Sore ini hujan kembali mengguyur muka bumi.
Langitnya jingga merona, bukan biru sendu. Meski begitu, aroma tanah basah tetap menelisik memenuhi ke rongga-rongga paru-paru tanpa bisa tertahankan.
Pun, terasa betapa sore ini hangat dan segar menjalar di seluruh tubuh, hingga ke sudut-sudut hati.Senyum Rama terbit begitu saja karena tiba-tiba itu semua mengingatkannya pada wanita yang berada dihadapan.
Wanita itu bernama Kesima Rona Senja.
Selaras dengan namanya, dia itu begitu. Dia bagaikan segala bentuk moment senja selepas hujan, format pesona lembayung sore yang lembut nan bergairah. Cukup berkesan karena kombinasi Jingga dan biru, megah dan sendu, hangat dan dingin, menyala dan redup dalam satu horison.
Dia semarak dengan kerlingan berbinar seperti sapuan emas yang memantul menari-nari di riak air. Dia juga laksana sepoi-sepoi angin yang berhembus halus menembus memeluk tubuh. Dialah yang menyambut setelah lelah seharian, tidak membiarkan sendirian ketika kegelapan merayap perlahan.
Kemudian secara magis netra mereka beradu, mengundang Rona untuk bertanya, "Ada apa, Rama?"
"Ngga. Aku cuma... kangen." Jawab Rama pelan sekali.
Lalu Rona terkekeh ringan.
Aahh... lengkung senyum itu, alunan halus itu. Sumber nafas sekaligus alasannya tersesak. Rona tertawa seakan tidak terjadi apa-apa. "Suka tiba-tiba dehh, Ramaaaa, Irama Sanubari Bersahajaaaa~"Rama selalu suka setiap kali lisan Rona mengucapkan kelengkapan namanya. Seakan diingatkan tentang sebaris doa paling tulus dan penuh pengharapan kedua orangtuanya, tentang sebuah cita atas peringai dan cara hidup yang senantiasa dilingkupi kesederhanaan, ketulusan, kejujuran dan hal-hal damai lain di setiap degupnya.
"Padahal aku ngga kemana-mana lhoo."
Lagi-lagi Rama melayangkan satu garis senyum, sedikit dipaksakan.
Ya.
Tapi kau terasa jauh, terbang terhembus dalam pelukan angin, melewati sela-sela jariku saat tanganku mencoba untuk meraihmu. Tak tergapai meski aku berusaha sampai nafasku tinggal setengah.
Namun, kehendak hati siapa yang tahu, sama seperti air yang turun sore itu, kepadamu aku jatuh begitu saja.
Sanubari-ku Ter-kesima.____