo bisa ke kafe seberang yang menyediakan minuman lebih lengkap." Akhirnya Kaede angkat bicara, jenuh juga lama-lama memandangi mantan rival-nya. Tahu sih dia ganteng, tapi Kaede sekarang lagi nggak mood.

"Eh?" Akira angkat pandangan dari daftar menu di depannya, menatap Kaede dengan raut bingung, dan setelahnya cengengesan. "Sori sori. Gue pesan kapucino dingin deh."

"20 ribu."

Akira merogoh kantong, terus ngasih uang 50 ribu ke Kaede. "Hanamichi mau ikut Emak Ijah ke Mekah ya?" tanyanya sebelum mentertawai leluconnya sendiri.

"Joke lo garing," ucap Kaede sambil menyerahkan kembalian ke Akira. "Pesanannya bakal dibuat. Nanti nama lo dipanggil."

Akira yang mendengar itu kembali tertawa sambil berlalu ke meja yang lumayan dekat dengan posisi Kaede. Sebenarnya dari awal dia bertanya-tanya, kenapa bisa Kaede ada di sini? Seingatnya Kaede cuma kuliah dan nggak ambil part time job apa pun. Tapi sekarang lihat dia, berdiri di balik bar kopi dengan wajah datarnya, melayani segerombol gadis SMA yang tertawa malu melihatnya.

Sambil nungguin pesanannya, Akira buka hp, nontonin video-video lucu di facebook. Nggak lupa buat ninggalin jejak dengan emoji 😂😂😂 sebelum ngeshare postingan tersebut — kebiasaan sehari-hari kalau buka facebook.

Di tengah kesibukannya, tiba-tiba dia mendengar suara Kaede yang kemudian menjadi pusat perhatian pengunjung kedai. Yang mau nggak mau membuat dia bangkit dari duduk dengan raut muka setengah masam.

"Pesanan atas saudara jabrik."

"Padahal bisa pake nama gue," protes Akira sambil mengambil minumannya yang sudah tersedia di atas bar kopi. Sementara yang diprotes sekarang ngeliatin muka dan rambutnya secara bergantian.

"You gotta do something with that stupid hair of yours," kata Kaede nggak acuh.

Akira memegangi rambutnya sebelum berbalik. Tapi alih-alih berbalik untuk pergi dari sini, Akira malah kembali ke mejanya yang tadi. Menatap Kaede tersenyum sambil menyeruput minumannya. Sementara Kaede melayangkan tatapan sinis, pasti ada yang dia rencanakan.

SENRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang